Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pengaderan AHY oleh SBY dan Puan oleh Mega

21 September 2022   08:25 Diperbarui: 21 September 2022   08:27 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang saya kemukakan diatas memang bisa diperdebatkan. Khususnya soal perbandingan level kegiatan antara PDIP dan Demokrat. Acara PDIP di Jateng hanya level regional. Sementara Rapimnas Demokrat skala nasional. Jadi wajar kalau ada SBY. Toh jika ada acara nasional Puan Maharani juga didampingi oleh Bu Mega.

Kalau soal pertemuan AHY dengan Surya Paloh yang didahului oleh kunjungan SBY pada Ketum Nasdem, itu mungkin dianggap hanya soal tekhnis saja. Tak akan mempengaruhi kualitas pertemuan sebagaimana hasil yang didapat oleh PDIP atas datangnya Puan ke Nasdem Tower.

Demikian pula, kita tak tahu pasti seperti apa proses yang terjadi sebelum AHY dan Puan ketemu Paloh. Siapa tahu meskipun tak ada kunjungan pendahuluan seperti SBY, Megawati telpon-telponan dulu dengan Ketum Nasdem itu. Memperjelas agenda, maksud dan tujuan kedatangan puan. Bukankah ini hakikatnya sama saja dengan kunjungan SBY kepada Paloh..?

Kalau memang betul demikian, maka menurut saya Megawati lebih cerdik mengatur strategi pengkaderan Puan dibanding SBY mengkader AHY. Megawati punya tekhnis marketing sangat baik dalam menjaring vox pop. Ibu ini rupanya jeli juga melihat persepsi publik soal pengganti dirinya. Bahwa dalam politik, yang dibutuhkan sebenarnya bukan hanya hasil. Tapi proses juga pegang peranan penting.

Soal-soal politik dimata rakyat memang lebih banyak karena masalah persepsi. Sesuatu yang terlihat dipermukaan. Sedangkan apa yang ada dibelakang tak ditengok sama sekali. Setelah itu, baru hasilnya. Sementara begitulah kondisi masyarakat kita. Bahkan sering terjadi, persepsi lebih dominan dibanding hasil. Padahal, antara persepsi dan hasil sebenarnya saling berkaitan. Keduanya tak dapat dipisah.

Anda kebetulan seorang politisi yang ingin sukses..? Jangan lupa pamerkan segala macam kegiatan anda yang ada kaitan dengan bantuan atau layanan masyarakat. Gunakan media, baik medsos maupun yang sudah mainstream, sebagai sarananya. Sedang kasih bantuan beras, mengunjungi rakyat miskin, kegiatan santunan anak yatim atau apapun, jangan lupa dokumentasikan.

Kalau perlu panggil wartawan untuk diliput sekalian wawancara. Minta link beritanya pada si wartawan. Lalu share secara massif di medsos. Agar khalayak ramai tahu, bahwa anda sebagai politisi tidak hanya duduk, datang dan duit. Tapi juga aktif turun ke bawah mengunjungi konstituen.

Ingat ya, kegiatan politik tidak sama dengan ibadah solat. Kalau yang ini, meski sembunyi tak diketahui orangpun tetap akan dicatat oleh malaikat. Tapi dalam politik, jangan begitu. Kegiatan apapun, wajib dipamerkan. Karena kalau disembunyikan seperti ibadah solat, tak tercatat dalam memori rakyat. Meski berbuat nyata, tanpa publikasi tetap dianggap tak nyata.

Harus diakui, publikasi dalam politik punya dampak luar biasa. Dengan publikasi, anda akan dikenal sebagai politisi paripurna. Tidak hanya sekedar mendapat fasilitas dari negara. Tapi juga dianggap bertanggung jawab mengemban amanah rakyat. Kelak, saat nyalon lagi tak perlu susah-susah membangun image. Karena sudah terkondisikan dari awal. Rakyat melihat, anda sangat layak untuk dipilih kembali.

Itulah rupanya yang ingin dipersepsikan oleh Megawati. Bahwa Puan terlihat jalan sendiri, bukan karena ditinggal. Tapi semata menunjukkan kepada rakyat Indonesia, bahwa Puan punya kemadirian. Tak takut dan khawatir bertemu dengan siapapun. Dan inilah sebenarnya salah satu modal utama seorang politisi. Yaitu mandiri dan berani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun