Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Nasib Pak Ganjar Pranowo

12 September 2022   07:47 Diperbarui: 12 September 2022   07:54 1199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ganjar Pranowo, Foto Dok. Muhammad Ridho/Detik.com

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebenarnya calon potensial untuk ikut bertarung para pilpres 2024. Meskipun ada yang tak sepakat, tapi mayoritas menganggap Ganjar punya kinerja bagus. Sayang "tak punya" partai. Jadinya, meski potensial sulit mendapat kepastian sebagai capres. Keberadaanya terkatung-katung. Para pendukungnyapun akhirnya kebingungan juga.

Untuk sistem di Indonesia, keberadaan partai politik memang sangat urgent dalam urusan calon-menyalon. Ini tidak bisa dibantah. Karena merupakan regulasi yang sudah berlaku dalam bentuk undang-undang. Mengabaikan keberadaan parpol, sama saja bertepuk sebelah tangan. Biar dah sekuat apa punya elektabilitas dan sebanyak apa persediaan logistik, jika abai pada parpol, jadinya percuma.

Anda minat ingin nyalon anggota legislatif atau eksekutif karena merasa ada potensi..? Saran saya, jangan lupa prioritaskan parpol. Jika kebetulan anda outsider, dalam arti seperti Ganjar, sebelum bergerak lebih jauh segera dekati pihak yang punya otoritas. Lakukan lobby sekuat mungkin, entah dengan cara apa, agar nama anda di cangking masuk gerbong.

Beda kalau anda adalah seorang insider atau bahkan pemilik partai. Meski punya potensi pas-pasan, kadar kepastian untuk bisa diusung tentu lebih terbuka lebar. Hal inilah yang akhirnya menyebabkan orang jadi frustasi. Daripada mendorong calon potensial tapi tak jelas gerbongnya, mending jatuhkan pilihan pada pemilik parpol meskipun hasil surveinya kurang mendukung.

Akibat kondisi seperti itu, lama-kelamaan posisi jadi berbalik. Sedikit demi sedikit calon kuat ditinggalkan oleh pendukung sendiri, ya karena tak ada kepastian itu. Sementara pemilik parpol, yang awalnya tak begitu dilirik orang, akhirnya kelimpahan suara pendukung yang frustasi tadi. Inilah yang saya maksud tadi, hendaknya lakukan pendekatan kepada "pemilik" parpol lebih dahulu, sebelum melakukan gerakan.

Gambaran demikian bisa terjadi pada Ganjar Pranowo, jika dari sekarang tak kunjung ada kepastian soal parpol pengusung. Diakui, beliau ini memang punya kans cukup besar untuk menang kontestasi pilpres 2024. Dibuktikan oleh hasil survei berbagai lembaga yang selalu konsisten di tiga besar bahkan sering nomor satu. Tapi siapa yang mau mencoblos namanya di kertas suara, kalau tak ada yang membawanya daftar ke KPU.

Terus terang, Anies Baswedan masih lebih mending. Meski sama dengan Ganjar bukan sebagai pemilik parpol, tapi nama Gubernur DKI yang sebentar lagi lengser ini sangat dekat dengan PKS. Rasanya, Anies merupakan satu-satunya figur yang dijagokan oleh partai ini. Meskipun suara PKS tak cukup, tapi tetap punya kekuatan untuk ditawarkan pada parpol lain guna menjalin koalisi.

Nama Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY yang merupakan putra mantan presiden SBY ini punya posisi sama dengan Anies. Lebih beruntung di banding Pak Ganjar. AHY adalah Ketua atau Ketum Demokrat. Bagaimanapun juga, posisinya sangat berpengaruh. Meski tak punya elektabilitas sekuat Ganjar, tapi sangat potensial di usung sebagai Capres atau Cawapres kelak, jika sudah menemukan partai koalisi.

Sebelumnya, Pak Ganjar memang ada peluang di KIB atau Koalisi Indonesia Bersatu yang anggotanya terdiri dari PPP, Golkar dan PAN. Meskipun harus rela dipecat sebagai kader PDIP tentunya. Namun setelah ada pergantian Ketum di PPP, dari Manoarfa ke Mardiono, kans Pak Ganjar bisa mengecil, seiring dengan belum pastinya Ketum baru itu hendak merapat atau tidak ke KIB.

Harus diakui, badai yang kemudian menenggelamkan Manoarfa dan kelompoknya di PPP, besar pengaruhnya terhadap otak-atik capres cawapres pada pilpres 2024. Sebelum itu terjadi, figur atau nama-nama yang akan di usung ke KPU relatif terang benderang. Masyarakat rupanya sudah akan mengunci pilihannya terhadap paket yang kemungkinan besar ditawarkan oleh parpol koalisi.

Misal, paket Prabowo Cak Imin hampir pasti di usung oleh Gerindra PKB. Lalu PKS, Demokrat dan Nasdem, ketika itu menyebut nama Anies, Ganjar dan AHY. Meskipun setelah kunjungan Puan Maharani ke Nasdem meredupkan nama Ganjar, tapi Gubernur Jawa Tengah ini masih punya kans di KIB. Sementara PDIP sendiri, nampaknya masih ngotot hendak mengusung Putri Mahkota Mbak Puan.

Sekarang ada komandan baru di PPP. Yang ketika ditanya soal masa depan partainya di KIB, hingga tulisan ini dibuat belum kunjung memberikan kepastian, apakah lanjut atau mundur. Situasi inilah yang membuat kembali gelap peluang Pak Ganjar. Yang semula ada harapan di KIB, kini buram kembali. Tentu, jika masih ingin ikut kontestasi, Ganjar dan pendukungnya harus putar otak lebih keras.

Bagaimana dengan peluang selain KIB. Wah ini nampaknya lebih berat lagi. Di Demokrat ada AHY. Agak sulit. PKS sudah kadung dekat Anies Baswedan. Terlebih, ada beda "idelogi" agak tajam dengan Ganjar. Nampaknya gelap juga Ganjar di PKS. Lalu di Nasdem, sebagaimana telah saya singgung dimuka, sebelumnya Ganjar memang ada peluang. Namun jadi pudar setelah Puan mengunjungi Ketum Nasdem Surya Paloh.

Pak Ganjar Pranowo rupanya punya nasib kurang beruntung. Sangat piawai "setir" kendaraan, tapi tak punya "mobil". Hendak cari atau sewa milik orang lain, ada halangan. Yang satunya tak boleh sama pemiliknya, yang lain sudah kedahuluan di "carter" orang. Kalau tidak cari cara lain, bisa-bisa Pak Ganjar tak dapat berangkat. Hanya jadi penonton para kompetitornya saat berlaga rebutan vox pop suara rakyat.

Apakah nasib Pak Ganjar itu natural atau rekayasa..? Naah, ini yang menggelitik saya. Mengapa saya sampai tergelitik..? Tak lain karena fakta begitu cepatnya Mardiono sebagai pengganti Manoarfa mendapat legalitas dari Kemenkumham. Mengadakan Mukernas penggantian Ketum PPP pada 4 September 2022, lalu pada 10 September 2022 sudah pegang SK Pengurus baru yang ditanda tangani Yasonna Laoly.

Jadi, hanya berselang enam hari atau kurang dari satu minggu, Manoarfa sudah terpental secara resmi sebagai Ketum PPP. Lalu pertanyaan berikutnya, mengapa begitu cepat..? Ataukah sejak awal Manoarfa memang jadi target karena keputusannya soal koalisi yang tak cocok dimata para penguasa..? 

Jangan-jangan kasus keselio lidah itu hanya pintu masuk untuk memudahkan Mardino sebagai pemegang kuasa di PPP. Sebagai orang awam penikmat politik, tentu boleh donk bertanya seperti itu.

KIB dan Ganjar ibarat permata punya ukuran karat sangat tinggi. Nilainya jelas super mahal dan rakyat yang berminat banyak sekali. Masalahnya, KIB bukan otoritas mandiri. Keberadaanya tergantung tiga partai. Satu saja dicabut, habis itu KIB. Tak lagi punya nilai selangit seperti saat masih bertiga. Golkar dan PAN tanpa PPP, ibarat permata KW yang sama sekali kurang berharga, karena suaranya tak cukup syarat.

Ganjar juga demikian. Meski kilauannya sanggup memberi pesona bagi banyak orang, dia cuma seorang pesaing yang minim kekuatan dan keberadaannya mungkin tak dikehendaki oleh yang punya otoritas. Satu-satunya jalan adalah, singkirkan. Caranya, lepas itu salah satu kekuatan di KIB agar tak lagi bisa jadi kendaraan yang kelak di sopiri oleh Ganjar.

Siapa yang musti dilepas..? Ini kebetulan di PPP ada gejolak. Pak Manoarfa tak sengaja keselio lidah dan mendapat protes keras. Sebuah kesempatan emas untuk beraksi. 

Akhirnya, jadilah Mardiono Ketum baru PPP. Beres dah. Apakah memang demikian..? Wallhu'aklam. Jawabannya mari kita tunggu perkembangan berikutnya. Yang jelas, dipolitik tak ada kawan abadi. Yang ada adalah kepentingan abadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun