Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gerindra PKB Senang, Prabowo Cak Imin Bisa Menang

25 Agustus 2022   08:57 Diperbarui: 25 Agustus 2022   09:52 1923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda tahu, jika sebuah peristiwa membawa kesusahan bagi satu kelompok, kadang menjadi kegembiraan bagi yang lain. Peristiwa Puan ketemu Paloh senin 22 Agustus 2022 kemarin setidaknya menjadi justifikasi terhadap pendapat tersebut. Ya meskipun merupakan fakta untuk sementara ini. Bagaimana kedepan, perlu dihitung ulang. Karena perkembangan politik sangat dinamis. Makin dekat pemilu, biasanya tambah cepat. Bukan hanya per jam, bahkan bisa per detik.

Setidaknya ada tiga pengaruh yang bisa di intip dari pertemuan Puan Paloh. Pertama, peta koalisi. Sebelumnya, sudah ada KIB yang beranggotakan PAN, PPP dan Golkar. Lalu di susul Gerinda PKB yang menyebut Koalisi Indonesia Raya. Sekarang tambah PDIP Nasdem. Entah apa namanya, belum dibuka ke publik.

Kedua, parpol pengusung. Yang ini berhubungan dengan presidential threshold. Baik PPP, PAN, Golkar, Gerindra, PKB dan Nasdem sama-sama tak memenuhi syarat. Lalu berubah jadi bisa, setelah berkoalisi dengan parpol lain. PDIP memang bisa maju sendiri. Tapi mungkin karena mengejar misi "Ganjar dibuang, Puan disayang", terpaksalah merapat ke Nasdem.

Ketiga, nasib capres. Baik yang sengaja mencapreskan diri dengan cara bermanuver silat kanan kiri, jumpalitan ke muka belakang, atau yang hanya diam saja tapi namanya didorong oleh rakyat, termasuk yang kena dampak pertemuan Puan Paloh. Banyak memang yang muncul. Tapi yang selalu bertengger di tiga besar hanya tiga tokoh. Yaitu Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo serta Anies Baswedan. Dan inilah yang menarik untuk dibahas.

Nama Prabowo, Ganjar dan Anies tak dipungkiri punya potensi keterpilihan lebih kuat dan besar dibanding tokoh lain. Tapi ingat, dalam pilpres potensi keterpilihan saja tidak cukup untuk bisa jadi pemenang. Harus ada jembatan penghubung yang namanya partai politik atau parpol. Kalimat lainnya adalah kendaraan politik yang nantinya menjadi lembaga pengusung calon untuk didaftarkan ke KPU.

Sekuat dan sebesar apapun potensi menangnya, jika tak ada jembatan yang bisa dilewati atau kendaraan yang akan ditumpangi, jadinya percuma. Bagai mimpi tak jadi kenyataan. Lha gimana mau dipilih rakyat dan menang jadi presiden, jika namanya tak tercantum dikertas suara..?

Dan itulah fakta yang terjadi pada Prabowo, Ganjar dan Anies. Dalam hal ini, nasib Prabowo jelas lebih baik dibanding mereka. Menteri Pertahanan itu punya elektabilitas sekaligus jembatan. Sementara Ganjar dan Anies tidak. Ganjar memang kader PDIP lawas dan militan lagi. Pengabdian dan kesetiaannya kepada partai dan Megawati tak perlu diragukan. Kemampuan jangan tanya, meskipun ini agak subyektif juga.

Tapi melihat hasil survey yang sangat moncer dan diakui rakyat, kelihatan bahwa Ganjar punya kapasitas dan kualitas bagus. Namun apa yang terjadi..? Dia terancam tak punya tumpangan. Karena kendaraan yang disiapkan, rupanya lebih dekat turun waris kepada Putri Mahkota yang namanya Puan Maharani. Jadinya, kesempatan untuk menang pilpres 2024 bagi Ganjar, harus terbuang jauh.

Anies juga bisa mengalami hal serupa jika hanya mengandalkan PKS. Saatnya sekarang Gubernur yang sebentar lagi akan lengser ini melakukan langkah taktis, jika memang niat nyapres, buat segera dapat kendaraan. Ada baiknya, Anies pamit ke PKS untuk ijin masuk parpol lain. Kalau tidak, nasibnya akan sama seperti Ganjar. Mengapa, karena PKS tak cukup punya "uang" untuk bikin jembatan atau beli "mobil".

Adakah solusi..? Masih ada jalan bagi Ganjar dan Anies. Tapi bukan tanpa resiko dan usaha. Ganjar bisa ke KIB yang dikomandani PPP, PAN dan Golkar. Cuma dengan konsekwensi, bisa dipecat dari PDIP. Pertanyaanya, maukah Ganjar menerima resiko sangat besar itu, mengingat partai itulah yang selama ini berjasa membesarkan nama Ganjar..?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun