Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Puan dan Paloh Ketemu, Ingin Depak Ganjar?

23 Agustus 2022   07:07 Diperbarui: 23 Agustus 2022   07:12 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai pentolan PDIP, Puan Maharani ketemu Ketua Partai Nasdem Surya Paloh. Disarikan dari tayangan Kompas.com, momen itu berlangsung di Nasdem Tower Jakarta, pada Senin, 22/08/2022. Setelah pertemuan, Puan menyatakan rasa terima kasih pada Surya Paloh serta seluruh jajaran elite Partai Nasdem. Karena ia dan rombongan sudah diterima dengan hangat.

Ketemu Surya Paloh bagi Puan nampaknya sesuatu yang serius sekaligus membahagiakan. Bahkan sebelum berlangsung, Puan "bela-belain" rencana tersebut. Saat mengikuti kegiatan olahraga jogging bersama awak media di Kawasan Gelora Bung Karno pada Minggu (21/8/2022), puan menyebut itu merupakan silaturahmi kekeluargaan untuk membangun indonesia lebih baik.

Agar tidak muncul kesan terlalu politis, Puan menyebut pertemuan PDIP-Nasdem sebagai acara keluarga. Lebih jauh, Puan bahkan merendah. Meskipun secara elektoral PDIP lebih besar dibanding Nasdem. Tentang hal ini, kata Puan, Bapak Surya Paloh adalah senior dan orang tuanya. "Iya kan Pak Surya itu senior saya, om saya, Pak Surya itu teman orang tua saya, lebih tua jadi saya yang datang (ke Nasdem Tower)". (Tribunnewes.com, 21/08/2022).

Melihat fakta tersebut, nampaknya ada langkah taktis Nasdem yang cukup menyita perhatian PDIP. Dan itu, bagi PDIP mungkin tak bisa dibiarkan. Agar jangan sampai menggangu misi politik partai. Bagaimanapun, PDIP ingin mencetak hattrik menang tiga kali berturut-turut. Setelah sebelumnya sukses memuncaki "klasemen liga" Parpol pada 2014 dan 2019. Makanya, segala macam perkembangan politik yang dipandang dapat mengganggu misi, perlu dicermati secara serius.

Belakangan, langkah Nasdem yang di inisiasi oleh Surya Paloh memang cukup membuat PDIP cenat-cenut. Bagaimana tidak, dalam Rakernas beberapa waktu lalu Nasdem memutuskan tiga nama kandidat yang potensial di usung sebagai capres. Salah satunya adalah kader PDIP yang juga Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Yang lain ada nama Anies Baswedan dan Panglima TNI Jenderal Mohammad Andika Perkasa.

Anda sudah maklum, menguatnya nama Ganjar sebagai kandidat kuat capres pengganti Jokowi tak begitu mendapat respon positif dari kalangan PDIP. Apakah itu semata strategi politik untuk kepentingan elektoral atau memang fakta sebenarnya, hingga kini belum bisa dipastikan. Tapi yang jelas, sejak namanya mencuat kepermukaan, Ganjar selalu disentil oleh PDIP. Dikataian bagai pejabat medsos lah, terlalu ambisi lah, tak punya etika lah dan sebagainya. Bahkan pada satu kesempatan, Ganjar tak di undang dalam suatu acara di Jawa Tengah yang dihadiri oleh Puan Maharani. Padahal, beberapa kepala daerah lain dari PDIP semuanya hadir.

Balik lagi ke topik utama, untuk menunjukkan bahwa hasil rakernas Nasdem bukan formalitas tapi sungguh-sungguh, lewat langkah dan pernyataan Surya Paloh ketiga nama itu disodorkan kepada parpol lain. Utamanya KIB yang berisi Golkar, PPP dan PAN. Juga kepada PKS dan Demokrat. Harap maklum, di KIB ada nama ketua Golkar yang juga masuk radar survey kandidat capres. Di PKS dan Demokrat juga ada nama lain. PKS pernah singgung Anies Baswedan. Sedang demokrat sebut Agus Harimurti Yudhoyono.

Jika nama Ganjar disandingkan bersama salah satu tokoh dari parpol-parpol itu, bukan tak mungkin punya potensi besar menang pilpres 2024. Dan ini, dari dua sisi tentu dipandang merugikan oleh PDIP. Pertama, dari sisi kader. Jika benar nanti Ganjar di usung parpol lain, maka PDIP bagai kena "getah nangka tak mencicipi buahnya". Partai punya Megawati ini yang susah payah mendidik dan mengorbitkan Ganjar, tapi yang menikmati hasilnya justru partai lain. Lebih-lebih, PDIP dari awal kelihatan ingin Puan Maharani yang maju capres. Bukan Ganjar Pranowo.

Kedua, dari sisi elektoral partai. Beberapa kali rilis survey dari beragam lembaga independen, nama Ganjar selalu nangkring di tiga besar. Bahkan sering ada di urutan pertama. Majunya Ganjar, tentu membuat partai pengusung mendapat "barokah" efek ekor jas. Suaranya akan naik cukup signifikan pada pileg 2024, sebagaimana terjadi pada pemilu-pemilu sebelumnya. Ini tentu yang membuat PDIP kurang senang. Masak PDIP yang keluar modal "menjual"nama Ganjar hingga laku keras, namun partai lain yang menikmati labanya..

Mungkin itulah salah satu misi Puan ketemu Surya Paloh. Yakni menghambat laju Ganjar dan menggantinya dengan nama Puan. Pendapat saya ini memang perlu dibuktikan lebih lanjut. Namun melihat gambaran diatas, rasanya kecenderungan kearah sana cukup kuat. Terlebih, ada dua pernyataan Surya Paloh yang cukup membuat kedatangan Puan ke Nasdem besar pengaruhnya dalam upaya mendepak Ganjar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun