Ada teman saya yang kebetulan buat perjanjian pranikah. Ya meskipun tak diformalkan. Isinya, saat diceriterakan ke saya, sungguh ideal betul. Pokoknya sangat-sangat rinci. Hingga soal belanja bulanan dan warisan juga masuk didalamnya. Kayaknya, tak ada satupun yang terlewat. Khususnya yang berhubungan dengan kesejahteraan masing-masing pasangan. Kata teman saya, itu dibuat agar pada hari tua bisa menjalani hidup lebih tenang.
Tapi apa yang terjadi..? Naudzubillah. Teman saya mendapat cobaan saat pandemi corona tahun kemarin. Di PHK oleh perusahaan tempatnya bekerja. Padahal, posisinya lumayan tinggi. Gajinya besar. Sangat cukup untuk sekedar memenuhi kebutuhan primer. Bahkan hingga bisa menjangkau yang sekunder. Masih bisa ditabung lagi. Tapi akibat cobaan Tuhan itu, isi perjanjian pranikah tak bisa dipenuhi. Jangankan mau bicara soal warisan. Buat memenuhi kesepakatan sekian juta perbulan untuk belanja makan saja, sangat tidak cukup. Akhirnya, perjanjian pranikah tak dipakai.