Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Refleksi Kemerdekaan, Diminta Pasang Bendera Saja Sulit

17 Agustus 2022   07:11 Diperbarui: 17 Agustus 2022   07:25 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda tahu tambang emas Freeport di Papua. Sebuah wilayah yang tergolong punya potensi mineral terbesar didunia. Saat merdeka saja, kita kesulitan mendapat manfaat terbesar tambang itu. Akibat perjanjian tak seimbang yang sempat disetujui oleh pemerintah yang kemarin.

Untung Pak Jokowi melakukan terobosan. Hingga akhirnya, kita mampu menikmati emas Freeport dalam porsi yang lebih besar. Ya meskipun untuk ukuran sebagai pemilik, belum maksimal betul. Namun sudah relatif lebih baik dibanding sebelumnya.

Sudah dalam kondisi merdeka saja, masih begitu. Apalagi kalau saat ini kita tetap dalam cengkraman negara lain. Bisa habis itu emas dan beberapa jenis mineral lain yang terkandung di Freeport. Diangkut penjajah ke negerinya sendiri.

Contoh kongkrit dalam hal ini Timor Leste. Negara yang di iming-imingi merdeka dan lebih sejahtera, justru tertipu oleh negara lain. Bisa dikatakan, saat ini Timor Leste bagai negara setengah merdeka.

Memang benar secara pemerintahan punya kedaulatan. Tapi secara sumber daya alam, tak mampu menggunakannya justru untuk kepentingan rakyatnya sendiri. Sumber daya alam Timor Leste dikeruk oleh negara yang menjanjikan kemakmuran. Dan wilayah bekas provinsi Indonesia ini, tak berdaya mencegah penjajahan terselubung itu. Sungguh mengenaskan.

Masihkah kita tak mau bersyukur..? Kalau benar, terlaknatlah kita sebagai warga negara. Dan ironisnya, kondisi itu mulai menyeruak kepermukaan. Ada sebagian rakyat Indonesia yang sudah tak peduli betapa penting dan bersejarahnya kemerdekaan ini.

Masak disuruh pasang bendera depan rumah saja, sulitnya setengah mati. Mesti dipaksa lewat instruksi Pak RT. Yang punya kendaraan, diminta taruh kain merah putih di spion atau di dashboard mobil, lemotnya minta ampun. Padahal, berapa sih biaya untuk itu semua. Paling cuma kisaran 10 hingga 40 ribuan. Pastinya, sungguh-sungguh tak seberapa dibanding pengorbanan para pahlawan.

Pasang bendera dirumah atau kendaraan, memang hal sepele. Tapi dari yang sepele itu terkandung rasa syukur dan bukti penghormatan yang luar biasa. Dan ini sangat-sangat bagus untuk memupuk rasa kebangsaan dan nasionalisme.

Atau jangan-jangan, memang sengaja tak mau pasang bendera karena menganggap negara ini tak bisa membawa ke syurga..? Kalau memang ini yang sebenarnya terjadi, sebaiknya Pak RT segera hubungi aparat keamanan. Tangkap itu orang, dan segera deportasi ke Afganistan yang dikuasai ISIS.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun