Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Untung Kasus Kematian Sang Brigadir Tepat Waktu dan Masa

14 Agustus 2022   11:49 Diperbarui: 14 Agustus 2022   13:05 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi Saat Minta Polri Usut Tuntas Kematian Sang Brigadir, Foto Dok. Portal Majalengka.com, By Instagram @jokowi

Apakah anda sedang mengalami kesulitan dana..? Semoga saja tidak. Saya doakan, hingga hari ini dan kedepan, kondisi dana anda normal-normal saja. Kalau perlu tambah meningkat. Tapi kalau benar ada kesulitan dan itu mendesak, tentu anda akan berusaha sekuat tenaga untuk mengatasinya.

Salah satu jalan yang ditempuh mungkin cari pinjaman. Baik kepada sanak famili atau tetangga dekat. Saran saya, jika cari pinjaman usahakan datang ke tuan rumah pada waktu dan saat yang tepat. Insya Allah sukses. Kalaupun belum, misal tuan rumah sedang tidak ada uang atau juga mengalami masalah yang sama, minimal ada jalan keluar lain yang disampaikan tuan rumah.

Tapi kalau datang pada waktu dan saat yang kurang tepat, kendati tuan rumah sebenarnya orang yang dermawan, suka menolong, baik hati dan tidak sombong, yakin usaha anda pinjam dana akan mengalami kendala. Sekedar info, sekalipun ini relatif, waktu-waktu krusial bertamu untuk urusan macam begitu misal menjelang dan setelah masuk waktu maghrib, saat istirahat siang sekitar jam 14.00 hingga 16.30 dan ketika masuk tidur malam diatas jam 21.00.

Atau bisa jadi diluar jam-jam itu, namun tuan rumah sedang ada masalah. Juga kurang tepat bicara soal pinjam meminjam dana. Contoh, anda sebenarnya sudah ada upaya menghindari jam-jam tersebut diatas. Tapi ketika sampai dan hendak panggil salam atau ketok pintu, ternyata suami istri tuan rumah kedapatan cekcok. Sebabnya, si istri menemukan chat mesra suami dengan wanita idaman lain atau WIL.

Jika dihadapkan pada situasi panas macam begitu, sekalipun tuan rumah merupakan sahabat dekat bahkan nyaris ibarat saudara kandung, saran saya urungkan niat anda dan segera balik kanan pulang kembali. Sebab kalau diteruskan, masalah soal dana tak akan selesai, justru anda malah dapat tambahan persoalan baru.

Siapa tahu, istri tuan rumah menuduh anda bersekongkol dengan suami. Turut serta memperlancar perselingkuhan. Bisa jadi pula, karena ada unsur emosi, anda disambut lemparan gelas, piring, asbak dan beberapa perabot rumah tangga lain. Kelau kena, bukan dana pinjaman yang bakal dibawa pulang. Tapi bocor berdarah di kepala atau minimal benjol.

Diakui atau tidak, kondisi waktu dan masa merupakan salah satu faktor keberhasilan suatu urusan. Menentukan pilihan yang salah, berakibat terjadinya kegagalan. Meskipun urusan tersebut berupa niat atau tujuan mulia. Lebih jauh lagi, pilihan salah dapat berakibat fatal. Minimal benjol dikepala seperti contoh diatas tadi. Saya yakin, anda tidak mau seperti itu. Karena benjol mengurangi kegantengan atau ketampanan. Padahal, ganteng dan tampan itu salah satu modal anda untuk cari istri lagi misalnya. Bisa berabe kan...

Jokowi Saat Minta Polri Usut Tuntas Kematian Sang Brigadir, Foto Dok. Portal Majalengka.com, By Instagram @jokowi
Jokowi Saat Minta Polri Usut Tuntas Kematian Sang Brigadir, Foto Dok. Portal Majalengka.com, By Instagram @jokowi

Kasus besar Ferdy Sambo atas kematian Brigadir Joshua hingga berujung dibentuknya Tim Khusus oleh Kapolri, sama seperti pengandaian diatas. Kasus yang cukup menyita banyak perhatian ini, berada pada waktu dan saat yang tepat. Hingga sukses dibongkar peristiwa sebenarnya. Dimana sebelum itu, ada upaya untuk menutupinya rapat-rapat.

Untuk jelasnya, mari kita simak sedikit fakta berikut. Kasus kematian Sang Brigadir terjadi pada masa Orde Reformasi. Beda dibanding Orde Baru, saat ini kontrol warga negara terhadap segala lini pemerintahan relatif sudah kuat. Tak sedikit kasus-kasus yang melibatkan pejabat negara, berhasil dituntaskan karena ada aspirasi dan tuntutan rakyat. Sebaliknya, jangan coba-coba mengkritisi pejabat beserta kroni-kroninya semacam itu saat masa Orde Baru. Bisa hilang lenyap itu rakyat tak ketemu dimana kuburnya.

Untung saja kasus besar itu terjadi pada saat pemerintahan Pak Jokowi. Seorang presiden yang tegas, berani dan peduli pada aspek penegakan hukum. Terutama dikalangan para pembantunya. Akibat campur tangan beliau, hingga memberi perintah khusus pada Kapolri untuk menuntaskan kasus kematian Brigadir Joshua, kasus itu bergulir makin terang.

Bahkan, seorang Jenderal bintang dua Ferdy Sambo, yang nota bene merupakan atasan langsung Sang Brigadir, sampai ditetapkan sebagai tersangka. Dugaannya, punya peran aktor intelektual. Belum lagi beberapa perwira tinggi dan menengah lain, beserta beberapa bintara yang juga ditahan karena diduga terlibat macam Pak Sambo.

Ini semua menunjukkan bahwa, ditangan pemimpin yang tepat seperti presiden kita Pak Jokowi itu, para pejabat negara bawahan beliau, juga kroni-kroninya, tidak bisa sembarangan memainkan hukum dan rasa keadilan. Itulah yang saya maksud dengan kasus Sang Brigadir itu ada di masa yang tepat.

Ilustrasi Gus Dur Dan Pak Hoegeng, Foto By. Tirto.id
Ilustrasi Gus Dur Dan Pak Hoegeng, Foto By. Tirto.id

Sebaliknya, jika bukan karena tekanan Pak Jokowi, saya tak yakin itu kasus dapat terungkap. Terlebih jika terjadi pada masa Orde Baru. Anda tentu masih ingat Pak Hoegeng Imam Santoso, mantan Kapolri jaman Pak Harto yang oleh Gus Dur disebut paling bersih dan jujur. Mungkin karena dedikasinya itu, beliau dipecat lebih awal oleh Pak Harto sebagai Kapolri. Dengan alasan yang tak masuk akal. Katanya untuk penyegaran. Tapi yang dilantik menggantikan beliau justru berumur setahun lebih tua dibanding beliau. Namanya Jenderal M. Hasan.

Dugaan kuat, penggantian itu sebenarnya bukan karena penyegaran. Tapi karena alasan perseteruan beliau dengan Pak Harto. Dalam catatan Merdeka.com 20 Maret 2013, salah satu contoh perseteruan itu adalah upaya Pak Hoegeng mengusut penyelundupan mobil mewah oleh Robby Tjahyadi periode tahun 1960-an hingga '70-an. Diduga, ada keterlibatan keluarga Cendana dalam kasus ini. Maka ketika Pak Hoegeng getol membongkar kasus penyelundupan mobil mewah, bukan pujian atau prestasi yang didapat. Pak Harto Justru mencopot Sang Jenderal.

Semoga pengganti Pak Jokowi kelak sama dengan beliau. Berani menerapkan hukum yang tegas kepada para bawahannya sendiri. Sehingga, adanya justifikasi bahwa hukum hanya tajam ke bawah tapi tumpul ke atas, tak akan pernah terbukti. Jika benar demikian, rakyat bawah merasa tenang. Sebagaimana tenangnya para bawahan, yang tidak lagi khawatir atau takut dijadikan tumbal oleh para atasan macam dugaan kasus Sang Brigadir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun