Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Golden Star Salah

13 Agustus 2022   06:39 Diperbarui: 13 Agustus 2022   07:30 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Vietnam over power. Cahaya yang dialirkan ke Golden Star terlalu berlebihan. Memang maksudnya benar. Untuk membuat silau mata Garuda. Agar mudah ditundukkan. Mata yang silau mana bisa melihat dengan baik. Tentu mengalami masalah. Jadinya, akan kesulitan fokus. Jika sudah demikian, Garuda pasti kalah. Itulah skenario Vietnam.

Di final kali ini, Vietnam main keras. Bahkan cenderung kasar. Beberapa kali pelanggaran dilakukan. Saya amati, jika pemain Vietnam gagal rebut bola atau kalah main gocekan, mereka tempuh cara tidak fair. Tarik baju, main sikut dan takling dari belakang adalah favorit mereka.

Bahkan pada satu momen, terlihat dengan jelas pemain Vietnam sengaja melakukan dorongan. Padahal saat itu sedang tak terjadi perebutan bola. Akibat ini, hampir terjadi insiden besar. Beberapa pemain dari kedua belah pihak bergerombol saling bersitegang. Terlihat juga beberapa lemparan botol minuman dari arah penonton. Hebatnya, pemain kita tak terpancing. Dan pada akhirnya situasi dapat dikendalikan.

Hanya saja, akibat main kasar itu warna kuning emas The Golden Star menimpa Vietnam sendiri. Ya benar. Sepanjang pertandingan dari awal sampai akhir, kartu kuning dari wasit agresif meluncur ke beberapa pemain mereka. Dalam catatan saya, kalau tidak keliru hingga ada lima. Bahkan, pelatih kepala The Golden Star harus kena dua kali. Dan akhirnya di kartu merah oleh wasit. Itulah akibat jika berlebihan menggunakan power.

Itu sebenarnya tidak baik. Apalagi, mereka masih dalam usia sangat muda. Sekolahnya saja, rata-rata kelas menengah. Ingat, main bola bukan hanya soal menang atau kalah. Tapi fair play dan moralitas bermain juga menjadi salah satu yang wajib ada pada diri pemain. Mengapa, karena itu berhubungan dengan mental. Kalau sedari awal sudah ditoleransi melakukan main kasar, maka kedepan akan menjadi penyakit yang sulit disembuhkan.

Yang namanya penyakit, pasti tidak baik. Dan benar saja. Kelakuan para pemain Vietnam itu berbalik menyusahkan diri sendiri. Dalam perkiraan saya, awalnya mereka main kasar adalah untuk meruntuhkan mental U-16 Garuda. Dikiranya, dengan cara-cara picisan macam itu, Garuda Muda jadi keder.

Namun mereka kecelik. Yang mereka hadapi ternyata bukan burung Garuda sembarangan. Memang benar masih muda. Tapi mentalnya bagaikan Garuda senior. Tak gampang ditakut-takuti oleh tindakan main kasar. Juga memiliki kesabaran dan ketenangan tingkat dewa.

Tapi sikap fair play seperti ditunjukkan Garuda Muda itu memang ada resikonya juga. Beberapa dari mereka "berguguran". Ditandu keluar lapangan akibat cidera dilanggar pemain Vietnam. Bahkan terpaksa diganti pemain lain. Kalaupun tidak sampai ditandu keluar, minimal roboh mengerang kesakitan ditengah lapangan. Dan terpaksa mendapat perawatan.

Memang benar, beberapa insiden para pemain Garuda tidak seratus persen akibat pemain Vietnam. Ada juga yang disebabkan oleh kram. Namun jumlahnya lebih sedkit dibanding akibat kena main kasar itu. Karenanya, jangan samakan tumbangnya beberapa pemain Garuda Muda dengan aksi lebay pemain Myanmar saat semifinal kemarin. Itu sangat-sangat jauh bedanya. Anda tahu, tumbangnya para pemain Myanmar adalah karena rekayasa. Maksudnya untuk mengulur-ulur waktu. Sementara yang terjadi pada pemain kita, sebagaimana diatas tadi, adalah benar-benar terjadi akibat perbuatan tidak terpuji tim lawan.

Pertandingan Final U-16 AFF 2022 kali ini sebenarnya sangat menarik. Baik Indonesia maupun Vietnam, sama-sama menunjukkan kualitas menyerang dan bertahan yang nyaris sempurna. Makanya, hingga peluit tanda akhir pertandingan usai, gol yang tercipta cuma sebiji untuk kemenangan Indonesia. Itu juga menunjukkan, bahwa pada pertandingan kali ini kualitas mereka seimbang.

Tingkat keberanian kedua tim juga sama. Mereka tak takut keluar dari kotak pertahanan dan menyerang area musuh. Serangan yang disusun kedua tim juga layak diacungi jempol. Terlihat, Vietnam melakukan beberapa kali shoot ke gawang Indonesia. Tapi masih belum berbuah gol karena dapat diselamatkan oleh penjaga gawang Garuda Muda. Pertahanan lini belakang kita juga kuat. Rupanya, pelatih kepala Bima Sakti betul-betul melakukan evaluasi. Setelah sebelumnya banyak menerima kritik karena mudah dimasuki penyerang lawan.

Tak mau kalah, gempuran Tim Garuda Muda juga tajam. Namun, beberapa kali serangan yang dilancarkan, baik pada babak pertama maupun kedua, dapat dimentahkan oleh anak-anak Golden Star. Namun akhirnya, berkat kegigihan, kesabaran dan lecerdasan, Garuda Muda mampu memecah kebuntuan dan menciptakan gol. Itupun, akibat rapatnya pertahanan Vietnam, baru terjadi dalam situasi tambahan waktu babak pertama. Tepatnya menit ke 46.

Lebih fantastis lagi, gol penentu kemenangan Indonesia itu tercipta melalui proses panjang. Bukan karena keberuntungan. Serangan disusun dari belakang. Tahap demi tahap anak-anak Garuda merengsek kedepan mendekati gawang Vietnam. Lewat beberapa kali proses gocekan, operan dan tipuan, bole berhasil dibawa ke sektor kiri dekat gawang Vietnam.

Lalu di tengah-tengah kepungan pemain Vietnam, dua anak Garuda muda, yakni Rizal dan Kafiyatur bekerja sama membuat manuver. Puncaknya, Kafiyatur melakukan tendangan berkelas dan sangat cantik. Bolanya terbang melengkung mengarah kesebelah kanan gawang Vietnam dan terjadilah gol. Selama saya nonton gelaran AFF U-16 2022, mungkin tendangan Kafiyatur itulah satu-satunya gol tercantik. Yang bahkan bisa jadi sulit untuk diulang lagi.

Mengalahkan Vietnam dan jadi juara Gelaran Piala AFF U-16 2022 tentu membanggakan bagi Bangsa Indonesia. Lebih-lebih terjadi pada bulan Agustus. Ini jelas merupakan kado hadiah Ulang Tahun. Selain itu, kita semua patut bersyukur. Beban pikiran telah lepas. Dimana sebelumnya masih menggelayut menanti usainya laga final.

Khusus pada Kompasioner Mbah Ukik, saya sarankan untuk tenang-tenang saja. Jangan panik meskipun tak patuh pada nasehat Dokter Gigi. Ya benar. Sebelumnya, Mbah Ukik sempat curhat soal kekhawatiran gagal nonton gelaran Piala AFF 2022 U-16 antara Indonesia lawan Vietnam, gara-gara giginya bermasalah.

Curhatan kompasioner kategori fanatik ini dituangkan dalam tulisan berjudul "Stadion Maguwoharjo Menjelang Final Indonesia vs Vietnam". Tayang pada 12 Agustus 2022. Kata Dokter gigi dalam curhatan itu, "Mohon tidak begadang agar kondisi tubuh fit dan tekanan darah normal sehingga Sabtu nanti gigi bisa dicabut."

Saya yakin, meskipun Mbah Ukik telah begadang semalaman nonton kemenangan U-16 Garuda, saat ini tensinya normal-normal saja dan siap cabut gigi. Karena kita mampu mempecundangi Vietnam. Tapi kalau kita kalah, meski istirahat dua malampun, tensi Mbah Ukik tetap akan naik. Heheheeee....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun