Sebelum lanjut, perlu saya klirkan dulu soal penyebutan pasangan Prabowo Cak Imin. Thema bahasan tentang perubahan gaya berpakaian masyarakat Indonesia ini memang saya titipkan kepada kandidat capres dari Gerindra PKB itu.
Mengapa? Karena baru merekalah kontestan, untuk tidak menyebut pasangan capres cawapres, yang relative sudah ada kepastian. Bahkan secara terang terangan muncul ke publik mendeklair diri sebagai duet yang cocok memimpin negara ini menggantikan Jokowi.
Sementara yang lain, kelihatan masih abu-abu. Mungkin takut dan gamang. Bahkan ada yang pusing. Antara memilih anak sendiri atau kader partai. Andai kondisinya sama seperti Gerindra PKB, tentu saya titipkan pemikiran ini kepada semua calon. Bukan hanya kepada Prabowo Cak Imin. Ini perlu saya kemukakan lebih dulu. Agar tak muncul persepsi keliru soal materi tulisan ini.
Untuk sebagian orang, munculnya fenomena perubahan gaya berpakaian mungkin dianggap biasa. Itu sesuatu yang lumrah terjadi. Ditengah-tengah perkembangan dunia yang demikian pesat, mau tak mau sektor budaya juga harus ikut menyesuaikan. Kalau tidak, bisa ketinggalan disalip laju kemajuan zaman.
Demikian pula soal trend mode pakaian, khususnya kaum wanita. Tidak boleh statis terpaku pada kondisi kemarin dan sekarang. Hanya karena alasan sudah kadung nyaman misalnya. Atau beberapa alasan lain yang sifatnya menjadi penghambat. Trend mode berpakaian harus tetap ikut bergerak. Tidak boleh ketinggalan ada dibelakang beberapa sektor budaya lain.
Khusus kaum wanita Indonesia saat ini, ada dua arus besar yang mempengaruhi perubahan gaya model berpakaian. Pertama, terkait modernisasi global.
Arus ini cenderung seirama dengan gaya sekuler. Ikut budaya negara-negara barat yang dianggap lebih maju. Bentuknya, mengekspresikan kebebasan atas nama demokrasi.
Maka tak heran, bagi penganut “madzhab” ini, berpakaian tank top, gunakan celana pendek nyaris telanjang, pilih kaos transparan, pakai bikini di pantai dan bergaya dengan gaun “kekurangan kain” hingga pusar kelihatan, adalah sesuatu yang biasa. Tak nampak rasa risih dan malu. Meskipun didepan khalayak ramai. Mengapa sampai demikian..? Karena ya itu tadi. Kebebasan adalah “madzhab” mereka.