Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Balik Aksi Kemanusiaan ACT, Ibarat Minum Air Asin

5 Juli 2022   08:41 Diperbarui: 12 Juli 2022   23:15 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang terjadi pada kasus ACT menjadi pelajaran berharga. Bahwa yang namanya materi ibarat minum air asin. Makin banyak ditenggak, makin tambah pula rasa haus ditenggorokan. Demikian pula harta benda. Jika tidak dilandasi moral kuat, keinginan memperbanyak tidak akan pernah hilang. Terus-menerus menjangkiti nafsu. Baru berhenti setelah nyawa dijemput oleh malaikat maut. Nabi menggambarkan manusia seperti itu dalam sabda nya, "Seandainya manusia diberi satu lembah penuh dengan emas, ia tentu ingin lagi yang kedua. Jika ia diberi yang kedua, ia ingin lagi yang ketiga. Tidak ada yang bisa menghalangi isi perutnya selain tanah (mati)". (HR al-Bukhari).

Tulisan Redaksi Halodoc pada 04 April 2018 memaparkan, bahwa mengkonsumsi asupan asin-asin tidak baik untuk kesehatan. Dapat merangsang keinginan seseorang makan lebih banyak. Bahkan saat tidak merasa lapar sekalipun. Asin-asin juga bisa merangsang otak melepaskan dopamin, yaitu neurotransmitter yang berkaitan dengan pusat kesenangan. Akibatnya, dapat membahayakan tubuh manusia. Antara lain tidak baik untuk tulang, jantung bekerja lebih keras, sakit kardiovaskuler, memicu hipertensi, hipertrofi ventrikel kiri dan retensi cairan.

Jika kebanyakan mengkonsumsi asin-asin menyebabkan penyakit fisik, maka haus akan harta benda dapat memicu sakit psikis. Yaitu munculnya sifat serakah dan kufur nikmat atau enggan bersyukur. Allah berfirman dalam surat Al-'Adiyat, yang artinya, "sungguh, manusia itu sangat ingkar, (tidak bersyukur) kepada Tuhannya". Kemenag RI menafsirkan ayat ini dengan kalimat, "Demi kuda-kuda perang yang demikian sifatnya, sungguh manusia itu enggan bersyukur dan sangat ingkar kepada nikmat Tuhannya. Manusia, kecuali yang dirahmati Allah, malas bersyukur ketika mendapatkan nikmat dan tidak mau memenuhi kewajiban yang dibebankan kepadanya".

Lalu apa akibat tidak pandai bersykur..? Allah berfirman, yang artinya, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat". (Surat Ibrahin ayat 7). Menurut Tafsir Kemenag RI, ayat ini sepadan dengan gambaran demikian, "Dan ingatlah pula ketika Tuhanmu memaklumkan suatu maklumat yang dikukuhkan, "Sesungguhnya Aku bersumpah, jika kamu bersyukur atas nikmat-nikmat-Ku kepadamu, niscaya Aku akan menambah kepadamu nikmat lebih banyak lagi, tetapi sebaliknya, jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka pasti azab-Ku sangat berat".

Itu pelajaran pertama yang bisa kita petik dari kasus ACT. Pelajaran kedua adalah, sebaiknya kita perlu hati-hati saat hendak menyalurkan sedekah. Jangan sembarangan menentukan lembaga penyalur. Wajib pilih yang betul-betul kredibel. Atau jika masih ragu, cukup salurkan kelebihan harta kita kepada lembaga dan orang terdekat. 

Surau serta masjid yang ada dilingkungan sendiri. Atau para kerabat tetangga kanan kiri yang memang butuh bantuan. Imam Nawawi dalam kitabnya Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzab, menyatakan bahwa bersedekah kepada sanak famili lebih utama dibandingkan yang lain. Kata Imam Nawawi, "Ulama sepakat bahwa sedekah kepada sanak kerabat lebih utama daripada sedekah kepada orang lain. Hadits-hadits yang menyebutkan hal tersebut sangat banyak dan terkenal." (An-Nawawi, Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzab, Drul Fikr, juz 6).

Jika dilingkungan sekitar tidak ditemukan penerima, dan kita bingung hendak kemana, salurkan saja kepada ormas islam yang sudah nyata kredibilitasnya. Seperti LazisNU milik Nahdlatul Ulama dan LazisMU punya Muhammadiyah. Kedua ormas islam terbesar ditanah air ini sudah terbukti amanah. Sedekah kita lewat NU dan Muhammadiyah terjamin. Sumbangan kita pasti bermanfaat. Digunakan untuk pendidikan, program pemberdayaan masyarakat, membantu fakir miskin, kesehatan, bansos dan sebagainya.

Seperti disampaikan artikel Halodoc, kelewat batas asupan asin-asin menyebabkan gangguan kesehatan. Sementara itu, kelewat batas cinta harta benda menimbulkan penyakit psikis seperti rakus dan serakah. Dua-duanya, baik gangguan kesehatan dan sakit psikis, menyebabkan kemudlaratan. Bisa merusak tatanan kehidupan manusia. Tuhan Tidak Suka kata Pak Susilo Bambang Yudoyono. Karena tidak suka, maka lambat laun Allah pasti akan mengeluarkan azab. Dan terbukti sekarang ini. Azab Allah diberikan pada ACT. Kondisi  sebenarnya dari lembaga filantropi ini dibuka oleh Allah. Naudzubillah Tsumma Naudzubillah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun