Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Agar Tepat Sasaran, Pemerintah Jangan Hanya Mengandalkan MyPertamina

9 Juni 2022   13:05 Diperbarui: 10 Juni 2022   04:08 1291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi SPBU Besar, Photo By Kompas/Heru Sri Kumoro

Pemerintah lewat PT Pertamina (Persero) punya rencana keluarkan keputusan pembelian BBM subsidi 2022 wajib menggunakan aplikasi MyPertamina. 

Saat ini, regulasi tentang hal tersebut tengah digodok. Isinya, mengatur soal petunjuk teknis penyaluran. Agar BBM bersubsidi jenis solar dan pertalite, tepat sasaran. Hanya bisa dinikmati oleh kalangan terbatas.

Misal jenis kendaraan transportasi umum, baik pengangkut orang atau barang. Juga mobil ambulans, pengangkut jenazah, pemadam kebakaran, pengangkut sampah dan kereta api umum penumpang dan barang, berdasarkan kuota yang ditetapkan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (Kompas.com, 23/10/2021).

Meskipun sudah ada petunjuk seperti di atas, penjualan BBM subsidi selama ini terkesan sembarangan. Sebagian pengguna atau pemilik kendaraan mewah tetap saja menggunakan jenis subsidi. 

Enggan mematuhi saran dari pemerintah. Padahal, itu bukan hak mereka. Melainkan fasilitas yang diberikan khusus kepada pengguna kendaraan tingkat  ekonomi bawah.

Adanya rencana keputusan pembelian pakai aplikasi MyPertamina merupakan salah satu langkah tepat. Diharapkan, mampu menjawab keresahan masyarakat pengguna kendaraan BBM subsidi. 

Selain itu, menjadi media terpenuhinya hak masyarakat kecil untuk menikmati bio solar dan pertalite. Agar tidak diserobot lagi oleh orang lain yang memang tidak punya hak. Terutama kelompok kaya.

MyPertamina adalah aplikasi layanan keuangan digital yang dikembangkan oleh BUMN atau perusahaan pelat merah Pertamina. Fungsinya, hampir sama dengan platform seperti, Ovo, Dana, dan sebagainya. 

Lewat MyPertamina, pengguna bisa membeli beberapa produk, terutama jenis BBM, secara cashless atau nontunai. Layanan transaksi nontunai dari MyPertamina beroperasi dengan dukungan platform LinkAja.

Jadi, bila ingin membeli BBM lewat MyPertamina, pengguna diwajibkan memiliki akun MyPertamina lebih dulu, lalu menautkannya dengan akun LinkAja. 

Kemudian, saldo yang berada di akun LinkAja bakal dipakai membayar pembelian BBM. Untuk memiliki akun MyPertamina, pengguna bisa mengunduh aplikasinya lewat Google Play Store atau App Store (Kompas.com, 06/06/2022).

Ilustrasi Pertamini Resmi, Photo By Tresno Setiadi/Kompas.com
Ilustrasi Pertamini Resmi, Photo By Tresno Setiadi/Kompas.com

Untuk kondisi sekarang, rasanya cara tersebut bukan lagi sebuah masalah. Karena pengguna smart phone sudah relatif merata. Termasuk juga telah manjangkau hampir semua lapisan masyarakat pemilik kendaraan. Jenis sepeda motor sekalipun. 

Saat ini, rasanya sulit menemukan orang yang tidak pegang smart phone. Kalau dulu, jaman masih HP jadul yang ringtone-nya bunyi nat nit nut, mungkin iya. 

Karena di hp jadul tidak ada fasilitas unduh aplikasi. Jangankan mau unduh MyPertamina, youtube atau aplikasi lainnya. Buka internet saja, sulitnya minta ampun.

Namun demikian, Pertamina sebaiknya tidak hanya mengandalkan MyPertamina. Agar distribusi BBM subsidi 2022 tepat sasaran, juga wajib menempuh langkah lain. 

Harus ada regulasi tambahan. Yang nantinya berfungsi sebagai pendukung kelancaran penyaluran BBM subsidi. Kalau tidak, rencana tepat sasaran pasti terhambat. 

Ujung-ujungnya, kembali lagi seperti yang selama ini terjadi. Hak masyarakat bawah tetap diserobot oleh kalangan atas. Pertalite dan bio solar yang diperuntukkan bagi pengguna kendaraan kelompok masyarakat "kecil", tetap dipakai oleh golongan masyarakat "besar".

Menurut saya, salah satu faktor penghambat tersebut adalah Pertamini yang kini masih menjamur ada di berapa tempat. Namun, yang dimaksud bukan Pertamini resmi yang punya legalitas. Di mana dalam proses pendiriannya, mendapat fasilitas atau dibantu oleh Pertashop. 

Sebuah lembaga penyalur milik Pertamina yang bertugas mendistibusikan bahan bakar subsidi, LPG nonsubsidi, dan produk ritel Pertamina lainnya. Kalau Pertamini resmi, tidak masuk sebagai penghambat. Karena dalam proses distribusi dan penyaluran BBM memiliki aturan ketat. 

Mirip pemberlakuan regulasi yang ada di SPBU besar. Jadi, dalam hal kewajiban menjual BBM kepada konsumen yang sudah ditentukan oleh pemerintah, dijamin tepat sasaran.

Ilustrasi Pertamini Liar, Photo By Okezone
Ilustrasi Pertamini Liar, Photo By Okezone

Yang dimaksud sebagai faktor penghambat itu adalah Pertamini liar atau penjual BBM eceran. Sekedar info, di luar SPBU besar dan Pertamini resmi dari Pertashop yang selama ini telah beroperasi, BBM juga dijual secara bebas oleh masyarakat melalui Pertamini liar. 

Siapapun bisa melakukan bisnis ini. Tanpa ada ikatan terhadap regulasi tentang distribusi BBM. Mirip penjualan sembako. Jadi, beli bensin atau solar, sama dengan beli beras, gula dan sebagainya.

Padahal, jual BBM berbeda dibanding bisnis sembako. Meskipun oleh pemerintah sama-sama diatur sekalipun, pasti regulasinya tidak sama. Yang paling pokok, jual sembako urusannya dengan makanan. 

Sementara jual BBM, disamping tepat sasaran juga terikat oleh aspek keamanan. Karena BBM adalah sejenis minyak. Bisa menjadi pemicu terjadinya kebakaran. Sudah sering kita dengar dibeberapa daerah, berita tentang kebakaran yang disebabkan oleh Pertamini liar.

Di samping soal keamanan, keberadaan Pertamini liar juga dapat merusak rencana pemerintah menjual bio solar dan pertalite tepat sasaran. Karena penjualan yang dilakukan terjadi secara bebas. Tidak terikat regulasi. Siapapun konsumennya, silahkan beli. Di sini, penjualan bio solar atau pertalite yang dikulak dari SPBU besar lewat pembelian menggunakan jerigen, menjadi tidak terkontrol. Bisa dinikmati oleh siapapun. Baik kelompok atas maupun golongan bawah.

Saran saya, agar usaha menjual BBM Subsidi 2022 tepat sasaran, pemerintah harus lebih perketat pembelian BBM lewat jerigen atau sejenisnya. Juga ada tindakan tegas terhadap beroperasinya Pertamini liar. 

Kalau bisa, juga diatur sedemikian rupa, agar juga terikat oleh regulasi tentang distribusi dan penjualan BBM. Kalau perlu ditutup. Jangan dibiarkan atau hanya berupa himbauan saja. Seperti selama ini terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun