Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anak Sopir Bus yang Kurus Itu Ternyata Kuat

26 Mei 2022   16:37 Diperbarui: 26 Mei 2022   16:42 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Ganjar Dan Pak Jokowi, Dok. Kompas.com/pemprov jateng

Siapa Pak Jokowi..? Beliau Presiden kita. Perawakan kurus. Badan kalah kekar di banding Kaesang. Sang putra bungsu yang jualan pisang itu. Pernah di ajak main panco. Kata Kaesang, sambil merem sekalipun, bapak pasti kalah. Bahkan, lanjut Kaesang, bisa kumat itu encok jika bapak tetap ngotot.

Beda lagi saat Pak Jokowi pidato. Nilai retorikanya biasa-biasa saja. Cenderung datar. Tidak berapi-api bagai Bung Karno. Dibanding Anis Baswedan, kurang "akademis". Apalagi pakai bahasa inggris. Agak "belepotan". Bahkan pernah beredar tangkapan layar twitter hoaks. Isinya, gambaran seolah-olah Pak Jokowi sedang bingung saat duduk diantara para pemimpin dunia yang bicara menggunakan bahasa Inggris (Medcom.id, 20 April 2020).

Kecuali yang dari Kaesang, begitulah kira-kira pandangan para penentang Pak Jokowi. Cenderung mendiskreditkan. Terkesan kurang baik. Tapi siapa sangka, dibalik persepsi yang cenderung negatif itu, terselip potensi kecerdikan luar biasa. Piawai bermain politik dan sulit ditebak. Mampu membalik asumsi lawan politik. Hingga mereka jadi bingung dan kecelik.

Pak Jokowi memang tokoh politik istimewa. Jika para presiden sebelumnya punya latar belakang keluarga terpandang, maka beda dengan beliau. Meminjam ungkapan Bang Adian Napitupulu, Jokowi bukan anak siapa-siapa. Jokowi sama seperti kita. Dari keluarga sederhana. Sang ayah, Wijiatno Notomiarjo, punya profesi sebagai penjual bambu dan kayu. Bahkan, untuk nambah inkam keluarga, pernah jadi sopir bus.

Namun siapa sangka, meskipun hanya anak seorang supir bus, Pak Jokowi mampu menguncang Indonesia. Bahkan dunia. Beliau jeli melihat momentum politik. Hitungannya nyaris selalu tepat. Beliau betul-betul paham. Kapan harus diam. Pada saat apa mesti bersuara. Dan dalam kondisi bagaimana pantas untuk marah.

Hal tersebut nampak jelas saat Pak Jokowi membuka Rakernas V Relawan Pro Jokowi atau Projo, di Balai Ekonomi Desa Ngargogondo, Kecamatan Borobudur, Magelang Jawa Tengah pada sabtu, tanggal 21 Mei 2022. Di acara ini, secara khusus beliau datang untuk membuka rakernas. Disitu ada juga Ganjar Pranowo. Seorang capres yang hasil surveynya senantiasa nangkring di puncak klasemen. Lalu apa yang terjadi berikutnya..? Dalam salah satu penggalan pidatonya, mengutip Kompas.com 25 Mei 2024, Pak Jokowi berkata, ""Jangan tergesa-gesa, jangan tergesa-gesa. Meskipun, meskipun, mungkin yang kita dukung ada di sini".

Sontak penegasan tersebut mendapat sambutan meriah dari para peserta Rakernas. Terutama relawan pendukung Ganjar Pranowo. Mereka bersorak-sorai. Tepuk tangan kegirangan sambil meneriakkan nama Ganjar. Pernyataan Jokowi ini ditengarai sebagai sinyal. Restu ke Ganjar untuk maju sebagai capres 2024.

Apa yang disampaikan Pak Jokowi, jelas mengandung pesan yang sangat kuat. Pasti ada pengaruh terhadap manuver politik yang saat ini tengah dirancang oleh masing-masing parpol. Diluar peserta rakarnas, utamanya para politisi kontra Ganjar, dan kebetulan nonton lewat media elektronik atau baca berita online, penggalan pidato itu tentu membuat mereka sedikit "jantungan". Apalagi terhadap PDIP. Partai yang dari awal menjadi pengusung Jokowi. Sejak pilwali di Kota Solo. Lanjut Pilkada DKI Jakarta. Hingga mampu naik ke puncak kekuasaan menjadi Presiden dua periode.

Bagaimana sikap PDIP..? Jika pilih afirmatif terhadap pernyataan Pak Jokowi, tentu partai banteng moncong putih ini senang bukan main. Tapi kalau pilih sikap negasi, seyogyanya pantas ketar-ketir. Jika tidak diantisipasi dari awal, bisa-bisa seperti pepatah, "sudah jatuh, masih tertimpa tangga". Sudah kalah pilpres, masih terjun bebas pula yang namanya suara pileg.

Rakernas Projo di Magelang pasti diperhitungkan oleh PDIP. Sebab, tak bisa dipungkiri, Jokowi memiliki pengikut setia dan militan. Baik yang berasal dari luar partai, terlebih lagi yang memang kader PDIP sendiri. Mengabaikan potensi dan kekuatan Jokowi, meskipun tidak bisa dicalonkan lagi, sama dengan membuka peluang tergerusnya suara PDIP.

Disisi lain, tak bisa disangkal bahwa Jokowi punya kemampuan menggerek suara capres. Mengingat, hingga saat ini, pengakuan masyarakat Indonesia terhadap keberhasilan beliau memimpin Indonesia terbilang cukup stabil. Meskipun terjadi penurunan dibanding periode sebelumnya, namun nilai kepuasan itu masih  ada dikisaran 58,1 persen (Kompas.com, 17 Mei 2022). Tidak menutup kemungkinan, jika kondisi kembali normal seperti ketika belum ada pandemi dan krisis perang Rusia-Ukraini, nilai kepuasaan tersebut akan meningkat lebih tinggi lagi.

Jika demikian, maka capres yang didukung Jokowi, akan menerima limpahan predikat sebagai penerus beliau. Suaranya bisa menguat. Karena ada rasa rindu terhadap gaya kepemimpinan Jokowi yang lebih senang memperhatikan nasib rakyat, dibanding kerabat sendiri. Dan itu akan dipersonalisasikan kepada capres dukungan Pak Jokowi. Hingga menjelang akhir masa jabatan pada 2024 nanti, nilai jual suara Pak Jokowi tetap menjadi rebutan. Baik untuk tujuan mendongkrak suara partai, maupun menaikkan elektabilitas capres 2024.

Sementara itu, di internal PDIP sendiri kelihatan masih galau. Fakta menunjukkan bahwa tingkat elektabilitas Ganjar sangat kuat. Sementara Puan Maharani sendiri, yang digadang-gadang oleh sebagian elit partai untuk maju bertarung pada 2024, elektabilitasnya tetap stagnan. Mandeg. Jauh dibawah Ganjar.

Sudah saatnya PDIP mulai berpikir realistis. Hendak memaksakan trah keluarga biologis Sukarno maju bertarung di 2024 dengan konsekwensi tak dapat apa-apa..? Atau sebaliknya, legowo mendorong keluarga ideologis. Dengan harapan, dapat meneruskan ide-ide Sukarno yang selama ini sudah tergelar pondasinya. Ingat, menjalankan ide-ide Bung Karno itulah yang lebih utama. Ketimbang menyanjung seorang anak perempuan...

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun