Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Siapa Teman Kita"

14 Maret 2022   22:27 Diperbarui: 14 Maret 2022   22:50 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"SIAPA TEMAN KITA"

Anda punya teman? Pasti. Bagi yang tidak punya, bisa ditebak akan mengalami kesulitan. Jika sedang sumpek, sulit cari lawan ngobrol. Jika sedang susah, tidak ada yang mau bantu. Jika butuh dukungan, tidak ada suporter. 

Pendek kata, jika tidak ada teman, anda akan sendirian menghadapi masalah. Karena itu, senyampang belum terlambat, anda harus segera cari teman sebanyak mungkin. Ada istilah dalam politik yang bisa dijadikan renungan. "Punya teman seribu masih kurang. Punya musuh satu orang, sudah terlalu banyak".

Mengapa teman menjadi sangat penting? Jawabnya, karena itu adalah kebutuhan. Sama seperti anda butuh makan dan minum. 

Bedanya, makan dan minum untuk fisik. Sedang teman untuk kebutuhan ruhani, yang erat kaitannya dengan perasaan, keyakinan dan ketenangan. Kaitan itu terjadi, saat teman anda menunjukkan sikap terpuji dan menghargai. 

Namun bisa terjadi pula saat teman anda cuek, marah, benci dan sebagainya. Jadi, apapun yang terpatri dari seorang teman, akan berpengaruh pada kondisi ruhani anda. Entah itu positif maupun negatif.

Di berbagai waktu dan kesempatan, seorang teman memiliki banyak fungsi. Apakah sekedar hanya untuk curhat, minta tolong, main, santai, ngobrol atau cari info. 

Pada kondisi yang lebih serius, teman bisa sebagai motivator, yang memberi keyakinan dan kekuatan menghadapi berbagai masalah. Di sini, keberadaan teman sebagai pendukung atas apa yang saat itu anda butuhkan. Seorang teman adalah pendorong bagi anda, agar menjadi yang terbaik, menemukan jalan saat situasi sulit, meningkatkan motivasi atas tercapainya cita-cita, dapat meringankan pikiran kala mengalami stres dan membantu lebih fokus saat aktualisasi personal atau ingin menunjukkan jati diri.

Melihat itu semua, dapat disimpulkan bahwa keberadaan seorang teman tidak dapat dianggap remeh. Teman adalah orang penting. Posisinya sangat berharga. Bahkan dapat memberi pengaruh pada perjalanan hidup, baik dimasa kini maupun dimasa yang akan datang. 

Di masa kini, teman berpengaruh atas sukses dan gagalnya upaya yang anda lakukan sekarang. Dan dimasa mendatang, teman membantu anda mewujudkan impian, harapan dan cita-cita.

Di beberapa komunitas tertentu, teman diposisikan sebagai sesepuh yang dituakan, meskipun umurnya lebih muda dibanding anggota komunitas lain. Contoh didunia kerja. 

Di sini, teman bisa jadi adalah seorang Bos atau atasan. Jika punya teman semacam itu, anda tentu sangat beruntung. Derajat bisa naik, levelnya berada diatas karyawan lain. Anda juga akan mendapat perlakuan lebih baik, meskipun tidak sebesar teman yang atasan itu. Tapi paling tidak, punya teman seorang atasan membuat anda tidak bisa dipandang sebelah mata.

Sekarang, apa arti kata teman..? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata teman punya arti beragam. Bisa disebut kawan, sahabat, orang yang bersama-sama, lawan bicara dan pasangan hidup. Tentu beberapa arti tersebut muncul sesuai konteks. Dan tergantung pula pada obyek, siapa yang diberi lebel "teman". Namun bukan soal konteks itu yang ingin dibahas. Biarlah itu menjadi perhatian pihak lain. Atau jika muncul ide baru, akan ditulis pada kesempatan berikutnya. Fokus disini adalah pada bagaimana kita memilih teman.

Ada pandangan bahwa, mencari teman haruslah yang baik. Kategori sebagai teman baik bisa karena jabatan, status social, umur, tingkah laku dan sebagainya. Sebaliknya, teman yang dianggap buruk atau rendah harus dijauhi. Sebab teman buruk merupakan sebuah ancaman dan dapat membawa citra negative. Akibatnya, terjadi penyesalan seumur hidup. Benarkah demikian..?

Sebenarnya, pandangan seperti itu bisa diperdebatkan. Mengapa..? Sebab penilaian baik dan buruk seseorang bersifat relative dan tidak baku. Tergantung pada siapa dan diwilayah mana sebuah peristiwa berlangsung. 

Penilaian baik dan buruk secara baku hanya bisa terjadi dalam konteks doktrin tertentu. Misal doktrin ajaran agama, hukum Negara dan kedudukan dalam struktur organisasi sebuah lembaga. Tapi itupun hanya untuk internal masing-masing. Diluar pemeluk agama, warga asing dan bukan anggota organisasi, doktrin itu tidak berlaku.

Tidak bakunya pandangan soal baik buruk seorang teman, lebih-lebih nampak terlihat jika dikaitkan dengan norma budaya yang berlaku disuatu tempat. Misal di Negara Saudi. Anda akan dianggap sebagai teman baik, bahkan sangat-sangat baik hingga layak diberi hadiah, jika sudi mengelus-elus jenggot yang tumbuh di dagu teman anda. 

Meskipun itu kepada yang lebih tua. Tapi, elus jenggot semacam itu jangan coba-coba anda lakukan di Indonesia. Bukan hadiah yang didapat. Tapi bogem mentah akan mendarat dikepala. Bisa-bisa, anda jadi bonyok, karena ditinju teman sendiri.

Dari segi waktu, ada teman yang bertahan secara permanen, tapi ada pula yang insidentil. Teman yang permanen adalah seseorang yang bersama untuk waktu tak terbatas, selamanya. Teman permanen ini, bersifat awet. Tidak lapuk karena hujan, tidak lekang karena panas. Dalam kondisi apapun, tetap kuat untuk bersatu. Ini contohnya adalah sepasang suami istri. Apapun yang terjadi, mereka tetap hidup bersama. Yang bisa memisahkan mereka hanya satu, yaitu mati.

Sebaliknya, teman yang bertahan secara insidentil atau sewaktu-waktu, adalah seseorang yang bersama untuk waktu terbatas, hanya dalam satu kondisi tertentu. Sifatnya adalah sementara. Misal teman bicara satu kursi pesawat dalam perjalanan dari Surabaya ke Jakarta. 

Di sini, pertemanan hanya berlangsung saat diatas pesawat. Setelah itu hilang. Baru bisa berubah menjadi teman permanen, jika ada kesepakatan untuk melanjutkan diwaktu yang akan datang. Bahkan, jika kebetulan diantaranya adalah pria dan wanita jomblo, berubah menjadi teman permanen, jika dilanjutkan saling tukar nomor WA. Terus chatingan. Lalu datting. Dan akhirnya menikah. Kalau yang begini ini, sungguh asyik. Penulis juga mau, heheheee....

Mencari teman, harus terbuka. Dengan kata lain, siapapun orangnya, bisa dijadikan teman. Baik mereka yang oleh kebanyakan orang diberi lebel baik maupun buruk. Mengapa..? Karena justru dari lebel baik atau buruk itulah, dapat diambil banyak manfaat. Anda punya teman baik, syukurilah. 

Dari dia, anda senantiasa akan diingatkan, bahwa menjadi orang baik itu adalah keharusan. Sebaliknya, jika punya teman buruk, jangan dipersoalkan. Dari dia, anda bisa mengambil manfaat, bahwa perbuatan salah akan menjatuhkan anda ke jurang nestapa.

Saran saya, siapapun anda, janganlah pilih-pilih teman. Anda harus mahfum, bahwa semua makhluk yang namanya manusia, diciptakan oleh Tuhan untuk tujuan yang sama. Yakni kebaikan. Dan kebaikan itulah yang nanti menjadi petunjuk dan ilmu bagi umat manusia. Sebagai bekal hidup didunia. Terlebih lagi, manusia adalah makhluk sosial, yang selalu butuh orang lain. Ingat, kita tidak bisa hidup sendiri.

Soal ada manusia berbeda antara satu dengan lainnya, itu sesuatu yang wajar, biasa. Tiap orang pasti memiliki potensi dan ciri khas masing-masing. Karena itu, jangan saling klaim sebagai yang terbaik. Itu akan menimbulkan pertentangan antar teman. Jika diteruskan, yang ada adalah kerusakan, bukan kebaikan.

Perbedaan potensi dan ciri khas, bukan alasan pilih-pilih teman. Perbedaan itu, justru diciptakan Tuhan untuk saling mengisi, saling mengenal diantara teman. Yang pada akhirnya dapat memperkaya milik masing-masing. Ada doa yang diajarkan oleh satu agama, bunyinya demikian : "Ya Tuhan, tunjukkan kami jalan yang benar. Yaitu jalan mereka yang engkau beri nikmat, bukan jalan mereka yang engkau murkai. Dan bukan pula jalan mereka yang sesat".

Lalu siapa yang dimaksud "mereka" dalam doa itu..? Jawabnya adalah semua umat manusia teman anda. Yang dipandang baik maupun buruk dari segi apapun. Teman baik adalah rambu, tutunan dan jalan bagi anda. Sebaliknya, teman buruk adalah rem, pengekang atau penahan bagi anda. Jadi, bertemanlah dengan semua orang. Karena tidak ada yang buruk dari seorang teman. Yang ada adalah bagaimana anda dapat mengambil hikmah dari seorang teman, siapapun dia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun