Sejak gerakan reformasi 1998 menggaung hingga menjadi panggung sejarah baru Indonesia pasca Orde Baru tumbang, sosok Amien Rais tetap konsisten berdiri di atas keyakinan moral politiknya.
Sebagai lokomotif gerakan reformasi, Amien Rais meyakini bahwa kemajuan bangsa dan negara sangat bergantung pada moralitas kekuasaan. Kekuasaan yang korup, zalim dan tidak adil adalah pintu gerbang kerusakan di berbagai sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dari rezim ke rezim, konsistensi Amien Rais tak berkesudahan mengalami ujian berat. Selain ancaman fisik berupa upaya "pemenjaraan" dan "penganiayaan", Amien Rais juga terus menerus menghadapi upaya pembusukan politik lewat berbagai cara yang tidak bermoral.
Hinaan dan serangan fitnah brutal ala buzzer masa kini pun telah menjadi ujian keseharian Amien Rais. Namun, konsistensi bapak reformasi yang akrab disapa "Pak Amien" itu tak bergeming.
Lewat pernyataan sikap di berbagai media, Pak Amien tetap teguh mengumandangkan keyakinan moral politiknya. Bahwa penguasa yang korup, zalim dan tidak adil harus terus dilawan.
Tanpa perlawanan yang gigih terhadap kezaliman dan ketidakadilan, Indonesia akan mengalami devisit moral politik yang kian dalam dan hampir pasti akan jatuh ke jurang negara hukum yang nista.
Sedih memang, korupsi masih merajalela bahkan seakan bergandengan tangan dengan ketidakadilan hukum yang menjadi tontonan sehari-hari. Tanpa menyebut kasus korupsi dan praktik kezaliman hukum itu satu per satu, publik sudah bisa mengetahui sendiri.
Contoh paling mutakhir adalah gurita korupsi bantuan sosial dan penembakan 6 laskar FPI.
Terhadap peristiwa gelap super tragis yang menimpa 6 laskar FPI, misalnya, Pak Amien tiada henti-hentinya mengingatkan penguasa untuk berlaku adil. Sebagaimana peringatan Al Quran surat Al Maidah ayat ke-8:
"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, membuatmu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Pak Amien kerap menyebut bahwa salah satu ciri hukum yang nista adalah tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Hukum yang tidak melindungi rakyat kecil. Hukum yang demikian itu biasanya dibelenggu oleh kekuasaan politik korup dan pemerintahan yang kotor.
Sejak berpuluh tahun silam, Pak Amien sudah mengingatkan tentang bahaya "sapu kotor". Bahwa mustahil, cita-cita pemerintahan bersih dan negara adil makmur dapat diwujudkan dengan kekuasaan politik yang kotor.
Ibarat lantai sebuah rumah, yang mustahil bisa dibersihkan dengan sapu kotor itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H