Iman yang kuat
Memang atas dasar inilah langkah itu akan terus maju, dan pantang mundur. Hal ini diutamakan pendidikannya oleh ibunda tercinta, Hajar. Hal ini terlihat, bagaimana Hajar dahulu mengatakan hal yang luar biasa kepada Ibrahim ketika hendak berangkat dakwah menuju Palestin. Hajar mengatakan "jika memang perintah Allah, maka pasti Ia tidak menyia-nyiakan kami". Padahal saat itu Hajar tahu, bahwa daerah itu tandus, tak berpenghuni, perbekalan sangat minim, dan penuh bahaya terlebih saat malam hari. Tetapi ketika ia yakin Allah pasti menolongnya, tidak sedikit pun rasa takut itu menghinggap di dalam hati sanubarinya. Iman kuat, akan memudahkan kesuksesan dan kebahagiaan.
Refleksi diri
Dapat dipastikan tidak ada orangtua yang mau anaknya begajulan, pemaksiat, pembangkang, dan lain sebagainya. Kedua orangtua akan sangat mengharapkan anaknya menjadi penyejuk pandangan matanya, penghibur hati yang lara, dan penyemangat hidupnya. Anak yang indah dan menyenangkan dalam berucap dan bersikap. Yaitu anak yang soleh, yang didambakan oleh orangtuanya.
Akankah itu hanya menjadi harapan saja, harapan hampa atau isapan jempol? Kita yang harus membuktikan.
Suami mendidik istri, istri mendidik anak-anaknya. Sayang jika lulusan terbaik dan bahkan S3 dibindangnya, bersusah payah menggoalkan pekerjaan dan amanahnya di luar, tetapi anaknya diserahkan pada si "mba", si "simbo", atau si "mpo", yang memang secara kompetensi pendidikan jauh dengan orangtuanya. Akankah hal ini dilakukan oleh orangtua yang insaf dan sadar bahwa ia menginginkan anaknya yang soleh?.
 Ambil jalan tengah jika tidak bisa ditinggalkan. Apa jalan tengahnya? Laksanakan tugas luar dengan tanpa meninggalkan sedikit pun tugas di dalam, yaitu mendidik anak-anak.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H