Halo rek, piye kabare? mengupas tuntas tentang tradisi, wis ngerti ora opo iku tradisi? ternyata ning indonesia iki beragam tradisi sing dadi tanda pengenal daerah e, khusus nek daerah Malang wis ngerti ora tradisi e? simak penjelasan ning isor!
Malang, di kenal sebagai kota pendidikan, kota pariwisata dan kota bunga, selain padat akan penduduk yang berpendidikannya tentunya Kota Malang mempunyai ciri khas yang tidak di miliki oleh daerah lain yaitu tradisinya, kali ini kita akan membahas 5 tradisi unik kota malang saat menjelang ramadhan
1. Ater-ater
Ater-ater berasal dari kata "antar atau mengantarkan", karena kegiatannya mengantarkan makanan dari satu rumah ke rumah lainnya. Warga Kota Malang akan melakukan sedekah makanan kepada tetangga atau saudara-saudaranya.
Proses menyiapkan makanannya bisa pesan ke katering atau memasak sendiri dengan jumlah yang lumayan banyak. Kemudian makanan itu diantarkan dari satu rumah ke rumah lainnya. Mereka yang menerima ater-ater dari kita, akan berbalik memberi juga.
Waktu dilakukannya ater-ater sebenarnya bebas, selama bulan Ramadhan. Umumnya, warga Kota Malang melakukan ater-ater mulai minggu kedua puasa sampai mendekati lebaran. Jadi, tak heran kadang seminggu terakhir bulan Ramadhan, ibu-ibu di Kota Malang sudah tidak terlalu pusing urusan masak karena mendapat banyak makanan dari tetangga maupun saudara.
Hikmah yang dapat diperoleh dalam tradisi ini adalah kita sebagai hamba allah harus saling berbagi terhadap rizki allah dengan cara berbagi makanan ke tetangga atau saudara juga dapat mempererat silaturahmi.
2. Nyekar
Nyekar merupakan tradisi yang berupa wujud hadiah terindah pada sosok almarhum. Pada tiga hari terakhir puasa, warga kota Malang akan disibukkan dengan kegiatan nyekar atau ziarah kubur. Setelah pembersihan lingkungkan sekitar rumah, hajatan dan lain sebagainya, tradisi berziarah dan mendoakan leluhur dilakukan sebagai wujud memaksimalkan ibadah. Diyakini bahwa selama bulan puasa berlangsung, arwah para leluhur pulang ke rumah masing-masing dan akan kembali ketika menjelang malam takbir. Sehingga kegiatan ziarah ini dianggap pula sebagai proses perpisahan dengan arwah para leluhur yang pulang ke rumah setahun sekali. Tak afdol rasanya jika tidak berpamitan dan mendoakan leluhur dalam proses ibadah puasa yang sudah dilakukan sebulan penuh.
3. Kirab Oncor
Dalam rangka menghidupkan malam takbiran, masyarakat Kota Malang tidak terlepas dengan uforia-nya. Malam yang meriah dengan berbagai pawai anak-anak maupun dewasa dengan membawa oncor atau obor. Sambil mengumandangkan takbir berkeliling dari satu desa ke desa berikutnya. Suasanya yang jarang ditemui di luar negeri.
Tak lupa pula, kembang api turut menghiasi langit malam takbir. Suasanya yang jarang terjadi dan kemungkinan hanya terjadi setahun sekali. Disamping itu, para warga akan keluar rumah menyaksikan kirab oncor atau pawai obor ini melewati satu rumah ke rumah lainnya. Obor yang digunakan juga sederhana, terbuat dari bambu dan beberapa kain perca sebagai tumpuan api. Malam ini malam yang selalu ditunggu-tunggu, malam kemenangan untuk umat Islam di seluruh dunia.
4. Gugur Gunung
Gugur gunung disebut juga dengan kegiatan gotong royong atau kerja bakti. Di Kota Malang, gugur gunung identik dengan gotong royong membersihkan pemakaman umum. Warga se-RW akan bahu membahu membersihkan area pinggiran makam, jalanan menuju makam, dan tentunya makam-makan leluhurnya masing-masing.
Biasanya warga akan menerima undangan berukuran A5 dari ketua RW untuk melaksanakan kegiatan gugur gunung. Namun, kegiatan ini tidak menyeluruh dilaksanakan di Kota Malang, beberapa daerah yang memiliki tempat pemakaman khusus warga tertentu masih menganut sistem budaya ini, tetapi daerah lain yang menyerahkan pemakaman leluhurnya ke Tempat Pemakaman Umum Terpadu tidak lagi melakukan budaya ini karena area tersebut sudah dijamin oleh juru kunci.
Tak hanya pemakaman, ada pula imbauan kepada warga RT setempat untuk membersihkan musholla dan masjid sebelum memasuki bulan Ramadhan. Intinya, kegiatan ini lebih ke arah membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal.
5. Kenduren Riayan
Setengah sampai satu jam sebelum dilakukan sholat Ied. Beberapa sesepuh laki-laki biasanya akan datang lebih awal ke masjid untuk melakukan tradisi ini. Begitu pula dengan sesepuh perempuan juga akan datang lebih awal ke masjid untuk membawa berkat atau makanan lengkap dengan lauk pauk dan juga untuk mendapatkan shaf sholat Ied paling depan.
Namun, untuk zaman sekarang tradisi ini sudah mulai berkurang dan jarang dilakukan. Jika ada berkat akan dilakukan kenduri, kalaupun tidak ada juga tidak apa-apa lanjut dengan ibadah utama sholat Ied.
Jadi, itulah kelima budaya menjelang Ramadhan sampai dengan Hari Raya Idul Fitri ala warga Kota Malang. Bagaimana budaya di daerah mu?
https://www.idntimes.com/life/inspiration/vivi-ramadyah/menyambut-ramadhan-dan-lebaran-c1c2?page=all
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H