Mohon tunggu...
Zuhdy Tafqihan
Zuhdy Tafqihan Mohon Tunggu... Tukang Cerita -

I was born in Ponorogo East Java, love blogging and friendship..\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Untuk Sutini Si Janda Kembang di Ujung Gang

5 Maret 2011   01:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:03 3737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_94368" align="alignnone" width="132" caption="dari simbah google"][/caption]

Dear Sutini

Sambutlah abang

Tepergok senyummu

Terantuk manis sapamu

Jangan ingat yang dulu

Dia sudah mendahuluimu

Abang bisa gantikan dia

Agar kamu tak sembarang digoda

Kamu hidup tak sendiri

Ada abang yang ingin menemani

Abang memang tak banyak uang

Tapi abang bisa beli giwang

Atau kalung indah

Untuk leher jenjang

Abang memang tak kaya

Tapi abang punya cinta

**

Jika gayungku bersambut

Aku ingin segera saja

Menikahi dirimu

Yang tetap malu malu

Jika aku jadi suamimu

Aku takkan malas lagi

Aku pasti belikan cincin

Dengan banting tulang

Tidak lagi banting gaple

Biar bibir tak memble

**

Meski kutahu kamu seksi

Ku tak ingin terbelai

Meski kamu ayu

Ku tak ingin mengigau

Ku tak berpikir parasmu

Ku hanya ingin hatimu

Tubuhmu bisa menua

Tapi hatimu tak kan renta

**

Kemarin kulihat

Cukong menyelinap

Apakah itu orang kaya?

Yang ingin membawamu?

Jika boleh kubernyanyi

Jangan ikuti pria itu

Dia gendut dan punya uang

Tapi nafsu seperti kudanil

Dia hanya memandang molekmu

Tak mungkin dia tulus

Kamu hanya diduakannya

Tak mungkin jadi pertama

Meski kamu berpunya

Kuyakin kamu tak bahagia

**

Yakinlah bahwa aku baik hati

Meski tak membawa mercy

Tatapan mataku

Tatapan ikhlas penuh arti

Kuberdoa moga Tuhan menuntunmu

Tuk bersanding denganku

Tapi jika Tuhan tak begitu

Berarti itu terbaik untukmu

**

Aku tahu kenyataannya

Dan aku tahu diri

Banyak yang mengincarmu

Bukan hanya aku

Tidak ada audisi

Untuk mencari pria sejati

Selalu ada audisi

Untuk mencari pria ber-audi

Kutahu kamu pintar

Tak pernah kamu mendewa harta

Tapi kamu sekarang tahu apa hidup

Karena itu sebuah tuntutan

Memang harta bukan jaminan bahagia

Tapi tanpa harta memang sulit bahagia

**

Aku hampir kalah

Dalam pertempuran ini

Mengapa kamu tak mengobral hati

Pada pria tak beruntung ini

Tentu aku akan buntung

Jika kamu melewatkanku

Satu-satunya cara bagiku

Kuingin kamu tahu aku seperti apa

Aku bisa menjadi pelabuhan

Yang paling akhir bagi perjalanan

Segera kubilang

Ikutlah kata hatimu

Pergi saja jika mau

Dengan laki-laki penyu

Tapi jika kamu tak bahagia

Aku tetap menantimu

**

Sutini memilih pergi

Tak ada janji

Kuyakin dia ingat aku

Meski dia ingkari kata hati

Berpetualang sekali lagi

Menjinakkan badai

Jika berhasil

Dia meluncur dan meliuk

Jika gagal

Dia terkapar

**

Hari-hari selalu kuhitung

Untuk menanti Sutini

Dia pasti kembali

Tak mungkin jauh lagi

Tapi tak pernah kuyakini

Jika kemarin adalah terakhir kali

Tergambar Sutini

Dia menjadi kosong dan lenyap

Sutini menghilang

Suara maya memekik

Tetangga membaca koran

Sutini korban pembunuhan

Aku menangis dan menjerit

Membuang sauh

Karena aku pelabuhan terakhir

Yang tak pernah didatangi

Aku meronta

Aku mengharu

Karena aku pelabuhan terakhir

Yang tak ada kapal lagi

Sutini tenggelam

Bersama asa sunyi

**

Dear Sutini

Kuingin kamu bahagia

Di alam sana

Tunggu aku jika mau

Jika kamu ingin

Jika tak seperti kemarin

Jika tidak

Aku tetap takkan pergi

Takkan urung

Cinta lirih di ujung jantung

Cinta parau

Di ujung gang

Untuk sebuah nama indah

Sutini yang terprasasti

***

Ponorogo, 4 Maret 2011

Mr. President.

Catatan : Salam Sun Buat Cewek-Cewek Kompasiana.. haha..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun