Mohon tunggu...
Zuhdy Tafqihan
Zuhdy Tafqihan Mohon Tunggu... Tukang Cerita -

I was born in Ponorogo East Java, love blogging and friendship..\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membuat Mereka Tersenyum: Artikelku yang Nggak Jadi Nongol di Opini Kompas

15 November 2010   00:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:36 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemandangan hari-hari terakhir ini dihasi oleh banyak sekali layanan peduli bencana. Di dekat traffic light, seorang mahasiswa membawa kotak kardus meminta sumbangan. Ada tulisan “Sumbangan Untuk Korban Merapi dan Mentawai” di kotak kardus itu. Banyak orang memasukkan selembar uang ke dalam kardus peduli bencana. Pun juga dengan iklan peduli bencana di televisi. Banyak disiarkan nomor rekening bank Peduli Bencana yang diawali spot iklan gambar-gambar dan video para korban bencana. Siapapun bisa menyalurkan bantuan dengan melakukan transfer ke rekening tersebut. Dunia maya juga melakukan kegiatan serupa di internet. Mereka menghimpun sumbangan melalui social network, semacam facebook atau twitter.

Jika melihat fenomena itu, tampaklah sebuah jalan untuk membuat semacam tes kepedulian kepada diri sendiri. Semua orang bisa memberikan pertanyaan-pertanyaan yang harus mereka jawab sendiri. Apakah saya sudah menyumbang? Apakah saya sudah peduli kepada mereka yang tertimpa bencana? Apakah saya siap untuk memberi dengan tidak mendapatkan ucapan terima kasih dari orang yang saya beri?

**

Kepedulian terhadap korban bencana adalah kepedulian yang harus dipupuk dan dipelihara. Sebab, kepedulian itu akan terkikis oleh iklim materialisme dan individualisme yang hanya mengejar hedonisme dan ego pribadi. Dr. Adler, seorang penulis buku What Life Should Mean To You atau Apa Arti Hidup Ini Bagi Anda menyatakan bahwa kepedulian terhadap sesama adalah perbuatan yang baik. Dan perbuatan yang baik adalah sesuatu yang mendatangkan senyum gembira di wajah orang lain.

Memberikan sumbangan bagi korban bencana adalah bentuk berbagi kebahagiaan. Jika ada niatan tulus untuk berbagi, niscaya orang yang berbagi tidak akan pernah mengharapkan ucapan terima kasih dari orang yang dia bagi. Jika ada niatan ikhlas memberi, niscaya orang yang memberi tidak pernah sakit hati jika orang yang dia beri tidak mengucapkan terima kasih. Fakta di lapangan, semua pemberi sumbangan tak pernah tahu detail perihal penyaluran bantuan korban bencana dimana terdapat uang yang mereka sumbangkan. Tapi jika ada niatan tulus dan tanpa pamrih, maka tak akan pernah ada keresahan dengan hal itu. Yang penting, ikhlas menyumbang.

**

Semua agama memerintahkan untuk mencintai sesamanya. Orang yang tidak mau menaruh perhatian kepada sesamanya adalah orang-orang yang egois. Dan orang-orang seperti ini akan menjadi pelopor kegagalan peradaban seluruh umat manusia.

Jika berbagi kebahagiaan dan berbagi cinta kepada sesama telah diajarkan agama, mungkin semua orang amat yakin karena mereka beragama. Anehnya, ada seorang atheis barat yang terkenal yang bernama Theodore Dreiser, yang mempunyai pendapat lain. Dreiser yang suka menghina dan mengolok agama ternyata mempunyai pendapat unik seperti yang dikutip Carnegie,”Barang siapa yang ingin menikmati hidup, ia harus memikirkan dan merencanakan untuk membuat agar segala sesuatunya menjadi lebih baik, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk orang lain. Sebab, kebahagiaan untuk diri sendiri tergantung pada kebahagiaannya dalam diri orang lain dan kebahagiaan mereka dalam dirinya..”

**

Berbagi senyum kebahagiaan adalah nilai tertinggi dalam hidup. Sebuah kisah terkenal dari barat telah berhasil menceritakan itu. Seorang wanita yang amat sedih karena ditinggalkan kekasihnya, senantiasa dirundung kesedihan dan kekalutan. Wanita itu tak pernah menikmati kebahagiaan sama sekali sebelum akhirnya dia menemukan dua orang anak yatim piatu yang dia ajak ke warung kecil untuk dibelikan makanan dan mainan. Ketika dua anak yatim piatu itu mengucapkan terima kasih dan senyuman kepada wanita itu, tak pelak, senyum kebahagiaan dari dua anak yatim piatu itu langsung membahagiakan dirinya.

Wanita itu jadi sadar dan paham. Ia telah lama memikirkan dirinya sendiri sehingga menderita. Ia terlalu bersedih akan kepergian kekasihnya dan hanya peduli kepada nasibnya sendiri. Ketika ia mencoba memberi dan peduli kepada orang lain, dia merasakan pencerahan. Ternyata masih ada entitas di bumi ini yang nasibnya jauh lebih buruk ketimbang nasib dirinya.

Wanita itu lantas menyimpulkan bahwa senyum kebahagiaan bisa menjadi mukjizat. Pengalamannya mengatakan bahwa dirinya harus membahagiakan orang lain jika ingin bahagia. Senyum kebahagiaan bisa menular.

**

Para korban bencana adalah mereka yang tak berdaya dan bersedih karena mereka kehilangan harta benda dan sanak keluarga. Sudah sepatutnya untuk membagi senyum kebahagiaan kepada mereka dengan cara yang bisa didapatkan dimana saja. Menyumbang langsung, atau melewati penyelenggara peduli bencana. Satu senyum kebahagiaan para korban bencana, adalah kebahagiaan hakiki orang-orang yang peduli.

Seorang Benjamin Franklin bahkan pernah berkata,”Bila Anda berbuat baik pada orang lain, Anda telah berbuat yang terbaik untuk kesehatan jiwa Anda”. Agar manusia tidak terjebak pada penyakit mementingkan diri sendiri, maka manusia harus peduli pada orang lain. Dan karena kondisi bangsa sedang prihatin, maka sudah sepantasnyalah bagi semua elemen bangsa negeri ini untuk peduli. Demi kesehatan jiwa seluruh anak bangsa Indonesia tercinta. [ ]

NB : Artikel ini pernah kukirimkan ke KOMPAS beberapa waktu yang lalu, tapi tidak bisa dimuat dengan keterangan “kesulitan mendapatkan tempat”. Waduuuhhhh.. yo wis.. tak upload aja di kompasianaku tercinta. Wkwkwkwkw..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun