Aku adalah hantu yang baru saja lahir setahun yang lalu. Waktu itu kelahiranku sangatlah mencekam. Tiada orang yang menyaksikan kelahiranku. Aku hanya ditemani seutas tali tambang yang cukup kuat. Embrioku terbuat dari setetes sperma kesengsaraan. Betapa tidak? Anakku tujuh orang dan aku hanya seorang tukang becak yang terbelit berbagai masalah. Penghasilanku yang jauh dari cukup, hutang yang menumpuk dan omelan mertuaku yang selalu menusuk hatiku. Semua kupendam dan menimbulkan amuk batin yang meradang, menghantam dan akhirnya membuih putih seperti sperma.
Sel telurku adalah ketidakberdayaanku yang menindasku selama bertahun-tahun. Aku memang anak bodoh. Aku tak pernah sekolah. Kemiskinan membelitku sejak kecil. Sperma dan sel telur, kesemuanya adalah pembentuk embrioku yang akhirnya bertemu sehingga melahirkan diriku setahun yang lalu. Aku betul-betul sendiri ketika terlahirkan disebuah gantungan di dekat dapur rumahku yang reot. Kutalikan tali tambang itu begitu kuat dileherku, kutendang kursi yang menahanku dan.. Ngeeek..lahirlah aku.. si Hantu Gantung Diri.
Sebagai hantu, umurku baru satu tahun saja. Aku sudah menjadi hantu dan berbeda dengan manusia. Kau tahu sendiri kan bagaimana manusia yang baru berumur satu tahun? Aku adalah hantu yang terlahir setahun yang lalu. Umurku tepat satu tahun nanti malam pukul dua belas. Tetapi satu tahun bagi hantu tentu berbeda. Aku bisa berpikir layaknya orang dewasa, berbicara lantang di alamku dan bisa bergerak seperti apa saja. Berjalan, berlari, menari, menyusup, berjoget, meludah, cebok dan segala hal yang bisa dilakukan semua manusia dewasa.
**
Berbeda ketika aku masih dalam kandungan (alam manusia, red), kini aku mempunyai pedoman hidup yang lebih bermakna. Ketika dahulu aku hanya hidup dalam kebodohan, kini aku mulai belajar.
Aku menyusup ke kamar-kamar para guru, dosen dan professor di kotaku. Aku lebih suka menyusup ke kamar para guru Pendidikan Moral dan Pancasila (PMP) dan menyusup ke kamar para dosen Civic Education (Pendidikan Kewarganegaraan). Tujuanku hanya satu. Belajar bagaimana hidup beradab, bermoral dan tahu aturan. Bagaimana menahan diri, tepo seliro, menghormati orang lain dan menghargai hidup dan kehidupan.
Aku mempelajari buku ajar mereka, memelototi artikel mereka dan memahamkannya dalam otakku. Aku tinggal menyusup saja dan tidak akan dikenai biaya pendidikan, ujian atau uang per SKS. Ahai!! istilah-istilah yang baru saja kusebutkan itu adalah ilmu baruku, karena setengah tahun terakhir ini aku sering berkeliaran di kampus, mencoba merasakan bagaimana enaknya kuliah, sesuatu yang mustahil aku dapatkan ketika masih dalam kandungan dulu.
Ternyata menjadi hantu lebih nikmat bagiku. Satu hal yang telah kudapat setahun terakhir ini adalah sebuah kesadaran. Kesadaran yang timbul akibat meleknya mataku melihat sesuatu yang tidak pernah kulihat.
Aku melihat betapa kebanyakan orang yang enak hidupnya dan tenteram keluarganya adalah orang yang berpendidikan dan tidak kenal menyerah. Taat pada aturan, tidak berjudi, mabuk apalagi menghisap narkoba seperti yang kulakukan dulu. Mereka belajar sampai larut malam, berdoa, bekerja dan bersedekah. Sungguh mulia betul mereka. Andai saja aku bisa kembali ke perut yang mengandungku, perut alam dunia, aku pasti akan berubah. Sayang sekali, aku memang tidak boleh menyesal. Aku harus banyak belajar dan mencari malam-malamku yang membahagiakan.
**
Dengan keberadaban yang kuperoleh sekarang ini aku harus berbeda dengan hantu yang lain. Aku akan mencoba memberikan warna dalam alamku yang baru ini. Alam hantu. Aku akan mulai memberikan contoh dan hikmah serta keberadaban bagi para hantu yang lain. Aku akan menstimulasi hantu-hantu yang sekarang menjadi temanku itu untuk beradab, melupakan semua masa lalu yang buruk serta menyongsong masa depan hantu yang membahagiakan, bermakna dan berharga.
Aku mulai menyusuri malam-malamku tidak hanya untuk menikmati malam, melamun dan bergentayangan. Suatu malam, aku bertemu dengan Hantu Kolor Ijo. Kukatakan kepadanya,”Berhentilah mengganggu manusia, terutama gadis-gadis dan ibu-ibu muda. Kita harus berubah, kawan. Dosa kita terlampau banyak. Kita harus mulai belajar menahan diri dari perbuatan tercela.”
Beberapa hari kemudian aku bertemu Hantu Sundel Bolong yang sedang mengganggu tukang bakso. Kukatakan kepadanya,”Berhentilah sobat cantikku. Jangan ganggu si tukang bakso. Ia manusia yang lemah dan perlu dibantu. Berapa sih penghasilan si tukang bakso? Kalau kau ganggu, pastilah ia lari ketakutan, sementara dagangannya belum laku. Kasihan kan? Ia mempunyai anak isteri yang harus dihidupi. Kumohon, jangan ganggu dia lagi, Nona Sundel Bolong.”
Selang seminggu kemudian aku bertemu Hantu Pocong dari Kuburan Tanah Kusir. Aku berkhotbah dihadapannya,”Teman baikku. Bukannya aku lancang kepadamu yang telah lebih dulu hidup di alam hantu ini lebih dari seratus tahun. Aku hanya ingin memohon kepadamu, sudilah kiranya kau kurangi kemunculanmu.
“Kau terlalu mudah dikenali, kawan Pocong. Kain kafan, muka putih menjijikkan dan berloncat-loncat seperti kodok kecripatan air panas. Sekian ribu tahun.. selalu begitu gayamu. Tetapi kalau kau menuruti nasihatku, aku sangat bahagia sekali. Jauhilah dan jangan takuti lagi anak-anak kecil yang pulang dari mengaji itu. Mereka memitoskanmu melebihi dasar negaranya sekalipun.”
“Kau juga telah membuat kewibawaanmu sebagai hantu jauh berkurang. Kini banyak sekali stuntman-stuntman yang menyerupaimu muncul di banyak acara televisi terutama sinetron-sinetron yang selalu ditonton anak-anak hingga ibu-ibu. Jika mereka semakin tidak takut terhadapmu, maka jatuhlah kewibawaanmu. Jika mereka terlalu takut kepadamu, dosamu bertambah lagi. Mereka, anak-anak kecil itu akan sulit tidur dan kepala mereka akan pusing-pusing.”
**
Dengan susah payah aku juga menemukan Hantu Wewe Gombel yang sedang menggoda para nelayan dan pemancing ikan di sungai. Aku segera menyerunya,”Jangan! Jangan kau ganggu lagi mereka! Mereka orang kecil dan tidak berdosa sedikitpun. Jika mereka mengganggu rumahmu dengan memancing ikan di wilayah kekuasaanmu, berpindahlah dulu ke tempat yang lain. Masih banyak tempat yang bisa kau huni. Di belukar pohon bambu, sumur mati, atau tempat-tempat lain yang lebih nyaman.”
Aku memang kikuk ketika menasihati teman-temanku itu. Tetapi ada satu hal yang mencengangkanku. Mengapa aku jauh lebih pintar sekarang? Bisa memberi nasihat! Bisa berkhotbah! Luar biasa!
Setelah menjadi hantu, otakku makin encer saja rasanya. Semua buku di sekolah, kampus, toko buku, perpustakaan dan tempat-tempat para orang pinter berada telah kulahap. Dan aku paham dengan isinya! Sekali lagi. Luar biasa!
Suatu malam aku merenung dan memikirkan langkah yang harus kuambil. Sejauh ini aku telah berhasil meredakan ulah para hantu di kota ini. Tetapi dasar hantu! Mereka masih suka iseng menggoda manusia. Karena itu aku harus mengambil langkah yang sangat penting untuk memberikan pencerahan kepada mereka. Aku akan mengidentifikasi masalah yang menghimpit para hantu itu, menyusun hipotesis dan menentukan solusi terbaik.
Agar semuanya menjadi jelas dan terurai, aku akan mempelopori sebuah acara bagi para hantu. Tidak salah lagi. Mereka harus kukumpulkan dan kami akan membicarakannya bersama-sama. Sejenak kemudian, aku telah menulis undangan untuk para hantu itu agar berkumpul di Auditorium Kuburan Tanah Kusir dengan acara yang spesial, “The Ist National Conference for The Ghost.” Artinya, Konferensi Nasional Hantu Ke-1.”
**
Dalam sepengedipan mata, undangan telah tersebar ke seluruh hantu. Dan dalam sepenanakan nasi, lembar kesediaan mengikuti acara telah kuterima kembali. Aku bangga melihat semangat hantu untuk mengikuti acara ini. Hantu Kolor Ijo membawa sekitar seribu anggotanya.
Hantu Sundel Bolong membawa sekitar lima ratus temannya. Lho kok sedikit? Koordinator mereka menjawab,”Masih banyak anggota kami yang harus melahirkan di dalam kubur dan menanti masa nifas mereka selesai,”.
Hantu Pocong paling banyak menyertakan anggotanya. Seratus ribu orang. Kok banyak sekali? Koordinator mereka menjawab,”Sebenarnya bisa lebih banyak lagi. Banyak diantara kami yang harus beristirahat mengingat banyak kaki kami yang rapuh terkena osteoporosis. Maklumlah, banyak meloncat dan melompat! Sementara, kami kesulitan untuk mendapatkan kalsium yang sesuai dengan tulang kami. Kalau berdasarkan data statistik terakhir, jumlah kami memang sangat banyak. Jutaan hantu pocong. Anda tahu sendiri, kan? Kami hantu yang sangat klasik. Sampai ribuan tahun ke depan, kami masih tetap eksis.”
Hantu Wewe Gombel juga telah menyerahkan lembar kesediaan mengikuti konferensi ini. Jumlahnya hanya dua hantu. Mengapa banyak yang tidak mau ikut? Salah satu dari mereka menjawab,”Banyak diantara kami masih apatis apakah pertemuan yang akan digelar ini bermanfaat. Karena itu kami hanya mengirimkan perwakilan dua hantu. Kami akan mengikuti perkembangan dari pertemuan ini lebih lanjut.”
**
Akhirnya pada hari yang telah kami tentukan bersama, yaitu hari Kamis malam Jum’at Kliwon tanggal tiga belas bulan ke seribu tiga ratus tahun ke tiga belas juta penanggalan hantu, kami bertemu untuk merumuskan agenda-agenda besar kami para hantu. Kami juga akan menyusun tatib, kepengurusan, dan memberikan rekomendasi bagi para manusia yang akhir-akhir ini telah kami anggap sebagai stake holder kami. Aku sebagai pelopor acara ini sebenarnya telah mengundang dua peninjau dari luar daerah ini, yaitu Hantu Vampire dari Beijing dan Hantu Dracula dari Inggris. Sayang, keduanya tidak bisa hadir.
Akhirnya, acara konferensi memang sudah akan dimulai. Acara pertama adalah seminar tentang “Eksistensi Para Hantu”. Aku didaulat menjadi Keynote Speaker.
“Terima kasih atas atensi dari seluruh hantu yang hadir pada acara ini. Ini membuktikan bahwa kita bisa berserikat dan berkumpul. Kita juga akan bisa berbagi ide, mengeluarkan pendapat dan merumuskan kebijakan. Hidup para hantu!”
Semua hantu yang hadir nampak bertepuk tangan. Aku terharu melihat mereka. Mereka sangat bersemangat hingga menginjak acara pemandangan umum dari masing-masing delegasi hantu. Pemandangan umum pertama disampaikan oleh Hantu Kolor Ijo.
“Saudara-saudaraku sealam hantu. Saya hanya ingin mengungkapkan keluhan-keluhan yang sampai saat ini masih mengendap dan belum terungkap. Kami sering mengganggu manusia bukanlah karena alasan yang tidak masuk akal. Banyak manusia yang menggusur kediaman kami. Mereka banyak membabat belukar bambu tempat kami berteduh. Manusia memang sangat jahat. Mereka bahkan banyak yang menggusur kediaman teman-teman mereka sendiri. Padahal teman-temannya itu telah tinggal lama disitu, membayar iuran retribusi dan lainnya. Tetapi dasar oknum manusia! Mereka lebih tergila-gila dengan janji pengusaha yang ingin membuka ladang usaha dengan ilegal daripada harus menjunjung rasa kemanusiaan bagi sesama. Dengan teman-temannya sendiri saja seperti itu, apalagi dengan kita? Ya nggak?”
**
Semua peserta mengamini keluhan si Kolor Ijo. Mereka langsung berembuk untuk memberikan solusi terbaik bagi si Kolor Ijo. Selanjutnya pemandangan umum dari Hantu Sundel Bolong.
“Kami tidak akan mengulas banyak hal. Keluhan kami hanya satu. Banyak diantara kami yang terlahir karena keburukan ulah manusia. Para oknum dokter atau bidan dari bangsa manusia banyak yang melakukan aborsi ilegal hingga beberapa dari kami terlahir seperti ini. Memang kami menyadari jika awalnya itu adalah kesalahan kami. Biasanya kami melakukan hubungan seks bebas hingga perut kami hamil. Karena malu, kamipun melakukan aborsi. Tetapi yang saya tekankan, banyak dokter yang tetap mau melakukan aborsi walaupun itu menyalahi kode etiknya.”
“Yang kedua, banyak dari kami terlahir akibat terbunuh oleh suami atau kerabat kami sendiri. Atau kami yang membunuh diri kami sendiri. Ketika itu beban kami sangatlah berat karena teraniaya dilingkungan kami sendiri. Memang sudah ada Undang-Undang Anti Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Undang-Undang Perlindungan Perempuan. Tetapi advokasi bagi kami masih sangatlah kurang. Kami ingin sharing masalah ini dengan forum yang terhormat ini,”
Tidak lama kemudian Hantu Pocong mulai mengungkapkan pandangannya.
“Saya lebih suka menyoroti keterlahiran kami dari sudut pandang yang lebih global. Entah mengapa, pada masa yang cukup modern dan canggih ini bangsa manusia masih memperlakukan hukum rimba dalam kehidupannya. Tengok saja di seluruh belahan dunia. Mereka masih suka saling tembak, saling bunuh dan saling ancam. Perang masih berkobar. Desingan peluru dan batu masih sengit. Dan siapa yang menjadi korban? Tentulah rakyat dari manusia yang sebenarnya tidak punya dosa. Mereka dendam dan menginginkan keadilan tetapi sebagian besar hanya pasrah dan menyadari keadaan. Kapan bangsa manusia ini bisa sadar jika apa yang diperbuatnya telah banyak merugikan? Kami pernah menyelidiki bahwa dana untuk saling membunuh diantara manusia itu amatlah besar. Tetapi mengapa tidak mereka gunakan untuk kelayakan derajatnya? Sungguh kami sangat heran.”
**
Giliran waktu diberikan untuk Hantu Wewe Gombel.
“Kami mohon maaf karena kami hanya diwakili dua hantu. Karena itu, dalam kesempatan yang terhormat ini kami ingin memperkenalkan diri, karena ternyata banyak teman-teman hantu yang lain yang belum begitu kenal dengan kami. Sebenarnya jumlah kami memang banyak. Tetapi kepastian tentang jumlah kami memang masih dalam perdebatan diantara kami. Kami juga pernah meneliti tentang data statistik yang dikeluarkan oleh para sejarawan dari bangsa manusia, dan ternyata perdebatan mereka malah lebih sengit tentang jumlah kami. Bahkan, seorang panglima komando keamanan dari mereka turut berbicara mengenai jumlah kami sebenarnya. Banyak sejarawan dan ilmuwan dari manusia yang menyebut jumlah kami mencapai empat ratus ribu, lima ratus ribu dan lebih. Beberapa intelijen dari mereka menyebut jumlah kami dua hingga tiga juta. Tetapi mengenai jumlah akhirnya memang tidak penting.”
Banyak peserta musyawarah yang sangat antusias dengan Hantu Wewe Gombel ini. Hantu Wewe Gombel melanjutkan ceritanya.
“Banyak diantara manusia yang amat ketakutan dengan penampakan atau kemunculan kami. Bahkan diantara sesama hantu sendiri, banyak yang ketakutan melihat kami. Wujud kami memang seperti ini. Sangat menjijikkan. Tubuh kami seperti tubuh manusia tetapi tanpa kepala, sedang tangan kami tertekuk ke belakang karena terikat. Kami memang terbunuh dengan keadaan seperti ini...”
Kami mendengarkan uraian Hantu Wewe Gombel dengan penuh haru. Diantara kami banyak yang menangis dan tersedu. Tetapi agenda harus tetap dilanjutkan dengan rapat-rapat komisi.
**
Akhirnya kami sepakat membentuk beberapa komisi untuk menyikapi dan memberikan solusi atas masalah-masalah kami intern para hantu dan masalah-masalah kami yang berhubungan dengan bangsa manusia.
Aku sangat bangga dengan suasana konferensi para hantu ini. Ternyata mereka sangat proaktif, elegan dan bermartabat. Tidak ada lempar-lempar kursi. Tidak ada kampanye-kampanye ilegal. Apalagi money politik. Bahkan mereka bersepakat bahwa aku koordinator dari Hantu Gantung Diri, didaulat untuk menjadi Ketua Umum Hantu Seluruh Indonesia untuk periode sekarang sampai seribu tahun yang akan datang. Mereka juga bersepakat bahwa Konferensi Nasional Para Hantu ke-2 akan dilaksanakan seribu tahun lagi di Pemakaman Karet Convention Centre (KCC) Hall.
Hanya satu perdebatan yang cukup alot untuk dicarikan solusinya. Perdebatan itu adalah mengenai nafsu para hantu yang masih cukup tinggi untuk menggoda dan menakuti bangsa manusia. Untuk masalah ini mereka akhirnya setuju dengan pendapatku untuk mengurangi iseng menggoda manusia lemah yang tidak berdaya seperti anak-anak, tukang bakso, ibu-ibu rumah tangga, tukang becak, tukang ojek dan sopir angkot.
Tetapi satu yang aku dan teman-taman para hantu harus terus melakukannya. Menggoda keimanan, akhlaq dan hati mereka sampai hari kiamat tiba. Ola laa...[ ]
Kota Reyog Ponorogo, 29 Juli 2010
ZUHDY TAFQIHAN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H