Mohon tunggu...
Zuhdy Tafqihan
Zuhdy Tafqihan Mohon Tunggu... Tukang Cerita -

I was born in Ponorogo East Java, love blogging and friendship..\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Andai Aku Presiden RI Episode 63 – “Pidato di Hari Cinta”

15 Februari 2010   00:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:55 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Karena kita mencintai Tuhan, maka kita bersyukur atas pemberianNya.

Seribu rupiah di dalam dompet kita, jika hati kita penuh syukur kepada Tuhan, maka seribu itu akan membuat hati kita menjadi tenang.

Satu milyar uang kita di rumah atau di ATM, jika kita tak pernah bersyukur atas pemberianNya, maka kita hanya akan khawatir uang kita hilang.. kita didera cemas dan takut.. Kita hanya akan memikirkan yang belum kita punya. Kita hanya akan menginginkan dua milyar lagi, tiga milyar lagi.. dan seterusnya.. karena tak ada syukur atas Tuhan.

**

Sodara-sodaraku sebangsa dan setanah air.

Kita hanya makan tiga kali sehari, sekali makan satu piring saja. Mari kita syukuri keadaan ini dengan baik. Jika kita memaksakan diri untuk berlebihan, dengan makan sehari 20 kali, maka hanya penyakit yang akan muncul dalam tubuh kita.

Karena itu, mari kita syukuri pemberian Tuhan itu dengan cinta juga. Yakni, cinta kepada sesama. Mari kita berikan sebagian harta kita kepada mereka yang membutuhkan. Mari kita berikan sekian piring dari nasi kita untuk orang-orang miskin yang kelaparan dan anak-anak yatim yang terlunta. Mari kita mencintai sesama.

**

Sodara-sodaraku sebangsa dan setanah air.

Kita juga hanya akan tidur tiap malam dengan satu kasur saja. Jika kita mempunyai 20 kasur untuk alas tidur kita, dan kita suka berpindah-pindah tidur dalam semalam, jelas kita malah tak pernah bisa tidur.

Karena itu, mari kita syukuri pemberian Tuhan ini dengan mencintai sesama, mencintai mereka yang tak pernah punya tempat tinggal atau tempat tidur yang layak. Mereka yang ada di kolong jembatan, mereka yang di pinggiran rel kereta api, dan mereka yang tidur di bantaran kali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun