Mohon tunggu...
Cerpen

Tidak Terduga Sebelumnya

18 Maret 2017   11:05 Diperbarui: 20 Maret 2017   16:00 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jumat pagi pun tiba, merdunya panggilan Allah pada saat pagi itu. Suara ayam pun terdengar dan matahari pun muncul tanpa rasa malu memancarkan cahayanya. Perkenalkan namaku Dwi Putri Wahyuningsih, biasanya dipanggil Yuyun. Aku adalah gadis yang lahir diantara keluarga sederhanaku. Umurku 12 tahun. Aku anak keempat dari berlima bersaudara. Kakak pertamaku bernama Siwi, kakak keduaku bernama Iren, kakak ketigaku bernama Fimbay dan adikku bernama Clara. Kakakku yang pertama baru menyelesaikan pendidikan S2 nya dengan jurusan yang ia suka yaitu politik. Kakakku yang kedua telah dikhitbah oleh seorang ikhwan dan dikaruniai dua orang putri yang bernama Nadya dan Nia. Kakakku yang ketiga ia lulusan dari suatu sekolah ternama di Tangerang dan sekarang ia bekerja di pabrik pembuatan obat yang berada di Bekasi. Sementara adikku ia kelas lima SD.

Rencananya dan biasanya hari Jumat sore Kak Fimbay pulang ke Tangerang karena hari libur. Sesampainya Kak Fimbay di rumah , yang tepatnya sesudah sholat maghrib. Untuk mengobati rasa rindu, kakakku mengajak aku dan adikku bermain ke tempat wahana terdekat. Setelah selesai kami pun bergegas pulang karena malam telah larut dan ibu pasti telah khawatir di rumah. 

Keesokan harinya seperti biasa aku menuntut ilmu di Madrasah Tsanawiyah tau sering disingkat menjadi MTs. Aku dan adikku satu sekolah. Kami diantar sekolah oleh Kak Fimbay. Hari ini hari sabtu dimana Kak Fimbay melatih fisiknya karena ia ingin menjadi seorang abdi negara. Setelah aku dan adikku pulang kerumah, aku pun bertemu dan berkumpul bersama keluarga. Hari mulai petang tetapi aku belum melihat Kak Fimbay di rumah. Aku pun bertanya pada Ibu dengan perasaanku yang tidak karuan "Bu, Kak Fimbay kemana?" Ibu pun menjawab "Oh mas Fimbay, lagi keluar duu katanya mau mencuci motornya"

Tak lama setelah itu Kak Fimbay pun datang dengan motornya yang baru dicuci  dan dimodifikasi tak sengaja aku membaca stiker yang ia pasang di depan dan belakang plat motor Kak Fimbay bertuliskan "Assalamualaikum ahli surga." Hatiku tersentuh dan sedikit tak enak hati. Keesokan harinya Kak Fimbay sudah siap siap setelah sholat subuh, dengan heran aku pun bertanya "Mau kemana kak? kok bawa sapu dan alat pembersih lainnya?" Kak Fimbay pun menjawab dengan segan "Oh ini, hari ini karena hari libur jadi diadakan kerja bakti dan akan dilaksanakan sholat terawih berjamaah di masjid." Aku menjawab "Oh iya aku lupa, ya sudah  semangat kerja baktinya ya kak, maaf tak bisa membantu karena aku harus membantu ibu di rumah." Dengan jawaban sambil tersenyum  dan Kak Fimbay sambil mengelus kepadaku menjawab "Hmmm dasar anak gadis bantu ibu dan jadi calon ibu yang baik ya."

Jam pun menunjukkan pukul 17.30 WIB. Hari mulai petang, seperti biasa Kak Fimbay siap siap pergi ke masjid untuk mengumandangkan adzan yang indah nan merdu dari suaranya. Keluargaku pun sudah siap untuk melaksanakan ibadah sholat maghrib berjamaah dan sholat terawih berjamaah. Kebetulan imam adalah ayahku dan bilalnya pun kak Fimbay. Setelah selesai melaksanakan ibadah aku pulang lebih awal lalu melihat Kak Fimbay datang ke dalam rumah memakai peci bewarna putih, baju koko warna ungu, sarung warna hijau serta sorban yang dililitkan pada lehernya bewarna putih bersih. Aku melihat Kak Fimbay tersenyum ketika melihatku dihadapannya. Aku merasakan perasaan yang sedikit aneh.

Waktu berlalu begitu singkat sampai tiba waktu sahur, imsak dan sholat subuh. Matahari pun muncul bersama cahayanya yang terang. Kak Fimbay pun menyiapkan persiapannya untuk kembali ke tempat pekerjaannya di Bekasi. Sebelum Kak Fimbay berangkat, Kak Fimbay dan ayah pergi ke masjid untuk menunaikan sholat dhuhur. Setelah selesai, ayah melanjutkan tadarus Al-Quran di rumah. Dengan tatapan Kak Fimbay yang sedikit berbeda, ia pun pamit untuk pergi ke Bekasi pada pukul 12.30 WIB.

Tak sengaja ayah ketiduran saat tadarus di kamarnya. Ayah mendapatkan telepon pada pukul 13.30 dari pihak kepolisian bahwa telah terjadi kecelakaan saat aku mendengar kabar itu aku langsung bilang pada ayah "Aku ingin bicara pada Kak Fimbay." Dengan perasaan yang tidak karuan ayah pun menjawab dengan wajah yang basah dari linangan air matanya "Kak Fimbay sudah tidak bernyawa" Aku pun menjawab dengan kaget "Apa! Tidak mungkin barusan saja Kak Fimbay memeluk dan mengucapkan salam pamit untuk ia melanjutkan kerja dari masa liburnya." Sambil berlinangan air mata dan perasaan tidak percaya, ibu, kakak - kakakku yang lain dan adikku pun diberi tau berita duka ini, karena ibu mempunyai riwayat penyakit jantung, jadi aku tidak memperlihatkan kesedihanku pada ibu, sambil aku beritau pelan pelan. Orang - orang di sekitarku pun bergotong royong membereskan rumahku untuk menyambut kedatangan jenazah penyemangatku.

Datanglah kendaraan yang bersuara dan berlampu kedap kedip membawa jasad kakakku yang disambut dengan jeritan rasa sakit dan linangan air mata dari perasaan tak percaya. Aku menyambut kepulangan kakakku yang sudah tak bernyawa dan berlumurn darah. Setelah kakakku dimandikan dan ditidurkan di tengah rumah, aku langsung mengelus kepala kakaku seperti ia mengelus kepalaku saat masih hidup. Hingga kendaraan terakhirnya yaitu pundak sahabat sahabatnya yang mengantarkannya pada istana kematian. kumandang adzan terdengar di dalam istana itu yang dikumandangkan oleh ayah.

Petikan bunga pun aku taburkan di atas peristirahatannya dan alunan doa yang mengantarkannya. Hati menjerit seakan tidak percaya. Kuingat saat ia mengamanahkan kepadaku untuk mencapai cita - cita dan meninggikn derajat orangtua hingga ku tinggalkan tujuh langkah dari peristirahatannya. Aku akan merindukannya seperti Allah memanggil ia ke sisinya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun