Mohon tunggu...
Yayuk Sulistiyowati M.V.
Yayuk Sulistiyowati M.V. Mohon Tunggu... Guru - Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memaknai Tradisi Imlek di Gunung Kawi sebagai Obyek Wisata Religi dalam Keberagaman Agama

3 Februari 2025   13:45 Diperbarui: 3 Februari 2025   21:42 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Persembahan dan sesajen di Klenteng Dewi Kwan Im (Pesarean Gunung Kawi) - Sumber: Dokumentasi pribadi

Ciam Si (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Ciam Si (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Sebagai puncak dari rangkaian perayaan Imlek, di tempat ini akan diselenggarakan perayaan Cap Go Meh pada 16 Februari 2025 mendatang. Kegiatan ini akan dimeriahkan dengan pertunjukan barongsai, liong, dan berbagai seni budaya yang menunjukkan kekayaan tradisi Tionghoa di Indonesia. Catat tanggalnya ya!

Kegiatan Warga dalam Mempersiapkan Imlek

Menjelang perayaan Imlek, warga sekitar Gunung Kawi turut serta dalam berbagai persiapan untuk menyambut tahun baru. Para pedagang di sekitar kompleks pesarean mulai menjual berbagai kebutuhan khas Imlek seperti dupa, lilin merah, bunga segar, buah-buahan, dan kue keranjang. Selain itu, warga juga membersihkan area klenteng dan makam untuk memastikan tempat suci ini siap menyambut para peziarah.

Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber: Dokumentasi pribadi

Komunitas setempat juga mengadakan kegiatan gotong royong dalam mendekorasi klenteng dengan lampion merah dan ornamen khas Imlek lainnya. Beberapa warga yang memiliki keahlian di bidang seni turut serta dalam pembuatan hiasan tradisional yang akan digunakan dalam perayaan.

Tentu saja kelompok barongsai setempat juga melakukan latihan intensif untuk tampil di acara puncak perayaan Cap Go Meh yang akan diselenggarakan dua minggu ke depan.

Makna Keberagaman di Gunung Kawi

Gunung Kawi menjadi simbol keberagaman di Indonesia, di mana berbagai keyakinan dapat hidup berdampingan dalam harmoni. Kehadiran tempat ibadah dari berbagai agama di kompleks ini menunjukkan bahwa nilai toleransi dan saling menghormati sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat.

Tidak hanya umat Tionghoa yang beribadah di klenteng, tetapi juga umat Islam, Hindu, Budha, Kristiani dan Kejawen yang berziarah ke makam Eyang Djoego dan Iman Sudjono. Pada dasarnya semua umat menggambarkan sebuah aktivitas interaksi harmonis yang menunjukkan bahwa perbedaan keyakinan tidak menjadi penghalang untuk berbagi ruang spiritual dan saling mendukung dalam kehidupan beragama.

Di kompleks ini terutama di masjid agung RM Iman Sudjono sering diselenggarakan acara besar keagamaan pengajian akbar dan setiap Minggu Legi, Malam Senin Pahing dan Kamis Kliwon Malam Jum’at Legi selalu diadakan tahlil, dzikir dan pembacaan ayat ayat suci Al-Quran mulai sebelum matahari terbit hingga tengah hari.

Masjid Agung Iman Sudjono (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Masjid Agung Iman Sudjono (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Malam 1 Suro merupakan malam yang penuh dengan ritual, doa, dan meditasi, dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, memohon keberkahan, dan memperoleh perlindungan sepanjang tahun. Ini adalah malam yang dianggap sakral, di mana orang-orang percaya bahwa doa yang dipanjatkan akan lebih mudah dikabulkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun