Mohon tunggu...
Yayuk Sulistiyowati M.V.
Yayuk Sulistiyowati M.V. Mohon Tunggu... Guru - Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Sharenting dan Jejak Digital Anak: Berkah atau Beban?

27 Januari 2025   17:30 Diperbarui: 28 Januari 2025   11:55 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Moment indah masa kanak-kanak (Sumber: dokumentasi pribadi)

"Mencintai anak tidaklah cukup, yang terpenting adalah anak-anak menyadari bahwa mereka merasa dicintai orangtuanya." - St. John don Bosco.

Topik sharenting terasa menggelitik perasaan dan benak saya, karena saya juga termasuk dalam bagian aktivitas ini.

Sejak bersentuhan dengan dunia digital, baik dengan perangkat maupun platform sosial media, seringkali hal ini menggiring kita untuk membagikan moment - moment berharga bersama keluarga terutama segala aktivitas anak-anak kita.

Masa bahagia bersama anak-anak, sejak lahir dan selama tumbuh kembang mereka seolah ingin selalu diabadikan dan dikenang sepanjang hayat. 

Seringkali daya simpan perangkat internal maupun eksternal kita terbatas. Hal ini membuat kita menyimpannya dengan cara mengunggah moment tersebut di media yang mampu menjadi alat menyimpan memori baik visual maupun rekam waktu sebuah moment berharga.

Namun, kewaspadaan pun selalu berusaha saya terapkan sehingga membagikan moment saya pilih bagian yang layak dan tidak mengganggu anak juga orang lain, atau bahkan memancing orang lain untuk bertindak negatif.

Menyoal aktivitas sharenting ini saya ingin berusaha mengulasnya dalam tulisan saya kali ini.

Sharenting Populer di Era Digital 

Pada era digital, berbagi momen keseharian di media sosial menjadi aktivitas yang sulit dihindari. Salah satu fenomena yang muncul dari kebiasaan ini adalah sharenting, istilah yang menggabungkan kata share (berbagi) dan parenting (pengasuhan). 

Praktik ini menggambarkan tindakan orang tua membagikan foto, video, atau cerita tentang anak-anak mereka di platform digital atau online. Aktivitas ini marak dan populer karena kemudahan penggunaan perangkat dan keleluasaan terbuka di media sosial.

Meski dapat menjadi cara untuk mendokumentasikan momen penting dan berbagi kebahagiaan, sharenting juga memiliki dampak jangka panjang yang tidak bisa diabaikan. 

Salah satu dampak utamanya adalah penciptaan jejak digital anak yang akan terus ada bahkan saat mereka dewasa. 

Inilah yang menimbulkan pertanyaan besar: apakah sharenting adalah berkah atau beban?

Jejak Digital Anak: Berkah atau Risiko?

Banyak hal yang dirasa sangat penting untuk mengabadikan sekaligus membagikan moment anak-anak kita yang indah, berkesan, dan menjadi sebuah berkah.

Beberapa hal yang merupakan berkah dari sharenting di antaranya ialah:

1. Sebagai Dokumentasi Seumur Hidup

Banyak orang tua merasa bangga membagikan momen perkembangan anak, seperti langkah pertama, ulang tahun, atau pencapaian tertentu. Hal ini dapat menjadi dokumentasi yang berharga bagi keluarga.

2. Sebagai Moment Berbagi Kebahagiaan

Dengan sharenting, orang tua dapat berbagi kebahagiaan dengan keluarga besar, teman, atau komunitas online yang mendukung mereka. Ini menciptakan rasa keterhubungan, terutama bagi keluarga yang berjauhan.

3. Sebagai Inspirasi dan Edukasi

Banyak orang tua menggunakan pengalaman mereka untuk menginspirasi atau memberikan edukasi kepada orang tua lain, seperti berbagi tips parenting atau kisah perjuangan dalam membesarkan anak.

Momen kebahagiaan bersama anak (Sumber: dokumentasi pribadi) 
Momen kebahagiaan bersama anak (Sumber: dokumentasi pribadi) 

Beban dari Jejak Digital

Ada hal-hal lain tak terduga yang sangat perlu kita perhatikan dan pahami bahwa aktivitas sharenting juga dapat menjadi beban, sehingga dampak yang muncul dapat mengganggu dan efeknya dapat terjadi dalam jangka waktu panjang.

Beberapa hal yang menjadi dampak dan beban daei jejak digital antara lain ialah:

1. Privasi Anak yang Terancam

Anak-anak memiliki hak atas privasi mereka. Apa yang dianggap lucu atau menarik oleh orang tua, seperti foto memalukan atau cerita pribadi, dapat menjadi sumber rasa malu bagi anak di masa depan.

2. Penyalahgunaan Data

Informasi yang dibagikan di media sosial, seperti nama, tanggal lahir, atau lokasi, dapat disalahgunakan oleh pihak tidak bertanggung jawab, termasuk untuk pencurian identitas atau kejahatan lainnya.

3. Cyberbullying

Konten yang diunggah dapat digunakan oleh orang lain untuk mengejek atau menyerang anak saat mereka tumbuh dewasa. Jejak digital ini dapat menjadi sumber cyberbullying di sekolah atau komunitas mereka.

4. Dampak Jangka Panjang

Jejak digital bersifat permanen. Konten yang diunggah saat ini dapat berdampak pada kehidupan anak di masa depan, seperti saat melamar pekerjaan atau membangun hubungan sosial.

Bijak dalam Melakukan Sharenting

Agar sharenting menjadi berkah dan bukan menjadi beban, maka orang tua perlu mengambil langkah bijak, di antaranya adalah dengan:

1. Memahami Hak Anak

Sebelum membagikan sesuatu, pikirkan dampaknya bagi anak, terutama saat mereka tumbuh dewasa. Jika anak sudah cukup besar, mintalah izin mereka terlebih dahulu.

2. Membatasi Informasi Sensitif

Hindari membagikan informasi pribadi anak, seperti nama lengkap, lokasi rumah, atau rutinitas harian mereka.

3. Menggunakan Pengaturan Privasi

Pastikan akun media sosial kita memiliki pengaturan privasi yang ketat. Batasi siapa saja yang dapat melihat konten yang kita buat.

4. Menghindari Konten yang Memalukan

Jangan unggah foto atau cerita yang dapat mempermalukan anak, baik sekarang maupun di masa depan.

5. Memahami Jejak Digital

Ingatlah bahwa konten yang dibagikan secara online dapat bertahan selamanya. Pikirkan dampak jangka panjang dari setiap unggahan.

Momen kebahagiaan bersama anak (Sumber: dokumentasi pribadi)
Momen kebahagiaan bersama anak (Sumber: dokumentasi pribadi)

Menjadi Orang Tua Bijaksana

Sharenting adalah pedang bermata dua: bisa menjadi cara yang indah untuk mendokumentasikan kehidupan anak, tetapi juga berisiko menciptakan beban yang tidak diinginkan di masa depan. 

Dengan bijak mempertimbangkan apa yang dibagikan dan bagaimana membagikannya, orang tua dapat memastikan bahwa sharenting membawa lebih banyak berkah daripada beban. 

Perlu kita sadari bahwa tanggung jawab utama orang tua adalah melindungi anak, termasuk di dunia digital. Salam Bijak! (Yy)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Jalan Braga Bandung, Ketika Bebas Kendaraan!

6 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun