Mohon tunggu...
Yayuk Sulistiyowati M.V.
Yayuk Sulistiyowati M.V. Mohon Tunggu... Guru - Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

In Memoriam Sr. Francesco Marianti, OSU: Mengabdi kepada Tuhan dan Pendidikan Sampai Akhir Hayat

19 Desember 2024   13:30 Diperbarui: 19 Desember 2024   21:22 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sr. Francesco, OSU dalam wawancara bersama Rosiana Silalahi di Kompas TV [14/9/2024] (Sumber: screenshot kompastv @youtube.com) 

Ayahnya seorang peranakan China generasi keempat yang tinggal di Indonesia. Namun demikian Suster Francesco tumbuh tanpa praktek tradisi leluhurnya secara ketat sehingga bahasa sehari-hari tidak menggunakan lazimnya bahasa Mandarin melainkan bahasa Sunda dan Indonesia.

Sang ayah yang pernah mengelola soun home made juga sebagai pedagang palawija, sangat memperhatikan pendidikan Francesco juga adik-adiknya. Francesco menempuh pendidikan di Holland Indishe School (HIS), setingkat SD pada masa kolonial Belanda. Lalu ia melanjutkan ke Japanese-Indonesian Junior High School di Cirebon, hanya sampai kelas 1.

Suster Francesco Marianti, OSU bersama Ayah dan Ibu - 1958 (Sumber: Ursulin Indonesia @Instagram)
Suster Francesco Marianti, OSU bersama Ayah dan Ibu - 1958 (Sumber: Ursulin Indonesia @Instagram)

Hingga kemudian tiba-tiba sang ayah memindahkannya ke Midlebare Meisjes School (SMP-SMA) St Ursula Jakarta (1948-1953) dan duduk di kelas 2. Sekolah ini merupakan sekolah Katolik untuk anak perempuan.

Sejak usia muda, Suster Ciko (panggilang akrab beliau) telah menunjukkan ketertarikan yang mendalam terhadap pendidikan dan kehidupan religius hingga beliau pun akhirnya memutuskan untuk dibabtis atau dipermandikan.

Saat itu keluarga Suster Francesco belum menjadi Katolik, dan babtis dilaksanakan dengan satu syarat yang diberikan oleh sang Ayah:

“Kalau kamu dibabtis, jadilah Katolik 100%. Jangan setengah-setengah. Kalau belum mampu, sebaiknya mengundurkan diri saja.”

Meskipun masih sulit dicerna, pada akhirnya setelah menjalani proses kehidupan aneka rupa dan perjuangan Suster Francesco mendapatkan jawaban dan beliau hayati hingga akhir hayat. Menjadi Katolik 100%, sebuah janji dan langkah untuk mengabdi kepada Tuhan dan melayani sesama secara totalitas.

Setelah lulus dari Santa Ursula, tahun 1953-1958 beliau melanjutkan pendidikan Jurusan Farmasi di Institut Teknologi Bandung (ITB). Setelah lulus tahun 1958 beliau memutuskan masuk biara di bawah naungan kongregasi Ursulin Indonesia. 

Keputusan ini merupakan jalan Tuhan bagi beliau untuk menjadi seorang Katolik 100%, dengan menyerahkan seluruh dirinya seutuhnya kepada Tuhan dengan mendedikasikan diri secara totalitas dalam dunia pendidikan.

Dedikasi pada Pendidikan

Suster Francesco memulai perjalanannya di dunia pendidikan dengan tekad kuat untuk membentuk generasi muda yang berintegritas. Salah satu tonggak penting dalam kariernya adalah ketika beliau menjabat sebagai Kepala Sekolah SMA Cor Jesu di Malang dari tahun 1965 hingga 1971. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun