Mohon tunggu...
Yayuk Sulistiyowati M.V.
Yayuk Sulistiyowati M.V. Mohon Tunggu... Guru - Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Film Dokumenter "Jejak Sang Timur" Sebuah Atmosfer Baru Budaya Literasi di Indonesia

18 November 2024   17:00 Diperbarui: 18 November 2024   18:06 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sula Sangaji dan Flower Timur | Sumber : screenshot trailer film @youtube.com

Film ini berfokus pada Kepulauan Sula yang memiliki keindahan panorama alam yang menakjubkan. Selain panorama alamnya yang indah, kawasan ini dikenal dengan keragaman budaya dan adat istiadatnya.

Kepulauan Sula adalah sebuah wilayah yang terletak di Provinsi Maluku, Indonesia. Kepulauan ini terdiri dari beberapa pulau utama, seperti Pulau Sanana, Pulau Taliabu, Pulau Mangole, dan sejumlah pulau kecil lainnya. Selain dikenal karena keindahan alamnya yang memukau, Kepulauan Sula juga memiliki keunikan dalam hal ekonomi dan budaya yang menggambarkan kekayaan tradisi serta potensi ekonomi yang ada di wilayah ini.

"Jejak Sang Timur" hadir untuk meruntuhkan stereotip dan menunjukkan kehidupan sehari-hari orang-orang di wilayah timur Indonesia dengan cara yang lebih manusiawi dan mendalam. Film ini menggambarkan bagaimana mereka mempertahankan tradisi, merespons perubahan zaman, dan beradaptasi dengan tantangan globalisasi, sambil tetap menjaga kearifan lokal yang diwariskan dari nenek moyang mereka.

Eksotisme keindahan alam sebagai latar belakang film ini didukung dengan lantunan lagu “Sula Sang Timur” sebagai ost atau tema yang digarap secara khusus oleh Trie Utami dan Redy Eko Prastyo.

Sinopsis 

Dikisahkan seorang gadis keturunan Jawa dan Maluku bernama Flower Timur berusia 24 tahun yang merupakan puteri tunggal almarhum Abdul Rahim, seorang aktivis lingkungan di Sula, dengan Sinta Rahayu, yang seorang peneliti budaya.

Flo, panggilan gadis ini kehilangan ayahnya ketika berusia 14 tahun. Sang ayah meninggal ketika menjalankan tugas sebagai seorang guru di Kepulauan Sula. Sejak ayahnya meninggal dunia, Flo dibawa kembali ke Malang oleh sang ibu meskipun hubungan mereka dengan keluarga sang ibu tidak harmonis setelah ibu Flo memutuskan untuk menikah dengan sang ayah.

Flo, yang merupakan mahasiswi Magister Ilmu Sosial di Universitas Brawijaya ini bertekad untuk meriset dan menemukan akar keluarganya di Sula walaupun dengan keputusan itu ia harus rela berpisah dengan Cakra Wangsa, kekasihnya yang seorang pengacara karena tidak mendukung rencananya untuk kembali ke Kepulauan Sula.

Sula Sangaji dan Flower Timur | Sumber : screenshot trailer film @youtube.com
Sula Sangaji dan Flower Timur | Sumber : screenshot trailer film @youtube.com

Ketika Flo tiba di Sula ia tak dapat menghindari rasa kecewa karena banyak anggota keluarganya tidak ada di tanah Sula dan meninggalkan kakek dan Tantenya Asfi, yang merawat sang kakek.

Beruntung ia bertemu kembali dengan Sula Sangaji, teman masa kecilnya yang kini menjadi aktivis lingkungan dan budaya di kepulauan Sula. Sula yang dulu adalah sahabat Flo, ternyata akhirnya menumbuhkan perasaan cinta dalam hati Flo dan sebaliknya.

Dengan tekad yang sama Flo dan Sula akhirnya bersama, berjuang memajukan Kepulauan Sula. Mereka juga bercita-cita untuk mengenalkan potensi keindahan alam, konservasi lingkungan, serta budaya lokal kepulauan Sula di mata dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun