Dalam perbincangan yang hangat, Cici Luciana (seperti biasanya saya memanggil beliau) mengisahkan tentang sejarah nama dan asal mula berdirinya kafe yang sangat menarik ini.
Sambil menyeruput susu panas dan mencomot sepotong kentang goreng saya mendengarkan dengan seksama cerita Ci Lusiana dan putri cantiknya Icha yang tengah libur dan akan kembali ke Filipina bulan September mendatang.
Luciana mengambil nama "Golekan" menjadi nama kafe karena senada dengan konsep kafe boneka yang diusung. Nama 'golekan' berasal dari bahasa Jawa dari boneka (golekan)Â yang mengusung konsep kafe nostalgia dengan boneka-boneka lawas yang beraneka ragam karakter.
Keberadaan kafe yang penuh dengan boneka kuno dan antik ini juga dimaksudkan agar orang tidak lagi memikirkan kesan-kesan mistis dan menakutkan dari boneka seperti yang ada dalam film-film horor selama ini.Â
Pada dasarnya boneka-boneka di kafe ini memang mempunyai spirit, namun menurut Luciana sejauh ini tidak pernah terjadi hal-hal yang di luar nalar sejak kafe ini berdiri. Apalagi terdapat banyak kucing peliharaan selalu ada menemani di kafe ini, yang diyakini dapat menyerap energi negatif di sekitarnya.
Ribuan Boneka Antik Koleksi Pribadi
Luciana mengoleksi boneka-boneka antik ini sejak sepuluh tahun silam. Berawal dari keinginannya mengoleksi boneka jadul dari Indonesia yang dibuat pada kisaran tahun 1950 hingga 1960-an hingga akhirnya merambah ke boneka-boneka jadul dan antik dari berbagai negara.
Di galeri boneka lantai satu atau dasar, tampak boneka cantik berkebaya Jawa berwarna merah yang terpajang dalam etalase. Sangat tampak karakter Jawa atau Indonesia dari boneka ini, namun uniknya boneka ini berlabel dan berasal dari Jerman. Ternyata boneka ini dibuat oleh seniman asli Indonesia bernama Dwi Saptono yang kini berdomisili dan sukses berkarya di Jerman.
Terdapat 1500 lebih boneka yang ia miliki dan berasal dari berbagai negara seperti Amerika, Jepang, dan Jerman. Boneka ini ada yang dibeli secara langsung dan online, ada juga yang merupakan hadiah dan adopt dari beberapa sahabat dan relasi Luciana. Ia sengaja memajang boneka-boneka ini agar dapat dinikmati banyak orang dan itu membuatnya senang dan bahagia.
Ibu cantik dua orang putri ini sangat menyukai boneka sejak kecil, terlebih boneka yang menyerupai manusia. Tampak dari boneka-boneka yang terpampang di galeri dan kafenya sebagian besar merupakan boneka yang mirip dengan manusia yang tampak hidup.Â