Sore menjelang jam empat sore pelataran halaman depan Pasar Tradisional Bunulrejo, kota Malang tampak berjajar beragam kuliner yang mengundang selera.Â
Selain ramah di kantong, jajanan yang disajikan tak kalah nikmat dengan makanan ala restoran.
Tampak berjajar pedagang lalapan, mie pangsit dan mie ayam, tahu telor, tahu campur, bakso, nasi goreng, soto ayam dan rawon, dan jajanan ringan seperti kerupuk rakyat, pukis, otak-otak, sempol, martabak, pisang tanduk, batagor, seblak, dimsum, pisang molen, onde-onde, burger, dan masih banyak lagi.
Satu pedagang yang nyaris tak pernah sepi adalah pedagang sate tahu. Selain harganya sangat terjangkau, rasanya pun lezat seperti makan sate lemak daging karena tekstur acinya yang kenyal. Bumbunya pun diracik seperti halnya sate kebanyakan, bumbu kacang yang gurih dan nendang di mulut.
Ketika sate tahu ini dibakar di atas arang, dioles dengan bumbu khas bakaran sate, aromanya tak tertahankan. Gemulai tangan pedagang sate yang mengibaskan kipasnya membuat kepulan asap dan aroma khas sate ini melayang-layang di udara dan singgah di setiap celah pernafasan setiap orang di sekitarnya.
Sebagian orang pasti tak akan mengira aroma lezat ini berasal dari gerobak sate tahu karena tercium laksana sate daging pada umumnya.
Sate Tahu Termasuk Kuliner Nusantara
Siapa tak kenal dengan sate. Sate merupakan menu primadona yang disukai dan pas di lidah masyarakat Indonesia. Rasanya yang khas dengan aroma bakaran menjadikannya menjadi makanan khas yang lezat.
Di Indonesia sendiri terdapat aneka ragam sate dengan beragam varian yang berkembang di sosial masyarakat di berbagai daerah.
Dilansir dari jeo.kompas.com tentang hikayat sate nusantara, dalam penelitian yang dilakukan tim dari  Universitas Gajah Mada (UGM) pada tahun 2018 silam menemukan fakta baru bahwa sate di Indonesia memiliki 252 ragam.
Di dalamnya terdapat menu sate tahu ayam bakar yang dalam perkembangannya lahirlah sate tahu aci sebagai bagian dari varian sate di nusantara. Berupa tiga atau empat potongan tahu berisi aci yang ditusuk laksana sate lalu dibakar.
Masing-masing daerah juga mengalami modifikasi bahan baku sate dan juga modifikasi rasanya. Oleh karenanya sate menjadi istilah pengolahan sajian di mana bahan apapun yang dipotong kotak kecil-kecil dan disusun dalam tusukan sate atau sujen (tusuk sate dari bambu) lalu kemudian dibakar itu termasuk sajian dalam kategori sate.
Perkembangan teknologi seiring dengan kreativitas masyarakat mengolah sate membuat ragam sate berkembang di berbagai daerah dengan aneka varian. Bahkan kita dapat menemui sajian makanan berupa cilok, bakso, telur, dan masih banyak lagi yang ditusuk dan dibakar menjadi sajian sate.
Nikmat di Lidah Ramah di Kantong
Jajajan kuliner berbahan aci kini sedang booming dan naik level. Berbagai olahan dari aci digemari oleh masyarakat, terlebih kalangan menengah dan menengah ke bawah. Dalam kondisi tertentu, kalangan ini tidak mampu menikmati sate daging dan hanya mampu membeli sate tahu.
Di kalangan pelajar, mahasiswa dan pekerja yang tinggal di kos-kosan menyebut sate tahu aci adalah menu istimewa. Bisa makan sate dengan bumbu kacang lezat dengan harga pelajar.
Bagi saya nikmatnya sate tidak hanya dari bahan bakunya; seperti daging sapi, kambing, ayam, kelinci, tempe, tahu dan lain sebagainya melainkan justru dari bumbu atau sausnya.
Dengan bumbu kacang yang pas (yang jelas lebih banyak kacang dan rempahnya daripada campurannya) rasa sate tahu aci akan tersamar dengan kelezatan bumbu atau sausnya. Tak kalah nikmat dengan sate berbahan daging atau jerohan hewan.
Harga sate tahu abang-abang ini sangat terjangkau, tiga tusuk hanya 2 ribu perak. Kekenyalan aci yang diselimuti tahu pong terasa seperti makan lemak hewani. Dibumbui dengan saus kacang akan terasa lumer di mulut.
Saya sudah mencoba sate tahu di kota Malang ini, tetapi hati tertambat di Sate Tahu Kece yang setiap jam empat sore kipas-kipas di depan Pasar Tradisional Bunulrejo. Satenya biasa, bumbunya yang menjadikannya luar biasa.Â
Sate tahu ini juga nikmat disantap dengan nasi panas atau lontong. Sangat pas dimakan sebagai lauk terlebih di tanggal tua.Â
Nikmat di lidah, ramah di kantong.
Hmmm, ada yang ingin mencoba? (Yy)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H