Satu-satunya sahabatku cewek Wulan terpaksa mundur tidak melanjutkan kuliah karena lebih memilih untuk bekerja.
Sebenarnya aku tak merasa risih banget, karena aku memang seorang yang tomboy mulai orok. Sejak sekolah rambutku nyaris tak pernah gondrong.
Aku juga selalu geli kalau harus mengenakan gaun, rok atau kebaya. Hanya saja pengalaman kali ini agak ngganjel juga di hati.
Semenjak awal perkuliahan aku sudah merasa ilfil untuk melanjutkan kuliah di jurusan Sistem Informasi ini. Dari dua puluh sembilan orang mahasiswa, hanya tiga orang yang cewek termasuk aku.
Tapi ya, karena kekonyolan mereka malah membuat aku kuat. Kuatnya dari telapak kaki sampai ke ubun-ubun. Dan ternyata hanya aku yang mampu bertahan hingga tinggal tujuh manusia konyol yang kini harus menjalani KKN di desa antah barantah.
Nggak konyol, nggak lulus Yon!
***
Mataku pedih, tepatnya masih ngantuk. Aku bersandar di tiang aula sekolah dasar sambil terkantuk-kantuk. Tak jauh dari tempatku Damian, Miko, Didik, Andre, Rizky, dan Poetoe sudah ngorok plus ngiler sejak tiba tadi.
Kuraih segelas teh hangat yang sudah tersiap di meja sambil menggigit pisang goreng tanduk yang aromanya mengundang selera. Ternyata aku lapar banget, dua potong pisang dengan cepat telah kuhabiskan.
“Maaf ya Mbak, hanya pisang goreng. Semoga Mbak suka,” Bu Ifah istri Pak Dadang penjaga sekolah berkata sambil mendekatiku.
“Ehmmm, ini pisang goreng paling enak yang pernah saya makan Bu Ifah,” jawabku tersipu keenakan.