“Cinta seperti penyair berdarah dingin. Yang pandai menorehkan luka. Rindu seperti sajak sederhana yang tak ada matinya." ― Joko Pinurbo, Kekasihku
Rinduku seperti Sajak Sederhana
Sepertimu,
aku selalu meratap dalam kolong rindu
Ketika rindu seperti sajak sederhana, katamu
yang tak kan pernah sirna dan mati
itu dia... benar itu
tak ada matinya...
Sederhanamu,
kubiarkan cintaku terus meluka
Ketika cinta seperti penyair, katamu
bahagia meski cinta tertoreh sembilunya
Tetap kurindu...
Tetap kubahagia...
***
“Tubuhku kenangan yang sedang menyembuhkan lukanya sendiri” ― Joko Pinurbo, Srimenanti
Rindu itu, Seperti katamu
Kuayunkan langkah tiada ragu...
kujemput cinta yang kurindu
Bajuku baru berwarna biru...
sepatuku putih bertali abu-abu
Di sudut ruang tunggu itu,
kupastikan ia akan tahu
kududuk di warung kopi sisi rel kereta senja
kutusuk pisang bakar dan kuteteskan madu
Sekelebat bayangnya melaju...
merangsek di tengah kerumunan gelisah
Kukejar hingga peluh mengeluh
kutelusuri di setiap gerbong keretanya
Malam merangkak,
aku terseok di sepanjang jalan ular besi
Kudongak langit menggelap
Tubuhnya tersenyum di antara peluk bulan dan gemerlap bintang
Aku hanya diam,
memelihara rindu yang terus merejam
Aku pasti, selalu dan akan tetap tahu,
Ia hanya dekat dalam rindu
Tubuhku hanya kenangan...
dan akan selalu terluka,
Seperti katamu,
Tubuh ini hanya kenangan yang sedang menyembuhkan lukanya sendiri...
***
Selamat jalan Bung Jokpin...
Akan tetap kurindu kekasihku, dengan bekal ramuan puisi karya-karyamu.
Malaikat kan menyambutmu dengan sukacita
RIP Philipus Joko Pinurbo (11 Mei 1962 – 27 April 2024)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H