“Cinta seperti penyair berdarah dingin. Yang pandai menorehkan luka. Rindu seperti sajak sederhana yang tak ada matinya." ― Joko Pinurbo, Kekasihku
Rinduku seperti Sajak Sederhana
Sepertimu,
aku selalu meratap dalam kolong rindu
Ketika rindu seperti sajak sederhana, katamu
yang tak kan pernah sirna dan mati
itu dia... benar itu
tak ada matinya...
Sederhanamu,
kubiarkan cintaku terus meluka
Ketika cinta seperti penyair, katamu
bahagia meski cinta tertoreh sembilunya
Tetap kurindu...
Tetap kubahagia...
***
“Tubuhku kenangan yang sedang menyembuhkan lukanya sendiri” ― Joko Pinurbo, Srimenanti
Rindu itu, Seperti katamu
Kuayunkan langkah tiada ragu...
kujemput cinta yang kurindu
Bajuku baru berwarna biru...
sepatuku putih bertali abu-abu
Di sudut ruang tunggu itu,
kupastikan ia akan tahu
kududuk di warung kopi sisi rel kereta senja
kutusuk pisang bakar dan kuteteskan madu
Sekelebat bayangnya melaju...
merangsek di tengah kerumunan gelisah
Kukejar hingga peluh mengeluh
kutelusuri di setiap gerbong keretanya