Mohon tunggu...
Yayuk Sulistiyowati M.V.
Yayuk Sulistiyowati M.V. Mohon Tunggu... Guru - Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Tren Kafe "Pinggir Kali" Tak Hanya Sekadar Sensasi

26 April 2024   16:45 Diperbarui: 27 April 2024   00:37 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maraknya keberadaan kafe kekinian dengan berbagai konsep menghadirkan sensasi tersendiri.

Berbagai tema muncul membuat para pecinta kopi dan penyuka nongkrong tak berhenti bereksplorasi, mengejar tren dan mencoba hal-hal baru.

Demikian kafe-kafe di kota Malang seolah terus lahir dan lahir kembali dengan konsep-konsep baru yang digandrungi kaum muda.

Kafe dengan konsep yang monoton lambat laun akan tergerus oleh arus perkembangan tren yang kian masif dan dapat dipastikan akan gulung tikar dengan sendirinya.

Beragam konsep kafe yang marak selama ini menghadirkan vibes seperti minimalis, vintage, heritage, pet friendly, grafitti, industrial, dan juga yang sedang trend di kota Malang adalah kafe ‘pinggir kali’ (sungai).

Warkop tepi sungai di Malang (Foto: dok. Kidid Nurdiansyah by travel.okezone.com) 
Warkop tepi sungai di Malang (Foto: dok. Kidid Nurdiansyah by travel.okezone.com) 

Konsep Kafe ‘Pinggir Kali’

Pasti akan terbersit dalam benak kita, sungai atau bantaran sungai identik dengan lingkungan yang kotor, bau dan air sungai yang meluap ketika hujan lebat.

Hal ini disebabkan oleh perilaku masyarakat yang membuang sampah sembarangan di sungai yang sulit dibendung dan menjadi masalah pelik dari waktu ke waktu.

Sempat terbayang betapa kumuh pemandangan pinggir kali semacam itu dan membuat enggan bahkan tidak akan mau mengunjungi tempat ini.

Namun gambaran itu ternyata tidak saya temui ketika mengunjungi kafe-kafe dengan konsep ‘pinggir kali’ yang mulai marak di kota Malang sejak awal tahun 2023 ini.

Kopi Keceh (Foto : liburanyuk.com)
Kopi Keceh (Foto : liburanyuk.com)

Pengusaha kafe memilih konsep unik ini memang harus berpikir matang untuk menjadikan ‘pinggir kali’ sebagai tempat kuliner.

Segala konsekuensi harus dipikirkan masak-masak, terlebih dalam upaya menjaga kebersihan dan keberlanjutan ekosistem di sekitar bantaran sungai.

Lokasi pun harus dipilih di daerah yang tidak dialiri oleh aliran sungai yang deras, apalagi ketika kondisi cuaca sedang hujan deras yang membuat air sungai meluap  dan berpengaruh dengan kenyamanan dan keselamatan pengunjung.

Foto : Instagram @pipirlepen
Foto : Instagram @pipirlepen

Dengan keberadaannya sebagai sarana publik, sudah seharusnya upaya membangun dan meningkatkan kesadaran setiap pribadi untuk turut menjaga lingkungan sekitar sungai harus tetap diterapkan.

Tak hanya sekedar menciptakan sensasi, melainkan harus diimbangi dengan terjaganya lingkungan sekitar bantaran sungai sekaligus ekosistem yang ada di dalamnya.

Hal ini tak lepas dari kesadaran dan kerja sama yang baik para pelaku bisnis kafe ‘pinggir kali’ dengan 'stakeholder' dan juga para pengunjung. 

Rambu-rambu harus diterapkan agar kebersihan dan keindahan alam sekitar sungai tetap terjaga.

Foto : Instagram @pipirlepen
Foto : Instagram @pipirlepen

Apa sih Enaknya Ngafe di Pinggir Sungai?

Bagi masyarakat perkotaan, kebutuhan untuk dapat melepaskan diri dari kesibukan dengan sekedar menyeruput kopi yang harganya ramah di kantong dan dengan suasana berbeda sangat diperlukan oleh sebagian kalangan tertentu.

Kafe ‘pinggir kali’ merupakan salah satu tempat yang cukup menarik dan menjadi pilihan bagi sebagian kalangan ini. Tak hanya anak-anak muda tetapi tempat ini juga menjadi tempat bersantai bersama keluarga.

Foto : Instagram @pipirlepen
Foto : Instagram @pipirlepen

Sensasi Alam di Tengah Kota

Bersantai di tempat yang tenang, dikelilingi suasana alam nan sejuk, ditemani dengan musik yang lembut, jauh dari kebisingan kota dengan sajian kuliner yang ramah di kantong sangat diburu oleh masyarakat saat ini.

Tak sedikit orang memilih untuk menikmatinya di kafe yang berlokasi di pinggir kali (sungai) atau dikenal juga dengan sebutan ‘river side’.

Kopi Keceh (Dokumen Pribadi)
Kopi Keceh (Dokumen Pribadi)

Berbagai upaya pengusaha kafe mendesain kedainya semenarik mungkin dengan kekhasan tersendiri sehingga menjadi pilihan untuk bersantai sambil menikmati gemericik air sungai dengan pemandangan alami di sekitarnya.

Sebagai contoh menarik bagi saya adalah keberadaan Kedai Pipir Lepen yang letaknya tersembunyi di tengah kota. Sebuah kafe ‘hidden gem’ yang mampu menyita perhatian masyarakat kota Malang.

Foto : pipirlepen.com
Foto : pipirlepen.com

Lokasinya tersembunyi di daerah pasar bunga Splendid bersebelahan dengan Warung Tenang dengan konsep yang tak jauh berbeda. Tempatnya sejuk dan terkesan sangat bersih.

Kedai Pipir Lepen ini mengadakan kegiatan bersih-bersih kafe setiap dua minggu sekali dan sangat menjamin terjaganya kebesihan lingkungan dan ekosistem sekitarnya.

Kegiatan rutin ini merupakan upaya menjaga keberlangsungan lingkungan hidup akan terus berjalan yang serta merta dapat mendukung keberlangsungan kafe itu sendiri.

Kafe di kawasan aliran sungai Coban Jahe (Dokumen Pribadi) 
Kafe di kawasan aliran sungai Coban Jahe (Dokumen Pribadi) 

Sensasi Menyatu dengan Alam

Demikian juga kafe ‘kali’ mulai bermunculan konsep kafe di area sungai yang mengalir di Kawasan obyek wisata, seperti daerah air terjun atau coban. 

Kalau di Malang dapat ditemui Kedai Kopi Sungai Jahe di Kawasan wisata air Coban Jahe, Kopi Keceh di kawasan Coban Jahe dan Coban Tarzan, area wisata Umbulan Tanaka Waterfall, dan masih banyak lagi.

Di aliran sungainya kita dapat merasakan air sungai coban yang jernih, dingin dan sejuk. Tentunya penempatannya di lokasi yang tidak bahaya dan riskan oleh aliran air sungai.

Dengan demikian kita dapat merasakan sensasi menyatu dengan alam sambil menikmati secangkir kopi panas dan bercengkerama bersama teman atau keluarga.

Kafe di kawasan aliran sungai Coban Jahe (Dokumen Pribadi) 
Kafe di kawasan aliran sungai Coban Jahe (Dokumen Pribadi) 

Menu dengan Harga Terjangkau

Selain karena sensasi alami yang dapat kita nikmati, sajian di kafe ‘pinggir kali’ ini dibanderol di harga yang terjangkau.

Berbeda dengan kafe-kafe industrial yang bertebaran di kota, kita masih menemui harga minuman dengan harga Rp 5.000,- saja.

Bonusnya adalah menikmati view sekitarnya yang masih alami, di antara gemercik air sungai yang mengalir tiada henti.

Sensasi ngopi di pinggir kali (Dokumen Pribadi)
Sensasi ngopi di pinggir kali (Dokumen Pribadi)

Dari gambaran ini maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggeliatnya industri kafe, daya kreativitas kaum muda yang mengusung konsep kafe di pinggiran sungai ini tentunya harus diimbangi dengan konsekuensi menjaga kelestarian sekitarnya.

Secara tidak langsung diharapkan juga dapat menggugah kesadaran masyarakat terlebih anak-anak muda untuk lebih menjaga kebersihan dan keberlangsungan ekosistem di sekitar sungai.

Tak hanya sekadar memburu atau menikmati sensasi melainkan juga bertanggungjawab dengan kenyamanan bersama.

Salam Lestari! (Yy)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun