Malioboro, Saksi Rendezvous
Malioboro…
jejak dan saksi bisu
rendezvous para maestro
buah pikir dan puisi berpadu
Malioboro…
lahirkan kemerdekaan berekspresi
lahirkan nama-nama pujangga jago
oleh olah tangan dingin sang Resi
Umbu Wulang Landu Paranggi,
mengukir jejak emas
menyisakan kenangan abadi
ketika pada akhirnya terbang bebas
Abadi di surga puisi
***
Putra Mahkota nan Bohemian
hingar bingar dunia
menguap digiring digitalisasi
tak sanggup meruntuhkan
sang bohemian sejati
megah raya tahta sang Putra Paranggi
tak menyilaukan
tak menggeser
kaleng-kaleng celengannya
hidup dalam syair
bernafas dengan bait-bait puisi
olehnya prosais terlahir
dengannya penyair mengisi puisi
***
Ia Pernah Jatuh CintaÂ
denyut-denyut cinta
degup-degup rindu
tunai oleh tatapan tanpa bersitatap
lunas oleh renung berjam-jam menunggu
jauh malioboro – jembatan merah
tertempuh demi melewati
jendela peraduan sang wanita pujaan
rindunya mengkristal dalam Aide Memoire
duhai presiden,
Malioboro tak pernah mampu menghapus jejakmu
jua sebongkah cerita jatuhnya cintamu
yang kini abadi dalam peraduan abadimu
Malang, Medio April 2024
Umbu Landu Paranggi -Â RIP 6 April 2021
d.m.wikipedia.com
Umbu Wulang Landu Paranggi (10 Agustus 1943 – 6 April 2021) adalah seniman Indonesia berasal dari Sumba yang sering disebut sebagai tokoh misterius dalam dunia sastra Indonesia sejak 1960-an.Â
Ia lebih dikenal sebagai sosok "di belakang layar" yang mendorong para penyair muda untuk menjadi sastrawan.
Melalui komunitas Persada Studi Klub di Malioboro, Umbu menjalankan peran sebagai mentor sekaligus guru yang membimbing kelompok penyair dan seniman muda tahun 1970-an di Yogyakarta, seperti Emha Ainun Nadjib, Eko Tunas, Korie Layun Rampan, Linus Suryadi AG, dan Ebiet G. Ade.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H