Liburan akhir semester ganjil dan akhir tahun telah tiba. Bagi beberapa keluarga ini merupakan kesempatan untuk mengunjungi destinasi wisata.Â
Berbagai tempat pilihan yang menarik dan baru menjadi serbuan wisatawan setelah menahan diri beberapa waktu menunggu datangnya liburan.
Waktu liburan merupakan saat me time dengan keluarga yang dinanti-nanti, bahkan tempat yang dituju sudah ditentukan jauh sebelum liburan ini tiba.
Momen kebersamaan yang ingin ditorehkan dengan cerita manis dan berkesan menjadi agenda yang sangat ditunggu.
Apalagi dengan kehadiran daerah destinasi-destinasi wisata baru yang mengemas paket wisata lengkap wahana-wahana kekinian membuat kita ingin mengunjunginya.
Jalan Macet, Pengunjung Membludak
Liburan akhir semester ganjil dan akhir tahun hampir mirip liburan lebaran dan liburan kenaikan kelas.Â
Anak-anak sekolah diberikan waktu libur rata-rata satu minggu setelah menerima raport semester ganjil. Orang tua pun sudah mengagendakan cuti agar dapat menikmati liburan bersama keluarga.
Waktu liburan yang bersamaan ini sangat memungkinkan akses menuju destinasi-destinasi wisata menjadi macet.Â
Titik-titik jalan yang menjadi akses menuju ke obyek wisata dipenuhi oleh kendaraan pengunjung, bahkan kemacetan terjadi baik ke arah tujuan maupun ke arah berlawanan.
Tidak hanya itu, hampir semua destinasi wisata apalagi yang baru, sudah pasti dibanjiri pengunjung hingga membludak.Â
Bagi saya pribadi, rekreasi dengan suasana seperti ini menjadi kurang nyaman dan sulit menikmati dengan puas.
Rawan Anak Hilang
Dengan membludaknya pengunjung di daerah destinasi wisata seringkali menjadi kesempatan emas bagi para penculik.Â
Pengunjung yang meluber menyamarkan oknum yang memiliki modus tertentu untuk melancarkan aksinya sebagai pelaku kejahatan.
Para penculik memanfaatkan kelemahan orang tua yang seringkali lalai mengawasi dan menjaga buah hatinya.Â
Hal ini sering terjadi dan saya menyaksikan sendiri peristiwa-peristiwa ini ketika sedang berkunjung di sebuah obyek wisata yang sangat padat pengunjung.
Suatu kali dalam sebuah kunjungan wisata, berulang kali mikrofon pusat informasi mengumumkan anak hilang.Â
Dan yang membuat saya heran tak hanya satu anak, melainkan diumumkan nama beberapa anak yang berbeda dalam satu hari kunjungan itu.
Secara refleks saya mulai menajamkan mata dan meningkatkan kewaspadaan bagi keluarga saya sendiri.
Selain dari pada itu, saya juga tergiring untuk mengamati sembari turut mencari keberadaan anak hilang dengan ciri-ciri yang diumumkan tadi.
Salah Siapa?
Beberapa kasus terjadi karena murni kelalaian orang tua. Di saat orang tua lengah karena harus konsentrasi pada satu hal, si anak terlepas dari pantauan.
Namun tak sedikit juga karena anak di rentang usia 5 tahun ke atas atau sudah sekolah merasa dirinya mandiri dan tidak mau diawasi orang tuanya.Â
Mereka masuk ke wahana-wahana tanpa pendampingan, atau hanya ditemani oleh kakaknya yang juga seringkali ceroboh dan lalai.
Kesempatan-kesempatan ini yang dipergunakan oleh oknum penculik. Melalui pendekatan persuasif atau bahkan juga dengan kekerasan anak-anak polos ini tak berdaya di tangan penculik yang pasti tidak bertindak sendirian. Mereka sebuah sindikat yang tak mudah juga diberantas begitu saja.
Dalam kasus ini, tidak ada pihak lain yang dapat disalahkan selain orang tua anak-anak itu sendiri. Kecuali anak-anak ini sudah dititipkan kepada pihak lain seperti guru, kerabat, teman atau siapa saja yang diberikan kepercayaan oleh orang tua.
Dan manakala hal ini terlanjur terjadi, salah menyalahkan sudah tidak perlu diperdebatkan karena yang diperlukan adalah solusi dengan aksi sebagai upaya menyelamatkan anak-anak yang terlanjur lepas dari pengawasan ini.
Tindakan Preventif
Sebagai tindakan pencegahan atau preventif untuk hal serius ini, sangat diperlukan tindakan, seperti:
- Waspada penculikan anak di waktu liburan. Tak henti-henti orang tua atau yang dewasa bersikap waspada terhadap upaya kejahatan ini di mana saja.
- Tidak melepaskan anak begitu saja tanpa pengawasan meskipun si anak memberontak. Minimal mengawal dari jarak tertentu.
- Membekali anak untuk tidak mempercayai orang asing dan mengenalkan cara dan trik oknum yang mencurigakan.
- Mengenakan pakaian yang khas yang pada anak agar mudah dikenali.
- Mengajarkan pada anak untuk menghafal nama orang tua, alamat rumah atau jika memungkinkan nomor kontak orang tua. Hal ini penting jika anak ini tersesat di keramaian. Anak juga perlu diajarkan untuk menghubungi pihak obyek wisata seperti sekuriti, kantin, penjaga toilet atau OB yang paling dekat dengan posisinya saat itu.
Jika hal ini terlanjur terjadi maka kita perlu mencoba untuk tetap tenang dan segera melaporkan pada pihak obyek wisata (customer service) atau pihak berwajib.Â
Pengawasan dan Gercep Upaya Penanganan dari Pihak Obyek Wisata
Dalam meminimalisir kemungkinan terjadinya peristiwa penculikan atau anak hilang karena terpisah dari orang tuanya ini, pihak pengelola obyek wisata juga perlu mengantisipasi dengan cara, seperti:
- Koordinasi terpusat dari pengelola bagi seluruh pegawai maupun tenant-tenant yang ada dalam wilayah obyek wisata untuk segera bertindak jika terjadi peristiwa dugaan penculikan atau anak hilang.
- Titik-titik rawan yang dipantau oleh CCTV, sehingga pelaku segera dikenali dan ditangkap.
- Mengawal pihak yang kehilangan dengan mengupayakan tindakan yang tepat.
Dengan melakukan tindakan preventif dan koordinasi yang baik oleh pihak pengelola obyek wisata, maka tindak kejahatan penculikan anak dapat ditekan atau bahkan tidak ada celah bagi oknum penculik melakukan aksi jahatnya.
Semoga liburan kali ini dapat kita jalani dengan aman, nyaman dan gembira.
Selamat berlibur. (Yy)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI