Mohon tunggu...
Yayuk Sulistiyowati M.V.
Yayuk Sulistiyowati M.V. Mohon Tunggu... Guru - Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Natal Terakhir

23 Desember 2023   15:00 Diperbarui: 24 Desember 2023   00:52 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | dok. pribadi 

Hujan angin mengguyur dengan dahsyat. Di luar kupandang begitu gelap dan mencekam. Lima porsi makanan cepat saji sudah di tangan. 

Aku masih berdiri berteduh di emperan restoran cepat saji. Senandung lagu “O Holy Night” Pentatonix berkumandang lembut memenuhi segala penjuru restoran ternama ini. 

Hujan angin dengan petir menggelegar bersahutan membawa anganku melayang…

***

Menginjak bulan Desember hatiku mulai gamang. Terselip mimpi yang memacuku untuk terus berjuang di jalanan sebagai driver ojek online

Aku bersikukuh untuk mengejar orderan sebanyak mungkin agar dapat merayakan Natal dengan sedikit berbeda. 

Ilustrasi Natal | Foto: Pixabay
Ilustrasi Natal | Foto: Pixabay

Ada pohon natal kecil dengan lampu kelap kelip berwarna - warni dan ada rupa-rupa kue kesukaan putri kecilku, Nuna. Menghabiskan malam Natal sembari menyantap hidangan ayam goreng lezat kesukaan istriku, Maria. 

Tak seperti Natal sebelumnya ketika harus tinggal di kos-kosan sempit dan lembab tanpa bisa merayakan Natal yang penuh sukacita.

Masih kuingat bisikan Nuna sebelum aku berangkat ngojek pagi itu.

“Nuna pengen punya boneka Sinterklas seperti punya Kak Melly Pak”, Nuna berbisik sambil menjewer telingaku agar lebih dekat mulutnya yang mungil.

“Iya Nuna cantik, pasti Bapak belikan untuk Nuna. Tetapi Nuna harus pinter bantu Ibu membuat pesanan kue Natal ya… Bapak harus kerja dulu supaya bisa bawa boneka Sinterklas untuk Nuna,” sahutku sambil memeluk gadis kecilku itu.

***

Hatiku bimbang untuk nekad menembus pekatnya malam dan derasnya hujan. Namun senyum istriku terus terbayang di pelupuk mataku dan celoteh Nuna gadis kecilku terngiang-ngiang di telingaku. 

Karenanya, ketika orderan masuk dalam jumlah yang besar, segera saja aku ambil. Aku berharap keuntungan dan bonus yang aku peroleh juga lebih besar.

Ilustrasi | Foto: Pixabay 
Ilustrasi | Foto: Pixabay 

Yang lebih membuatku semangat adalah restoran cepat saji ini memberiku bonus mainan Sinterklas lucu, dan Nunaku pasti akan senang.

Dengan senyum penuh keyakinan aku nekad menembus hujan, bahkan mantel hujanku kurelakan untuk membungkus makanan pesanan itu. Kubiarkan badanku basah diterpa hujan asal dapat kubawa makanan ini tanpa cacat. 

Sambil melaju pelan kubayangkan senyum puas pelangganku dapat menerima makanan ini dengan kondisi tetap baik.

Ponselku bergetar tanpa henti. Kulirik pesan notifikasi dan lima panggilan tak sempat kujawab yang terus bergetar kembali.

Sampai di depan sebuah rumah megah aku pencet bel berulang-ulang, tetapi tak seorang pun yang keluar. Badanku dingin dan menggigil, hingga memegang ponsel saja aku tak sanggup. 

Aku terkesiap, mataku berkunang-kunang saat kubaca notifikasi pada aplikasi driver online-ku. Orderan dibatalkan.

Tubuhku berdebam dalam genangan air hujan yang menggenang di depan gerbang hitam itu.

Samar-samar kudengar lagu "Jingle Bells" dari mainan Sinterklas yang berdendang di samping pipiku yang basah. Tubuhku semakin menggigil, hingga kemudian semuanya berubah menjadi gelap gulita. 

Satu hari menjelang Malam Natal - 23 Desember 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun