Mohon tunggu...
Yayuk Sulistiyowati M.V.
Yayuk Sulistiyowati M.V. Mohon Tunggu... Guru - Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Boso Walikan Malangan Sebuah Sandi yang Menjadi Identitas Bhumi Arema

14 Desember 2023   12:00 Diperbarui: 15 Desember 2023   14:15 1242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Boso Walikan Malangan "Ayas mbois, umak sinam ilakes" (Saya mbois kamu manis sekali) | Foto : desain pribadi dari goodnewsfromindonesia.id

Mengulas kota Malang tak pernah membuat saya bosan, bahkan saya semakin tergelitik untuk terus menggemakannya. Tak hanya sebagai surganya bangunan sejarah kolonial atau kota bunga yang merujuk Kerajaan Medang Kamulan yang melekat di kota ini saja namun kekhasan bahasanya yang unik dan benar ini menarik.

Seperti kita ketahui bersama bahwa bahasa sangat erat hubungannya dengan komunikasi antar manusia. Bahasa daerah merupakan dialek setempat sehari-hari. Bahasa daerah juga merupakan sesuatu yang khas dan menjadi identitas diri sebuah daerah.

Kota Malang mempunyai keistimewaan tersendiri dalam menunjukkan identitasnya yang khas selain telah mempunyai keistimewaan dari segi geografisnya. Salah satunya adalah kekhasan dialek Malangan yang dikenal dengan Boso Walikan atau jika diucapkan terbalik osob kiwalan.

Bahasa ini adalah dialek yang dituturkan dengan membalik posisi huruf pada kosakata bahasa Jawa atau bahasa Indonesia pada umumnya. Hanya saja, tidak membalikkan konsonan rangkap, afiks, dan gabungan suku kata yang tidak mungkin dibalik (id.wikipedia.org).

Boso Walikan Malangan
Boso Walikan Malangan "Ayas mbois, umak sinam ilakes" (Saya mbois kamu manis sekali) | Foto : desain pribadi dari goodnewsfromindonesia.id

Boso Walikan ini mempunyai sejarah yang patut diketahui oleh khalayak khususnya masyarakat Malang atau Arema (Arek Malang). Boso Walikan tidak lahir begitu saja hingga melekat erat dalam percakapan sehari-hari. 

Bagi saya sebagai aremanita (sebutan untuk arek Malang Wanita), sudah seyogyanya osob kiwalan ini tidak hanya asal dibunyikan namun sangat perlu ditelusuri bagaimana asal muasalnya.

Merupakan Bahasa Isyarat atau Sandi

Kota Malang telah dikenal mempunyai pahlawan daerah bernama Hamid Roesdi. Hamid Roesdi yang berpangkat sebagai mayor ketika masa perang Agresi Militer II (Clash II) itu merupakan pemimpin Gerilya Rakyat Kota (GRK).

Pada saat berperang melawan Belanda, ia bersama kesatuan lain menciptakan bahasa isyarat atau kata sandi dengan membalik susunan huruf dalam sebuah kata. 

Hal ini dipergunakan untuk mengirim pesan pada pasukannya. Konon Gerilya Rakyat Kota ini terkenal dengan pasukan yang taktis dan gigih dalam melakukan perlawanan hingga sangat ditakuti oleh lawan (Belanda). Dijelaskan bahwa pencetus awalnya adalah Suyudi Suharno.

Dukut Imam Widodo dalam buku Malang Tempo Doeloe (Bayumedia, 2006) menjelaskan bahwa Boso Walikan ini digunakan sebagai bahasa isyarat atau sandi dalam melakukan perlawanan oleh Gerilya Rakyat Kota oleh pejuang gerilya pada Agresi Militer II (Maret 1949).

Pahlawan asli Kota Malang Mayor Hamid Roesdi | Foto : kumparan.com 2020
Pahlawan asli Kota Malang Mayor Hamid Roesdi | Foto : kumparan.com 2020

Bahasa isyarat atau sandi diperlukan sebagai sarana komunikasi yang menjamin kerahasiaan, khususnya sebagai identifikasi pengenal mana kawan, mana lawan. Hal ini dirasa sangat penting karena pada masa perang, Belanda selalu menyebar mata-mata dalam melakukan gerakan dan serangan. Sandi diperlukan untuk mengacaukan taktik Belanda.

Tercatat dalam sejarah tiga nama pahlawan yang ikut andil dalam tercetusnya kode Boso Walikan ini. Mereka bertiga adalah Mayor Hamid Roesdi, Suyudi Raharno dan Wasito, kera ngalam jika dibaca terbalik artinya arek Malang pertama yang menjadi penentu keberhasilan melawan pasukan Belanda.

Flyer Pemkot Malang tentang
Flyer Pemkot Malang tentang "Osob Kiwalan" atau Boso Walikan | Foto : twiiter @PemkotMalang

Pahlawan asli Malang, Mayor Hamid Roesdi gugur tertembak di dukuh Sekarputih, Wonokoyo pada 8 Maret 1949. Pada September 1949, Suyudi Raharno juga gugur disergap Belanda di pagi buta di pinggiran wilayah dukuh Genukwatu (sekarang Purwantoro). Seminggu sebelum itu, Wasito kawan akrab yang turut mencetuskan Boso Walikan juga gugur dalam pertempuran di Gandongan (sekarang Pandanwangi).

Untuk mengenang jasa Mayor Hamid Roesdi dibuatlah patung yang tinggi menjulang di jalan Simpang Balapan, Ijen Boulevard Malang.

Patung Mayor Hamid Rusdi di Simpang Balapan, Ijen Boulevard Kota Malang. Foto: Ulul Azmy @kumparan.com
Patung Mayor Hamid Rusdi di Simpang Balapan, Ijen Boulevard Kota Malang. Foto: Ulul Azmy @kumparan.com

Sebuah Kekayaan Budaya

Boso Walikan yang pada mulanya sebagai sandi dalam perang gerilya, mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Boso Walikan menjadi Bahasa pergaulan sehari-hari dan berkembang sesuai  kondisi masyarakat setempat hingga menjadi bahasa prokem (slang) khas dalam kehidupan masyarakat Malang.

Perlu kita ketahui juga bahwa tidak semua kata atau bahasa dapat begitu saja diubah atau dibalik. Kata-kata umum saja yang biasanya dibaca secara terbalik, seperti nakam (makan), uklam (mlaku), ilakes (sekali), rudit (tidur), kadit (tidak) dan masih banyak lagi. 

 Sangat nampak kata-kata tersebut hampir semua kata diambil dari Bahasa Indonesia dan bukan dari Bahasa Jawa. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa kata-kata yang mudah dibalik justru kata-kata dalam Bahasa Indonesia.  

Malang dalam Boso Walikan dibaca Ngalam | Foto : Mojok.co
Malang dalam Boso Walikan dibaca Ngalam | Foto : Mojok.co

Dalam Boso Walikan susunan bahasa dalam kalimat merupakan campuran antara kata-kata umum yang dapat dibalik dengan kata-kata yang lazim yang tidak dibalik.

Contohnya : “Ayo ker, numpak rotom ae timbangane uklam” atau “Ayo rek naik motor saja daripada jalan kaki”.

Dapat kita amati bahwa dalam kalimat di atas yang berubah adalah kata ker (rek), rotom (motor), dan uklam (mlaku/jalan kaki), sedangkan numpak (naik) dan timbangane (daripada) tidak dibalik. Demikian juga kata mlaku  yang diucapkan dengan kata uklam yang diucapkan demikian agar pengucapan dapat lebih mudah.

Sebuah ungkapan
Sebuah ungkapan "Umak tetap Mbois" yang artinya Kamu tetap Mbois (Mbois artinya bagus) | Foro : wearemania.net

Susunan kalimat tersebut telah melekat dalam bahasa pergaulan sehari-hari warga asli kota Malang. Boso Walikan ini merupakan cermin sebuah kebudayaan setempat yakni budaya Malangan.           

Sebuah Identitas

Bahasa daerah adalah sebuah identitas daerah setempat. Masyarakat kota Malang sangat bangga dengan kekayaan yang khas ini. Oleh karena itu pemerintah kota Malang juga berupaya untuk melestarikan Boso Walikan ini.

Hal ini diperteguh dengan pelaksanaan komitmen DPRD Kota Malang dengan mengusulkan Perda Arema. Drs. H. Sutiaji (walikota saat itu) menegaskan Boso Walikan menjadi satu kesatuan dan identitas warga Malang. Tidak hanya kota Malang melainkan warga kota Batu dan kabupaten Malang pun juga menggunakan bahasa yang sama. (NMP-2020).

Sebagai komitmen bersama, pemerintah kota Malang pun menggunakan Boso Walikan dalam tiap program atau event yang mereka selenggarakan dengan pertimbangan lebih merakyat dan membumi di bumi Arema.

Seiring berkembangnya waktu Boso Walikan tetap lestari dalam dialek sehari-hari kera ngalam (dibalik arek Malang). Bahasa khas ini sangat identik dengan Bhumi Arema atau kota Malang, meskipun Yogyakarta mempunyai Bahasa Walikan sendiri.

Betapa kayanya bumi nusantara kita yang tercinta ini. Satu hal yang penting adalah meskipun kita telah memiliki bahasa daerah atau bahasa khas sendiri atau menguasai bahasa asing kita tetap harus menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang utama.

Kita harus berbangga dan berusaha mengenal dan melestarikan bahasa daerah namun tidak menutup diri untuk belajar dan menguasai Bahasa Asing. 

Ayo Ker... uklam-uklam nang Ngalam! 
Coba diartikan sendiri... Salam. (Yy)

"Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah dan kuasai Bahasa Asing" (kemdikbud.go.id 20/12/2017)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun