Mohon tunggu...
Yayuk Sulistiyowati M.V.
Yayuk Sulistiyowati M.V. Mohon Tunggu... Guru - Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sirnanya Ikon Gedung Kembar di Kawasan Kajoetangan Heritage

11 Desember 2023   13:55 Diperbarui: 11 Desember 2023   21:00 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kafe Lavayette di malam hari (gedung kembar selatan) | Foto : good-time-charleys.com

Sebuah kebanggaan tersendiri terlahir dan tinggal di kota Malang ini. Tak perlu jauh-jauh saya menelisik bangunan-bangunan kuno peninggalan sejarah kolonial Belanda, cukup di kota kelahiran saya yang tercinta ini.

Salah satu spot di Kampoeng Kajoetangan Heritage | dok. pribadi 
Salah satu spot di Kampoeng Kajoetangan Heritage | dok. pribadi 

Jalan-jalan sore menyusuri destinasi wisata Kampoeng Kajoetangan Heritage mampu membuat saya terbawa pada suasana kampung ini di masa silam. Kampung ini merupakan Kawasan kampung tua yang sudah ada sejak abad ke-13 dan sangat terjaga.

Bangunan-bangunan tua yang bernilai sejarah sisa kejayaan era kolonial masih tertata rapi dan terpelihara. Sejak Kampoeng Heritage ini booming sebagai “Kawasan Heritage Kajoetangan” banyak masyarakat, khususnya warga kota Malang mengetahui bahwa kampung ini menyimpan begitu banyak area “hidden gem” yang selama ini nyaris tak dikenal.

Salah satu spot foto di Kampoeng Kajoetangan Heritage | dok. pribadi 
Salah satu spot foto di Kampoeng Kajoetangan Heritage | dok. pribadi 

Memasuki Kampoeng Heritage Kajoetangan ini kita akan disuguhi spot-spot bernuansa masa kolonial. Terdapat kafe-kafe di rumah-rumah jadoel, rumah tertua (tahun 1970) yang masih sangat terjaga rapi, rumah Jengki, rumah Jamu, rumah Mbah Ndut, makam Mbah Honggo Kusumo, kuburan Tandak, langgar tua, pasar Talun, terowongan dan dan masih banyak lagi.

Di salah satu Cafe di pinggir jalan Kajoetangan Heritage | dok. pribadi
Di salah satu Cafe di pinggir jalan Kajoetangan Heritage | dok. pribadi

Terlepas dari kenyataan yang membanggakan itu, ada satu hal yang membuat saya sangat prihatin. Ketika begitu gencar pemerintah kota Malang mulai membangun kembali kejayaan Kajoetangan di masa lalu dengan mengusung konsep heritage, ada ikon bangunan kuno yang harus hilang. Ikon bangunan kembar yang jaya di masa lalu harus rela sirna dari hiruk pikuk gencarnya mengangkat Kajoetangan menjadi Kawasan heritage.

Bangunan Ikonik Gedung Kembar Rajabally

Gedung kembar di jalan Kayutangan yang terkenal dengan Rajabally ini merupakan infrastuktur yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan kaum elit Belanda pada masa kolonial Hindia Belanda.

Gambar landscape gedung kembar Rajabally | Foto : arsitek.in
Gambar landscape gedung kembar Rajabally | Foto : arsitek.in

Bangunan ini termasuk dalam bagian rencana tata kota Malang yang disebut dalam pada Bowplan V, bagian dari Bowplan tahap I-VIII (1914-1929) yang dirancang oleh Herman Thomas Karsten dan dikerjakan oleh arsiteknya Karel Bos pada tahun 1936.

Bangunan dengan arsitektur aliran Nieuwe Bouwen ini konon merupakan ide dari Karel Bos yang terispirasi oleh pengalamannya sendiri pada waktu itu baru saja dianugerahi anak kembar. Dengan hal ini, Karel Bos mampu mengaplikasikan rancangan Herman Thomas Karsten dengan sempurna.

Konsep aliran Nieuwe Bouwen mengutamakan aspek fungsional untuk beradaptasi dengan iklim setempat. Tampak pula dua menara di bagian atas gedung yang berfungsi untuk mengamati kondisi sekitar.

Disebutkan bahwa bangunan kembar di perempatan Kajoetangan ini merupakan gerbang masuk kawasan perumahan elit pengusaha perkebunan Belanda di Kawasan Bergenbuurt (sekarang Kawasan Ijen Boulevard) dari stasiun Kota Baru dan poros Jan Pieterszoon Coen Plein (sekarang alun-alun Tugu Balaikota). Kawasan yang tampak indah berlatarbelakang pemandangan Gunung Putri Tidur.

Dari gambaran demikian menjadikannya sebagai bangunan ikonik dan berjaya pada masanya.

Dilansir dari merdeka.com dijelaskan bahwa awalnya adalah milik taipan Tionghoa bernama Han Thiaw An yang kemudian menjadi Toko Buku Boekhandel Slutter-C.C.T van Dorp Co. Tahun 1950-an dibeli keturunan India-Pakistan Rajab Ally. Nama Rajabally (Rajab Ally) sangat melekat, sehingga kawasan itu dikenal sebagai perempatan Rajabally sampai sekarang.

Pasukan Belanda pada Agresi Militer II  di depan gedung kembar | Foto oleh Marine Voorlichtingsdienst. (by National Archief) - terakota.id
Pasukan Belanda pada Agresi Militer II  di depan gedung kembar | Foto oleh Marine Voorlichtingsdienst. (by National Archief) - terakota.id

Gedung sebelah selatan awalnya merupakan toko emas Juwelier Tan milik saudagar emas bernama Tan Siauw King. Pada tahun 1964 gedung ini menjadi Bank Arta Niaga Kencana (ANK Bank) lalu beralih menjadi Bank Commonwealth. Sejak Bank Commonwealth pindah ke Jalan Jaksa Agung Suprapto pada bulan Juli 2020 gedung ini kosong hingga sekarang.

Menjadi Kafe Bernuansa Kolonial

Berbeda dengan nasib saudara kembarnya, kini menjadi tempat parkir dan terbengkalai  yang notabene sudah ditetapkan sebagai gedung cagar budaya (2018), gedung sebelah selatan setelah berganti-ganti pemilik berubah menjadi kafe bernuansa Kolonial Bernama “Lavayette”.

Kafe Lavayette di pagi hari (gedung kembar selatan) | Foto : detik.com
Kafe Lavayette di pagi hari (gedung kembar selatan) | Foto : detik.com

Pemilik kafe mencoba merevitaliasasi dan mengalihfungsikan menjadi restoran dan rumah makan bernuansa heritage meskipun dengan sedikit perubahan membuat gedung ini tak lagi sama dengan kembarannya di sebelah selatan. Gedung sebelah utara ini juga masih berstatus Obyek Diduga Cagar Budaya (ODCG).

Kafe Lavayette di malam hari (gedung kembar selatan) | Foto : good-time-charleys.com
Kafe Lavayette di malam hari (gedung kembar selatan) | Foto : good-time-charleys.com

Kafe ini menjadi destinasi menarik dan indah dilihat di malam hari karena lampu-lampunya yang estetik menyedot perhatian para pengunjung terutama anak-anak muda.

Secara tidak langsung generasi muda akan mengenal bangunan-bangunan yang bernilai sejarah masa lalu, mencintai dan memeliharanya untuk masa depan.

Ikon Bangunan Gedung Kembar yang Sirna

Perubahan signifikan terjadi sejak tahun 90 an. Bangunan kembar ini berubah karena keduanya berada pada perbedaan kepentingan.

Berangkat dari konsep “Kajoetangan Heritage” yang menjadi pusatnya kawasan heritage di kota Malang maka keberadaan gedung sebelah selatan yang tak terawat menjadikan kawasan ini seperti kehilangan salah satu ikonnya.

Mirisnya gedung kosong ini pernah menjadi korban kaum vandal yang mencorat-coret gedung ini sehingga tak sedap dipandang.

Berbanding terbalik dengan keriuhan gedung kembarnya yang telah menjadi kafe, gedung ini kosong dan terkesan gelap dan mengurangi keglamoran Kawasan Kajoetangan Heritage.

Kejayaan di masa lalu seolah mengalami masa suram di tengah perkembangan zaman dan teknologi.

Semoga pemerintah kota Malang dapat segera mengantisipasi kondisi ini sehingga konsep Kajoetangan Heritage ini menjadi lengkap karena salah satu ikon penting  yakni gedung kembar Rajabally dapat kembali bersinar seperti masa lalu. Dengan demikian kejayaan bangunan ini di masa lalu dapat terasa dan terjaga dengan landasan kuat sebagai gedung cagar budaya. Amin. Salam. (Yy)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun