Dalam artikelnya [kekunoan.com], Bapak Indra juga menjelaskan bahwa pembangunan viaduk ini terintegrasi dengan pembenahan arus dan pola lalu lintas pada perlintasan sebidang di sekitar kawasan. Pembenahan ini dapat dijabarkan dengan point-point berikut:
- Pada saat itu Kotapraja Malang mempunyai rencana membuat jalan tembus dari Sophiastraat (sekarang Jalan H.O.S. Cokroaminoto) ke Rampal Koelonstraat (sekarang Jalan W.R. Supratman) untuk mengurangi perlintasan sebidang.
- Kendaraan yang akan menuju ke utara kota atau arah Blimbing dari kawasan pemukiman Oranjebuurt (Daerah Oranye yang merupakan perumahan baru bagi pendatang dari Eropa), maupun dari selatan atau yang melintas kawasan Tugu melewati Goedangweg dan Sophiastraat.
- Dari selatan, Spoorstraat dan jembatan Brantas dapat melintas di bawah viaduk atau jembatan 'overpass' kereta api di Jalan Sudirman (Stationweg melewati depan Stasiun Malang lama) berlanjut ke utara lewat Rampal hingga Jalan W.R. Supratman (lewat Voorkampementweg (Jalan Panglima Sudirman), Rampalweg, Kliniekstraat hingga Rampal Koelonstraat atau alun-alun Rampal).
Tujuan dari perencanaan dengan pengarahan arus dan pola lalu lintas ini adalah untuk mengurangi konflik seminimal mungkin dan dapat membuat pesimpangan sebidang antara jalan raya dan rel kereta api menjadi lancer tanpa hambatan.
Viaduk Klodjen Lorstraat ini telah didukung 4 bentang pilar berjarak 4,70 meter yang masih dapat dilalui kereta api dalam kolongnya apabila kelak dipergunakan untuk rel jalur ganda pada lintas Malang ke utara.
Pembangunan viaduk ini berkaitan dengan pembangunan stasiun baru Malang yang menghadap Daendels Boulevard dan Jan Pieterszoon Coenplein, yang diresmikan pada 25 Februari 1941. Tentang ini sudah pernah saya ulas dalam artikel saya sebelumnya di Hampir Satu Setengah Abad Stasiun Malang.
Senja di Viaduct Klodjen Lorstraat
Sejak viaduk ini berdiri sudah menjadi spot menarik bagi siapa saja yang melaluinya, khususnya bagi para railfans terlebih jika dinikmati ketika menjelang senja. Mentari yang meredup berwarna jingga terkadang menjadi pemandangan yang sangat indah.
Kini Viaduct Klodjen Lorstraat ini menjadi jalur lalu lintas yang ramai dan padat. Selain menjadi kawasan perbelanjaan tradisional (Pasar Klojen), pertokoan dan kafe-kafe tempat nongkrong bertebaran di sekitarnya.
Demi keamanan dan kebersihan, kini Viaduct Klodjen Lorstraat diberi pagar pelindung jembatan, meskipun terlihat tidak estetik dan tidak nyaman untuk memandang kereta api yang melaju bagai ular di antara pendar-pendar lampunya.
Kereta api dan perjalanan bersamanya selalu menjadi topik favorit bagi saya. Bagaimana dengan sahabat semua? (Yy)
***
Melalui media ini saya mengucapkan limpah terima kasih pada guru saya Bapak Tjahjana Indra Kusuma yang selalu mendukung saya dalam menggali informasi tentang sejarah, khususnya sejarah di kota Malang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H