Memandang kereta api lewat dari atas jembatan atau viaduk di kala senja selalu membuat saya deja vu. Sebuah sensasi yang kuat yang menyeret saya pada cerita masa kanak-kanak yang selalu gembira bukan kepalang ketika si ular besi lewat di depan mata.
Di bahu Bapak, aku melonjak melihat kereta api melaju melewati jalur di bawah viaduk (viaduct) Klodjen Lorstraat atau Klojen Lor ini.
Kami tak sendiri, pada saat yang sama beberapa anak-anak sebaya dengan saya juga berteriak-teriak senang. Tampak pula seorang anak lelaki bertepuk tangan diiringi tepuk tangan bapaknya.
Saya terpaku sambil menikmati sensasi deru roda kereta api yang bergesek dengan rel yang terlihat seperti ular raksasa yang panjang sekali.
Pada waktu itu saya sampai hafal jam berapa kereta api melintasi terowongan bawah viaduk Klodjen Lorstraat, juga jajanan tahu petis yang tak pernah terlupakan sebelum meninggalkan tempat itu.
Belok sedikit ke kiri, Bapak selalu berhenti untuk membeli koran Jawa Pos di sebuah agen koran dan majalah di pertokoan dekat pasar tradisional Klojen. Tak jarang kami masih berhenti sejenak di sana, bapak ngobrol dengan penjualnya dengan bahasa Madura. entahlah, bapak sangat mahir berbahasa Madura.
Dikerjakan oleh Staatsspoorwegen
Viaduk atau dalam bahasa Latin viaduct merupakan jembatan atau jalan di atas jalan raya, jalan kereta api, di atas lembah atau sungai yang lebar. [wikipedia].
Viaduct Klodjen Lorstraat dikerjakan oleh Departemen Konstruksi dan Jembatan milik Staatsspoorwegen atau Perusahaan Kereta Api milik pemerintah Hindia Belanda.
Pengerjaan viaduk Klojen Lor atau Klodjen Lorstraat memakan waktu tidak sampai setengah tahun mulai 1 September 1939 hingga awal tahun 1940.