Bangunan ini mengandung kaidah keseimbangan simetris dan berorientasi religius yang terlihat dari banyaknya jendela dan tampak gevel dengan hiasan berbentuk busur di sisi kanan kiri bangunan.
Bentuk jendelanya mengerucut ke atas seperti busur ini menyimbolkan persembahan pada keagungan Tuhan seperti bentuk jendela pada gereja-gereja Gothic, gaya arsitektur yang muncul di Eropa pada abad pertengahan.
Bangunan megah ini masih tetap kokoh berdiri hingga saat ini dan tetap bertahan meski dimakan waktu dan pernah terbakar sebagian (bagian atas ludhes) ketika terimbas serangan Agresi Militer II (pembumihangusan) pada 30 Juli 1947.Â
Pemerintah melalui Kementerian Sosial membantu membangunnya kembali pada tahun 1951, namun hanya cukup untuk pembangunan satu lantai.
Kapel Tjelaket (sekarang Cor Jesu)
Di dalam kompleks bangunan ini terdapat sebuah kapel yang berdiri pada tahun 1925. Bangunan kapel atau gereja ini dirancang oleh Biro Arsitek Belanda dengan tiga arsiteknya Eduard Cuypers, Marius J. Hulswit dan A.A. Fermont sesuai dengan prasasti yang tersemat di tembok depan kapel.
Biro arsitek Belanda ini mempunyai andil besar dalam pembangunan gedung-gedung kolonial dan bersejarah pada jaman Hindia Belanda di Indonesia, khususnya di kota Malang.
Kapel ini disebut Kapel Besar karena dibangun tidak hanya diperuntukkan bagi para suster Ursulin, melainkan untuk umat Katolik di sekitar Tjelaket.
Dibangun dalam jangka waktu 9 bulan sejak 12 September 1924 dan diberkati oleh Mgr. Van Velsen, SJ yang datang dari Batavia pada 19 Juni 1925 dan menjadi tanda 25 tahun (pesta perak) keberadaan Ursulin di Kota Malang.
Ulasan mengenai kapel ini juga tertuang dalam artikel tahun lalu: Mengintip Keberadaan Lonceng Kapel Cor Jesu Malang Sejak Tahun 1925