Keberadaan LVRI ini diatur oleh Undang-Undang No. 7 Tahun 1967 tentang Veteran Republik Indonesia.
Sedangkan Hari Veteran Nasional diperingati setiap tanggal 10 Agustus berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 30 Tahun 2014 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Ayah sering bercerita tentang masa-masa perang yang dialaminya. Sebagai pejuang veteran ayah merasakan kepedihan ketika perang gerilya yang dijalani pada tahun 1948-1949.
Berjalan berkilo-kilo dan kadang tanpa makan. Masuk keluar hutan yang banyak terdapat ranjau.Â
Ketika benar-benar lapar, hewan apapun yang terlihat diburu dan kemudian dijadikan santapan; ayam, burung hingga ular.
Harus tega meninggalkan jenazah teman yang tewas karena terbunuh oleh tentara Belanda demi menyelamatkan diri dan terus berjuang melawan penjajah.
Beberapa teman seperjuangan ayah juga mengalami cacat akibat ganasnya perang. Ada yang kakinya hancur karena terkena ranjau, ada yang lengannya putus karena ledakan granat dan ada juga yang kehilangan bola mata karena tertembak musuh.
Selalu siaga terus menghadapi tentara Belanda dengan senjata seadanya. Ayah beruntung dapat merebut senjata yang dipakai tentara Jepang untuk melawan tentara Belanda yang bersenjata modern dan lengkap.
Rutin Ziarah ke BlitarÂ
Masih kuingat betul, ketika masih kecil sekitar tahun 1990 an, aku sering mengikuti kegiatan rutin ayah bersama Bapak Mayjen TNI (Purn) R. Moch. Sabirin Moechtar yang terakhir menjabat Pangdam X Lambung Mangkurat (1969).
Ayahku bilang, Bapak Sabirin Moechtar adalah senior sesama shodancho (tentara PETA) tahun 1943 dan sama-sama pernah menjadi ajudan Bung Karno.