Tidak hanya itu, dalam beberapa obrolan dengan pakar dan pemerhati sejarah ini, saya mendapatkan banyak kisah akurat dan gamblang tentang romantika Stasiun Malang yang sangat sarat dengan sejarah kolonial Belanda.
Melalui persetujuan Dewan Kolonial dalam Staatsblad No. 141 tanggal 6 April 1875, pemerintah Hindia Belanda membentuk perusahaan negara yang mengelola kereta api dengan nama 'Staatspoorwegen' atau dikenal dengan sebutan SS.
Bermodal awal f 10.000.000, dibangunlah jaringan rel kereta api Surabaya-Pasuruan-Malang oleh 'Staatspoorwegen' (SS). Sesuai dengan tujuan awal, pembangunan ini sangat bermanfaat untuk mengakomodasi fungsi ekonomi dan fungsi pertahanan.
Dari segi ekonomi, keberadaan kereta api memudahkan distribusi logistik, hasil bumi dan industri. Pasuruan merupakan pendukung distribusi pabrik-pabrik gula sebagai komoditi strategis pada waktu itu.
Di segi pertahanan, pada saat itu kota Malang merupakan markas pasukan sehingga keberadaan kereta api sangat mendukung kemudahan mobilitas pertahanan.
Indra mengungkapkan bahwa kedua fungsi strategis itu telah menjadi tujuan utama sejak pembangunan Jalan Pos "Grooteposweg" di era Daendels (1808-1811).
Malang termasuk dalam paket pembangunan 'Staatspoorwegen' (SS) awal bersama dengan jalur Surabaya-Bangil-Pasuruan yang dibuka dan dioperasikan untuk publik pada 16 Mei 1878. Trek atau trase relnya secara keseluruhan hampir sejajar dengan Jalan Pos "Grooteposweg".
Dari Bangil sebagai ibu kota Afdeeling dan Regentschap (kabupaten), jejaring rel 'Staatspoorwegen' (SS) ini menuju ke Sengon yang dibuka secara resmi pada 1 November 1878.Â
Dari Sengon menuju Lawang dibuka pada 1 Mei 1879 hingga akhirnya dari Lawang ke Malang dioperasikan dan dibuka pada 20 Juli 1879 dan diresmikan oleh Gubernur Jenderal Mr. J.W. van Lansberge.