Selain berada dalam komplek rumah abu atau kolumbarium, taman doa ini mempunyai banyak keistimewaan yang membuat para peziarah dapat berdoa secara khusuk. Areanya yang luas, sejuk dan asri dikelilingi pepohonan yang rimbun, segar dan syahdu.
Tidak hanya ketika pagi hari, pada malam hari pun suasana Taman Doa ini lebih syahdu dan estetik, dikelilingi lampu-lampu temaram yang menyatukan hati dan sukma kita pada Sang Pencipta.
Kolumbarium
Kolumbarium adalah sejenis laci tempat menyimpan abu atau tulang-belulang jenazah manusia. Kata "kolumbarium" berasal dari Bahasa Latin "columba" atau "burung merpati". [Kompas.com]
Kolumbarium dapat disebut dengan rumah abu atau perabuan jenazah. Abu jenazah setelah prosesi kremasi atau pembakaran ini merupakan kebiasaan atau tradisi umat Buddha yang diadaptasi oleh umat Katolik dan Kristen.
Berziarah ke kolumbarium atau makam merupakan tradisi yang biasa dilakukan untuk mengunjungi dan mengenang orang-orang yang kita kasihi dalam peristirahatannya yang terakhir. Dengan berziarah kita masih menjalin komunikasi secara rohani dengan mendoakan arwah mereka agar mendapatkan kebahagiaan di rumah baru mereka bersama Sang Pemberi Hidup.
Karena ikatan cinta yang terjalin antara pribadi kita dengan orang-orang terkasih yang telah berpulang maka dengan mengunjungi kolumbarium atau makam sama halnya dengan kita menengok atau mengunjungi rumah mereka secara rohani.
Karena rasa cinta pula yang mendorong kita untuk tetap datang ke kolumbarium atau makam keluarga kita atau siapa saja yang kita kasihi meskipun tempatnya jauh dari tempat kita tinggal.
Peziarahan ini juga diyakini umat Katolik sangat mendukung keselamatan kekal badi arwah umat beriman yang kita doakan.
Di Kolumbarium Paranti Jati ini terdapat kolumbarium bagian khusus bagi para biarawan Karmel bernama Maria Bunda Kita (MBK). Untuk umum juga ada pada kolumbarium yang menghadap ke timur.