Aku sempat bergabung dalam komunitas driver ojol wanita bernama Lady Jek. Kami selalu bertemu setiap minggu untuk silaturahmi dan sharing. Event-event berbagi di bulan puasa dan solidaritas bencana juga sering kami adakan.
Sesekali pihak kantor ojol memberikan arahan dan sosialisasi kebijakan baru. Sayangnya komunitas ini bubar karena adanya faktor kepentingan. Aku dan beberapa kawan juga sering bertemu secara personal dan berbagi cerita.Â
Di tengah kebisingan jalan raya kembali aku termenung mengingat potongam cerita teman-seperjuanganku.
Sebut saja Ibu Cinta, ia harus rela menjalani hidup sendiri tanpa pendamping yang meninggalkan ia dan anak-anaknya yang masih belia.Â
Dia berjuang sendiri untuk anak-anak dan orangtua yang dicintainya. Dunia jalanan menjadi pilihannya untuk berjuang dan menafkahi keluarganya yang masih harus terus bertahan hidup meski tanpa sosok ayah atau pendamping hidupnya.Â
Ia membagi waktunya untuk keluarga dengan susah payah. Ibunya yang sudah tua juga anak-anaknya yang masih sangat butuh perhatiannya.Â
Dia berjuang tanpa kenal lelah dan tanpa mengeluh. Dan di raut wajahnya yang keras dia selalu menebar senyum dalam menjalankan tugas pelayanannya.Â
Ada juga Ibu Kasih yang salah satu anggota keluarganya menderita sakit dan ia juga harus merawat dan membesarkan anak-anaknya. Sumber penghasilan nyaris tidak ada. Setiap berangkat ngojek ia bawa buah hati bersamanya yang bersembunyi di balik jaket kebesarannya.
Tak sedikit pengguna jasanya yang merasa iba, tak sedikit juga yang mencela. Kalau sudah ada komplain ini merupakan tanda bahaya, karena akan membuat turun performanya. Sudah bersusah payah, performa turun.Â