Membaca cerita tentang ojol aku jadi terusik. Seperti dejavu, aku seperti kembali ke masa di mana aku ada dan berjibaku di dalam dunia itu.
Kisah ini nyata dan bukan karangan. Pernah kutuliskan di media sosialku November 2017 yang lalu.
Cerita ini juga tidak mengada-ada, semua ada rekam jejak yang baik sekaligus menyisakan kekecewaan. Bukan curhat, melainkan kurasa perlu untuk kuabadikan sebagai catatan historis dan kenangan.
Perjalanan kisah ini merupakan perjuangan wanita sebagai seorang driver ojek online yang waktu itu masih sedang booming dan belum se-marak sekarang.
Keadaan membuat aku bekerja dari pagi hingga larut malam. Pagi sampai menjelang sore aku kerja di sebuah sekolah swasta (hingga sekarang), sore aku menjadi driver Gojek.
Malu? Untuk apa malu, toh semua untuk aku dan keluargaku. Sama sekali tidak ada hubungan dengan pihak lain.
Akunku 'Budheg'
Aku dapat bekerja maksimal sebagai driver online ketika hari Minggu. Sepanjang hari sampai malam, aku full ngojek, dan itu dapat hasil yang lumayan. Performa juga bagus.Â
Menurut beberapa teman, sekarang ini skema berubah dan kebijakan juga semakin ketat, tak seperti awal-awal dulu.
Seiring berjalannya waktu, akunku menjadi budheg (tuli). Entah mengapa, atau karena aku 'on' hanya ketika sore hingga malam saja, membuat akunku jadi tidak sat set sepertinya di awal.