Kehidupan yang selalu diliputi kebahagiaan menjadi dambaan setiap pasangan suami istri.Â
Tak hanya cukup bersama menjalaninya dengan bersenang-senang saja, melainkan diperlukan juga kesiapan menghadapi perbedaan dan egoisitas masing-masing pribadi yang akan muncul saat mengarungi bahtera hidup berumah tangga.
Pada dasarnya ketika sudah mantap berkomitmen menjadi pasangan suami istri, maka mereka bukan lagi dua melainkan satu.Â
Maka apapun dan bagaimanapun biduk kehidupan keluarga harus tetap berlabuh dan di kemudikan ber’satu’ meskipun diterjang gelombang dan badai.
Demikian pula ketika menghadapi hadirnya buah cinta yang akan menjadi warna dan kebahagiaan yang melengkapi sebuah keluarga, semua diperlukan persiapan yang matang.
Persiapan-persiapan menghadapi kehidupan baru perkawinan ini harus matang sejak kita meninggalkan masa lajang, bahkan sangat mungkin sudah siap sejak sebelum memutuskan untuk meninggalkan masa itu. Mengapa?
Ketika kita memutuskan menikah, menghadapi kehadiran buah cinta merupakan hal yang menggembirakan sekaligus mendebarkan dan penuh perjuangan. Seorang calon ibu harus benar-benar dalam kondisi yang sehat secara lahir maupun batin.
Kursus Persiapan Perkawinan
Sebelum saya menikah (secara Katolik) 22 tahun silam, ada tahap yang harus saya jalani bersama pasangan saya yaitu menjalani Kursus Persiapan Perkawinan (KPP) yang sifatnya wajib. Kursus ini saya ikuti selama dua hari.
Materi kursus persiapan perkawinan yang saya ikuti mencakup berbagai hal antara lain meliputi:
- Hakikat Perkawinan, yang menjabarkan tentang 1) perkawinan merupakan persekutuan hidup dan cinta, 2) perkawinan merupakan lembaga sosial, 3) perkawinan merupakan lembaga hukum negara, dan 4) perkawinan antara dua orang yang dibaptis merupakan sakramen
- Tujuan Perkawinan, yang menjabarkan tentang 1) pengembangan dan pemurnian cinta kasih suami-istri, 2) kelahiran dan pendidikan anak, dan 3) Pemenuhan kebutuhan seksual
- Sakramen Perkawinan, yang menjelaskan bahwa Katolik bersifat sakramental, dan berdasarkan sakramen ini, pasangan suami istri diharakan mampu menghayati perkawinan kristiani di mana mereka dikuatkan dan dikuduskan menjalani kehidupan perkawinan yang melambangkan kesatuan dan cinta bersama Tuhan sendiri.
- Moral Perkawinan, menjelaskan bahwa segala sesuatu yang mendukung, menunjang mewujudkan, atau memperkuat kesatuan suami- istri, adalah baik. Segala sesuatu yang merusak, melanggar, mengancam, atau meretakkan kesatuan itu, adalah tindakan tidak baik. Gilarso (1990: 45).
- Psikologi Pria dan Wanita, dalam materi ini dijelaskan Panggilan hidup kaum pria terarah menjadi seorang ayah/bapak, sedangkan wanita menjadi seorang ibu.
- Komunikasi Suami-Istri, yang mengulas tentang pemahaman pentingnya komunikasi yang merupakan kunci dalam membangun relasi suami-istri.
- Keluarga Berencana Alamiah. Materi ini mengulas bahwa gereja Katolik sangat menganjurkan keluarga Katolik memanfaatkan KB alamiah.
Bagian inilah yang akan saya ulas lebih dalam, sesuai pengalaman pribadi saya menggunakan KB alami dengan menerapkan Metode Ovulasi Billings.
- Pengaturan Ekonomi Keluarga, materi ini menjabarkan hal yang penting tentang kebijaksanaan mengatur rumah tangga sedemikian rupa sehingga dengan penghasilan yang tertentu dan terbatas semua kebutuhan keluarga dapat tercukupi.
- Persiapan Perkawinan yang membahas tentang empat tahap persiapan sebuah perkawinan yang meliputi, 1) persiapan awal, 2) pertengahan (kursus persiapan perkawinan), 3) persiapapan tahap akhir, kemudian 4) persiapan pelaksanaan perkawinan
- Pendidikan Anak meliputi materi tentang pemberian teladan hidup, perhatian dan kasih sayang, lalu simpati dan empati.