"All the reading she had done had given her a view of life that they had never seen. If only they would read a little Dickens or Kipling they would soon discover there was more to life than cheating people and watching television." Â - Roald Dahl, Matilda
Film yang ditayangkan pertama kali di BFI London Film Festival pada 5 Oktober 2022 lalu ini meramaikan jagad Netflix beberapa waktu terakhir.Â
Film musikal besutan beberapa rumah produksi, seperti TriStar Pictures, Working Title Films, dan The Roald Dahl Story Company ini bertajuk "Roald Dahl's Matilda the Musical".
Film Matilda terbaru ini diperankan oleh Alisha Weir sebagai Matilda Wormwood dan dirilis di Britania Raya oleh Sony Pictures Releasing dalam naungan TriStar Pictures di tanggal 25 November 2022.
Dengan disutradarai oleh Matthew Warchus, film ini sangat memukau dengan drama musical yang mampu menyihir penontonnya untuk ikut merasakan kisah yang dialami oleh Matilda Wormwood dengan kejeniusan dan kejahilan anak-anak pada umumnya.
Kali ini pemeran antagonis Miss Trunchbull diperankan oleh aktris ternama Emma Thompson sebagai tokoh berkarakter temperamental, arogan dan menakutkan. Ia hanya menginginkan murid-muridnya patuh padanya tanpa perlu berprestasi dan berbakat.
Secara umum film ini mengisahkan seorang gadis muda yang sangat jenius, ia sangat gemar membaca. Segala buku dibacanya, bahkan ia mampu menceritakan isi buku itu dengan imajinasinya yang luar biasa.Â
Ia mencoba melawan orang tuanya yang mempunyai latar belakang kehidupan yang sangat buruk bagi pertumbuhan pribadinya dengan membaca dan membaca.
Matilda kecil yang berbakat ini juga mengembangkan telekinesis, yang sangat membantu ketika mengambil sikap melawan orang dewasa yang jahat dalam hidupnya dengan caranya yang cerdas.
Film adaptasi novel karya Roald Dahl sebelumnya pernah dirilis di tahun 1996 yang disutradarai oleh Danny DeVito dengan dibintangi Mara Wilson sebagai pemeran utama Matilda Wormwood. Film ini menuai pujian kritis ketika dirilis dan mendapat skor 90% di Rotten Tomatoes berdasarkan ulasan dari 21 kritikus. [Gramedia.com]
Dengan perubahan sedikit pada jalan cerita dan tokoh figuran sesuai dengan cerita aslinya, pada dasarnya kedua film yang selalu booming pada eranya ini tidak mengubah rasa yang tertinggal sebagai kesan bagi penontonnya.
Diadaptasi dari Novel Karya Roald Dahl
Jauh sebelum film ini diadaptasi di layar lebar, saya telah membaca novel "Matilda" karya Roald Dahl sorang penulis yang terlahir di Wales, Inggris dari orang tua berkebangsaan Norwegia pada tahun 1916 ini.Â
Membaca bukunya saja imajinasi bisa berkelana ke mana-mana, apalagi melihat filmnya. Sebuah pengalaman yang sangat menakjubkan.
Novel Matilda sangat mendunia dan diterjemahkan dalam pelbagai Bahasa di dunia, termasuk Bahasa Indonesia.Â
Buku-buku Roald Dahl yang bergenre anak-anak semua menjadi bestseller dan hampir semua telah diadaptasi dalam film layar lebar, seperti : The Withces (1990, 2020), BFG (1989, 2016), Charlie and the Chocolate Factory (2005), dan masih banyak lagi. Bahkan dalam novelnya yang berjudul Matilda ini tersemat hologram "Pengarang Favorit Anak-Anak Sedunia".
Di Indonesia, pada bulan Agustus 2018, kisah Matilda diterjemahkan kembali oleh Noura Publishing dalam buku setebal 300 halaman. Buku sebelumnya dialih bahasa oleh Agus Setiadi dan diterbitkan pertama kali oleh PT. Gramedia Pustaka Utama pada September 1991 berisi 264 halaman.
Roald Dahl tidak sekedar menulis cerita fantasi dan imajinasi, melainkan terdapat nilai-nilai positif yang dapat dipetik dan menjadi sebuah motivasi dan sangat inspiratif.Â
Novel-novel Roald Dahl dikenal berlatar belakang sisi suram namun tidak sentimental. Selalu ada tokoh tokoh  orang dewasa jahat yang melawan tokoh karakter anak-anak yang polos dan tak bersalah.
Review Film "Roald Dahl's Matilda the Musical"
Menonton film ini seperti dibawa pada alam imajinasi yang menakjubkan, khususnya untuk dunia anak-anak yang sudah selayaknya mendapatkan kesan jauh dari hal-hal buruk untuk perkembangan pribadinya di masa mendatang.
Matilda lahir dan tumbuh menjadi gadis jenius berparas cantik dan pintar. Hal yang sangat disayangkan bahwa ia dilahirkan dari orang tua yang bertabiat buruk.Â
Kedua orang tuanya menghabiskan hanya waktu dengan menonton televisi, ibunya Mrs. Wormwood (Andrea Riseborough) pun hanya gemar bermain bingo atau semacam permainan lotre.Â
Mereka sangat dungu dan sangat tidak perhatian pada Matilda hingga Matilda terlambat waktunya untuk masuk sekolah.
Sejak kecil ia sudah menunjukkan kedewasaannya yang lebih dari anak seusianya. Ia tumbuh dengan kecerdasan yang tidak diwarisi dari kedua orang tuanya.Â
Sebagai anak yang kesepian ia menghabiskan waktunya melalap buku-buku yang  di tengah situasi yang penuh kedzaliman, ketidakadilan dan kecurangan oleh orangtuanya dan orang dewasa lainnya. Bagi Matilda membaca membuatnya kuat bahkan akhirnya membuatnya mempunyai kemampuan telekinesis.
Ketika akhirnya Matilda dimasukkan sekolah, ia tidak mendapati hal yang seperti dalam pikirannya. Ia melihat perlakuan kejam yang dilakukan oleh kepala sekolahnya Miss Agatha Trunchbull (Emma Thompson) pada murid-muridnya.
Ia tak segan melukai dan menghukum muridnya secara kejam dan tak berperikemanusiaan. Bahkan Miss Turnchbull memiliki moto mengerikan : "Bambinatum est magitum" yang artinya anak-anak adalah belatung.
Beruntung Matilda bertemu dengan Miss Jennifer Honey (Lashana Lynch), guru yang sangat baik dan mengasihi Matilda sepenuh hati. Matilda sangat mengidolakan Miss Honey dan dalam kedekatannya ini menjadikan hubungan mereka sangat kuat.
Matilda mulai menceritakan kekuatan telekinesisnya kepada Miss Honey ketika Miss Honey menceritakan  bahwa setelah ayahnya Dr Magnus Honey, meninggal secara mencurigakan dia dibesarkan oleh seorang bibi yang kejam yang ternyata adalah Miss Trunchbull.
Miss Trunchbull bermaksud mengambil semua harta warisan ayah Honey  dan membuat keponakannya itu miskin. Miss Honey tinggal di pondok pertanian yang jauh dari kota tanpa gaji dengan uang saku yang sangat terbatas.
Dengan menceritakan kekuatannya, Matilda bermaksud untuk membalaskan dendam Miss Honey pada bibinya yang kejam, Miss Truncbull dengan menggunakan kekuatan telekinesisnya.
 Tak hanya membalaskan dendam Miss Honey, Matilda juga membalaskan dendam teman-temannya yang terdzalimi oleh Kepala Sekolah jahat ini.
Film ini berakhir bahagia setelah Matilda berhasil membuat Miss Trunchbull mati kutu dan pergi meninggalkan sekolah yang seharusnya milik keluarga Honey.Â
Matilda berhasil mengembalikan harta milik Miss Honey yang dikuasai bibinya itu pada guru yang dicintainya dan tak disangka ia diadopsi oleh Miss Honey setelah kedua orangtua Matilda pergi meninggalkan kota itu.
Kisah Inspiratif Sarat Literasi
Terdapat beberapa tambahan alur cerita dalam film ini dan ini yang membuat sangat menarik untuk dinikmati. Film ini dikemas secara modern dan kekinian yang membuka wawasan baru bagi generasi saat ini, sangat pas dan meninggalkan kesan yang mendalam. Isi cerita dalam film ini lebih pada sebuah karya sastra dan literasi yang layak untuk ditonton.
Karakater Matilda dalam Roald Dahl's Matilda the Musical digambarkan lebih berani, tegas, ekspresif, bergejolak, dan berapi-api. Sebagai anak kecil Alisha Weir menampilkan secara kuat karakter tokoh Matilda yang sangat bersemangat ketika bercerita dalam adegan story telling yang ia lakukan kepada Mrs. Phelp (Sindu Vee), seorang pustakawan keliling yang kagum dengan kecerdasan Matilda dan berbagi kecintaannya pada buku. Mrs. Phelp yang mendorong Matilda untuk terus membaca, dan melakukan yang terbaik.
Matilda yang cerdas merupakan sosok yang gemar membaca. Melalap buku-buku merupakan pelampiasan kekesalannya pada keburukan perlakuan kedua orangtuanya juga kepala sekolahnya.Â
Namun, selain membaca Matilda juga sedikit jahil untuk melampiaskan kekesalannya serta pemberontakan pada keluarganya dengan kenakalan-kenakalan kecil.
Kenakalan bocah Matilda dapat terlihat dalam adegan mencampurkan cairan peroksida dengan cat rambut platina warna norak (hijau) pada minyak rambut ayahnya Mr. Wormwood (Stephen Graham), dan mengoleskan lem turbo di dalam topi ayahnya.Â
Kenakalan semacam ini masih dalam kategori wajar dilakukan oleh anak-anak seusia Matilda.
Jelas nampak dalam film ini secara tidak langsung mengajak anak-anak atau generasi kini untuk dapat mengatasi tekanan dan kondisi buruk di sekitarnya dengan hal-hal baik, yaitu membaca dan meningkatkan potensi dalam dirinya. Seperti Matilda yang dapat mengembangkan telekinesisnya dengan baik dan ia pergunakan dengan baik pula di tengah tekanan di sekelilingnya.
Menjadi Anak yang Berpribadi Tangguh
Dengan menyaksikan film bergenre komedi, drama keluarga, fantasi dan anak-anak ini kita dapat belajar dari seorang Matilda, gadis kecil yang hebat, cerdas, kuat. Ia mempunyai keinginan belajar yang tinggi meskipun belum sekolah.
Matilda tumbuh dalam keluarga yang berbudaya tidak baik. Ayahnya yang galak, dungu dan penipu ulung dengan seorang Ibu yang sering pergi bermain bingo.
 Namun terlepas dari semua itu, Matilda  tidak meniru perilaku mereka, ia bahkan tumbuh menjadi seorang anak yang baik dengan pribadi yang tangguh.
Sisi baik yang dapat dipetik dari tokoh Matilda adalah bahwa kita dapat belajar untuk tidak mengikuti hal-hal yang buruk di tengah tekanan pada diro kita, dan tetap menjadi pribadi yang baik.Â
Kita juga dapat belajar dan selalu belajar untuk mengejar keinginan dan terus mengembangkan potensi dalam diri kita sendiri.
Sebagai orang tua kita juga dapat belajar untuk tidak berperilaku seperti orang tua Matilda yang sangat tidak bertanggung jawab.Â
Tidak banyak anak mampu tumbuh seperti Matilda, bahkan mungkin hanya ada dalam film, namun tidak menutup kemungkinan jika hal ini dapat kita wujudkan dan mulai mengantisipasi sejak dini.
Akan jauh lebih baik jika anak tumbuh dengan baik di tengah keluarga yang membuatnya nyaman dan aman, sehingga pribadi anak bertumbuh dan berkembang lebih baik. Penasaran, nonton gih! (Yy)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H