Mohon tunggu...
Yayuk Sulistiyowati M.V.
Yayuk Sulistiyowati M.V. Mohon Tunggu... Guru - Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Orisinalitas Gedung Cor Jesu Malang sebagai Cagar Budaya

7 Januari 2023   12:00 Diperbarui: 18 Januari 2023   14:46 3158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung Cor Jesu Tahun 1990 an | Dok. Instagram @malang.heritage

Kota Malang merupakan salah satu kota yang mempunyai kekayaan bangunan bersejarah berciri kolonial Belanda di Indonesia. 

Bangunan-bangunan bernuansa kolonial ini tersebar di beberapa lokasi strategis sebagai wujud sebuah intervensi fisik olah pemerintah Belanda pada masa pendudukannya di kota yang konon terkenal sebagai kota dingin dan kota bunga ini.

Bangunan-bangunan kolonial Belanda ini antara lain adalah gedung pemerintahan, sekolah, bank, gereja, klentheng, hotel, toko, rumah tinggal dan gedung brandweer. 

Kota Malang yang terletak di dataran tinggi mempunyai alam yang dingin dan sejuk menjadikannya sebagai tempat peristirahatan sekaligus tujuan plesir orang-orang Belanda serta kaum ningrat Jawa pada masa itu.

Pada tahun 2018 terdapat 32 bangunan bersejarah di kota Malang yang ditetapkan  sebagai bangunan cagar budaya atau heritage sebagai upaya pemerintah dalam melindungi dan melestarikan kekhasan sejarah kota. 

Seluruh bangunan, benda dan struktur yang ditetapkan sebagai cagar budaya itu hasil analisis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bersama Tim Ahli Cagar Budaya.

Penetapan bangunan cagar budaya ini diperkuat dengan Surat Keputusan Wali Kota Malang dan diatur dalam Peraturan Daerah nomor 1 tahun 2018 tentang Cagar Budaya Kota Malang. 

Dengan adanya SK ini, tidak diperbolehkan lagi renovasi bangunan yang asal-asalan tanpa izin dari pemerintah kota Malang.

Penyerahan Sertifikat Heritage Gedung Cor Jesu Malang bangunan cagar budaya oleh Walikota Malang Sutiaji (12 Desember 2018) | Dok. Serviam News
Penyerahan Sertifikat Heritage Gedung Cor Jesu Malang bangunan cagar budaya oleh Walikota Malang Sutiaji (12 Desember 2018) | Dok. Serviam News

Gedung Cor Jesu yang megah dan kokoh di jalan Jaksa Agung Suprapto nomor 55 adalah salah satu dari 32 bangunan cagar budaya yang ada di Malang. Pada tanggal 12 Desember 2018 Cor Jesu telah mengantongi sertifikat heritage dengan nomor SK 185.45/348/35.73.112/2018. 

Orisinalitas bangunan sekolah kuno yang masih terjaga dan dilestarikan menjadikannya sebagai aset kekayaan sejarah di Indonesia khususnya di kota Malang.

Gedung yang dibangun di kawasan Celaket berlokasi strategis dan berarsitektur kolonial ini sangat layak menjadi bangunan cagar budaya. 

Bangunan sekolah kuno yang didirikan oleh tiga orang biarawati Ursulin awal tahun 1900 ini dirancang oleh Westmaas dari Surabaya sesuai keinginan, konsep dan rencana Sr. Angele Flecken, seorang pemimpin muda biara Ursulin di komunitas Kepanjen, Surabaya pada waktu itu. 

Rencana dan konsep Sr. Angele Flecken ini disampaikan pada Monsigneur Staal, satu-satunya uskup Batavia (Vikaris Apostolik Batavia 1893-1897) di Indonesia ketika berkunjung ke Surabaya pada Juli 1895.

Setelah persiapan dimatangkan, bulan Oktober 1897, Sr. Angele, Sr. Xavier Smeets dan beberapa suster berangkat ke Malang dan menginap di kediaman keluarga Stucky. 

Bangunan ini mengandung kaidah keseimbangan simetris dan berorientasi religius. Hal ini terlihat dari jendelanya yang banyak dan terdapat gevel dengan hiasan berbentuk busur di sisi kanan kiri bangunan. 

Bentuk jendelanya mengerucut ke atas seperti busur ini menyimbolkan persembahan pada keagungan Tuhan seperti bentuk jendela pada gereja-gereja Gothic, gaya arsitektur yang muncul di Eropa pada abad pertengahan.

Gedung Kapel Cor Jesu 2022 | Dokumentasi pribadi
Gedung Kapel Cor Jesu 2022 | Dokumentasi pribadi

Penerapan dengan konsisten prinsip simetris terhadap sumbu, bangunan menggunakan konsep perulangan Golden Section menjadikan bangunan berkesan monumental. 

Bentuk atap dengan kemiringan yang senada menjadikan bangunan menjadi selaras dengan lingkungannya membuat irama tertentu, dengan memperhatikan sudut dan bahan atap.

Tampilan bangunan di sebagian wilayah pusat kota Malang yang dirancang oleh Herman Thomas Karsten (1884-1945)  mengetengahkan sebuah konsep bergaya Indo Eropa (Indo Europeeschhen Architectuur Stijl). 

Sebagai contoh Gedung Balai Kota Malang yang dirancang sebagai pusat pemerintahan, dengan mengkombinasikan gaya Eropa klasik yang melanda saat itu (Art Deco) dengan perpaduan atap-atap tropis yang merupakan ciri khas prototype bangunan Indonesia (Antariksa Sudikno, 6).

Perhatian Karsten terhadap iklim tropik terlihat dalam sejumlah ciri khusus, seperti jendela yang tinggi dan kisi-kisi ventilasi yang menjulang dari lantai ke langit-langit. 

Atap melebar dan melengkung tajam melindungi penghuni dari panas matahari dan musim hujan. Lorong bagian depan dan samping pada lantai dasar dan lantai pertama juga membantu mencegah panas (Indonesian Heritage, 122).

Gedung Cor Jesu | Dok. @katolik.indo.heritage
Gedung Cor Jesu | Dok. @katolik.indo.heritage

Pembangunan kota Malang sesudah ditunjuk sebagai Kotamadya (Gemeente) pada tahun 1914, adalah adanya pembangunan daerah perumahan berdasarkan kelompok etnis dan daerah permukiman bangsa Eropa (kurang lebih 2.500 jiwa) di sebelah barat daya alun-alun; Kayutangan Oro-oro Dowo, Celaket, Klojen Lor, dan Rampal.

Kawasan Celaket merupakan kawasan vital dan strategis jauh sebelum status kota Malang sebagai Kotamadya menjadikan Komplek Cor Jesu yang pada saat itu terkenal dengan bangunan Zusterschool merupakan sebuah ikon atau pusat pendidikan di kota Malang.

Kekokohan gedung yang berdiri di kawasan Celaket ini menggambarkan bahwa pendidikan merupakan hal yang penting dan sangat diperhitungkan oleh pemerintah Belanda. 

Tiga orang biarawati Ursulin yang mempunyai peran penting dalam mendirikan gedung ini adalah Suster Xavier Smets, Suster Aldegonde Flecken dan Suster Martha Biering yang datang ke Malang dari Surabaya pada 6 Februari 1900. 

Pada saat gedung ini dibangun mereka tinggal di sebuah biara di jalan Celaket dan memulai karya dengan membuka sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) pada 1 Maret 1900.

Gedung SD Katolik Cor Jesu Malang 2022 | Dokumentasi pribadi
Gedung SD Katolik Cor Jesu Malang 2022 | Dokumentasi pribadi

Pada tahun yang sama, tepatnya 1 Mei 1900 didirikan Sekolah Dasar (SD) dan asrama putri. Pembangunan terus berlanjut dan dimulai kembali pada bulan Juni 1900 dengan menggunakan 200 orang pekerja. Tiga tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 21 Juli 1903 berdiri Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Santo Agustinus.

Seiring berjalannya waktu sekolah ini semakin berkembang dengan didirikannya Keterampilan Puteri (SKP) atau yang saat ini bernama Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada tahun 1920 dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) tahun 1922. 

Sebuah perjuangan keras yang luar biasa hingga Cor Jesu menjadi pusat pendidikan di kota Malang. Jenjang pendidikan mulai dari TK hingga SKP sudah ada dan mencakup sebagian besar kebutuhan pendidikan pada masa itu.

Pada tahun 1942 perang berkecamuk. Jepang menutup semua sekolah. Mereka menggunakan komplek Cor Jesu sebagai kamp tawanan. Hingga pada tahun 1947 terjadi Agresi Militer Belanda I di mana gedung-gedung besar yang dibangun Belanda di kota Malang menjadi incaran dan sasaran para pejuang Indonesia.

Mereka mulai membakar gedung-gedung besar termasuk gedung Cor Jesu. Banyak yang menyebutkan bahwa awal kehancuran Kota Malang yang dirancang dan dibangun pemerintah adalah pada tahun 1947 ini. Kota yang tertata rapi akhirnya hancur pasca peperangan.

Dengan perjuangan yang luar biasa, gedung Cor Jesu ini dapat dibangun kembali, bahkan lahir Sekolah Menengah Atas (SMA) pada 15 Juli 1951 dan diresmikan pada 13 Januari 1955.

Gedung Cor Jesu Malang - SMAS Katolik dan Asrama Putri Cor Jesu | Dokumentasi pribadi
Gedung Cor Jesu Malang - SMAS Katolik dan Asrama Putri Cor Jesu | Dokumentasi pribadi

Di tengah perkembangan teknologi dari zaman ke zaman, gedung ini tetap kokoh dengan orisinalitas yang kuat. 

Berdiri di tengah kota dan jalan poros kota Cor Jesu acap kali menjadi obyek kunjungan wisatawan khususnya dari Belanda untuk bernostalgia dan bangga akan karya bangsanya di Indonesia.

Sudah menjadi bukti nyata bangunan kuno era kolonial Belanda yang telah berumur ratusan tahun mempunyai konstruksi yang kuat dan berteknologi maju pada zamannya. 

Bahkan jika dibandingkan dengan bangunan modern, keberadaan situs kuno tersebut menjadi sebuah mahakarya tersendiri.

Salah satu sudut kompleks Makam para suster Ursulin dan Pastor pendahulu (2022) | Dokumentasi pribadi
Salah satu sudut kompleks Makam para suster Ursulin dan Pastor pendahulu (2022) | Dokumentasi pribadi

Salah satu rahasia yang menjadi kekokohan bangunan Belanda terletak pada kualitas semen. Pada masa itu, mereka biasa menggunakan semen merah dan gamping yang dicampur menjadi satu. Batu bata merah yang digiling halus hingga menjadi serbuk, kemudian diolah dengan batu kapur sebagai bahan perekat bangunan. 

Mereka mengaplikasikan bahan-bahan tersebut hampir di keseluruhan bangunan ciptaannya. Mereka tak ragu mencampurkan beberapa material seperti semen bikinan sendiri hingga melekat sempurna. Dikerjakan ahlinya dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi, menggunakan kualitas material yang sangat baik.

Rahasia lain yang membuat bangunan Belanda tetap kokoh adalah kedisiplinan dan kejujuran selama proses pembuatan. Dalam membangun, para arsitek Belanda sangat disiplin dan keras. Baik dalam hal rancangan, bahan yang digunakan hingga teknik pembangunan. 

Untuk penggunaan anggaran, mereka juga mengedepankan ketelitian dan keakuratan yang tinggi. Mulai dari kualitas hingga menjadi sebuah bangunan merupakan prioritas utama.

Mereka tidak mempedulikan pembangunan menyedot dana yang besar, asalkan konstruksi yang ada bisa awet dan tahan lama. Pemerintah Indonesia seharusnya tinggal berkaca dan meniru dari warisan masa lalu tersebut. 

Selain terbukti menghasilkan bangunan awet dan berkualitas tinggi, kita dapat belajar dari mereka bagaimana etika dalam membuat sebuah bangunan agar tetap kokoh hingga ratusan tahun lamanya.

Gedung Cor Jesu Tahun 1990 an | Dok. Instagram @malang.heritage
Gedung Cor Jesu Tahun 1990 an | Dok. Instagram @malang.heritage

Sebagai upaya menjaga orisinalitas gedung Cor Jesu dilakukan pemeliharaan dan perawatan dengan pengawasan yang rutin dan teliti. 

Renovasi  bagian gedung yang mulai terkikis temboknya membutuhkan waktu yang sangat lama karena batu bata yang dipakai dipesan khusus dari Mojokerto dan material yang digunakan juga khusus untuk bangunan kuno atau tua. Dicat sesuai dengan bentuk aslinya dan divernis demi menjaga agar tetap awet dan tidak rapuh dalam segala cuaca.

Komplek Kampus Cor Jesu tak hanya memiliki bangunan bernilai sejarah tinggi tetapi juga dipenuhi pohon-pohon yang berusia puluhan tahun serta sumber air yang terus mengalir sampai saat ini. Tiga pohon beringin tua, besar, dan kokoh menjulang di dalam komplek SMP. 

Pada saat peninjauan rutin atas tanah, gedung dan sarana prasarana, arsitek rekanan merekomendasikan untuk menebangi pohon-pohon tua tersebut karena akarnya telah merusak dan menjadikan jalanan terangkat. 

Hal ini tidak mudah karena sejak masuk dalam daftar cagar budaya atau heritage, pihak Kampus Cor Jesu tidak dapat begitu saja menebangi pohon-pohon ini tanpa seijin Pemerintah Kota Malang.

Gedung Cor Jesu 2020 | Dokumentasi pribadi
Gedung Cor Jesu 2020 | Dokumentasi pribadi

Bukan menjadi rahasia umum bahwa Kampus Cor Jesu sangat menjunjung tinggi nilai kedisiplinan sebagai hal utama dalam penanaman pendidikan karakter. 

Hal ini tergambar nyata tidak hanya dari kualitas moral dan karakter dari komunitas di dalamnya, tetapi juga dari perwujudan orisinalitas bangunannya yang sangat terjaga kuat meskipun tergerus waktu. 

Sama halnya dengan para arsitek Belanda yang membangun bangunan ini. Mereka mengutamakan kedisiplinan, kejujuran dan bekerja keras dalam menyelesaikannya.

Sebagai aset yang tak ternilai, bangunan Kampus Cor Jesu merupakan perwujudan nilai kedisiplinan dan kejujuran yang tinggi oleh seluruh komunitas dan semua yang terkait di dalamnya. Tanpa dilandasi oleh nilai-nilai itu, tidak mungkin dapat terjaga orisinalitas bangunannya.

Gedung Cor Jesu Malang 2022 | Dokumentasi pribadi
Gedung Cor Jesu Malang 2022 | Dokumentasi pribadi

Semoga hal penting ini tetap menjadi ciri khas dan selalu dijiwai, sehingga bangunan bersejarah ini tetap kokoh bertahan dari waktu ke waktu di tengah perkembangan teknologi yang semakin modern dan maju. (Yy)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun