Mohon tunggu...
Yayuk Sulistiyowati M.V.
Yayuk Sulistiyowati M.V. Mohon Tunggu... Guru - Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ibuku Seorang Malaikat Tanpa Sayap

22 Desember 2022   15:00 Diperbarui: 22 Desember 2022   16:48 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu dengan hasil rajutannya | Dok. Pribadi 

With love to amazing lady, from someone who hopes to be as amazing someday. Thank you for being such an important person in my life - Anonymous @m.merdeka.com

Bulan Desember merupakan bulan istimewa bagi kami. Selain perayaan Natal, ada momen yang spesial di bulan keduabelas ini, dan selalu kami rayakan bersama saat tutup tahun.

Kami selalu merayakan tiga momen istimewa di penghujung tahun, yakni hari Ibu, Natal dan ulang tahun ibuku yang lahir 30 Desember, 80 tahun yang lalu.

Sebuah gambaran usia yang sarat dengan perjuangan hidup yang sangat panjang. Sebuah lukisan kisah asam garam yang tak muat dalam memori apapun selain ingatan yang juga akan melemah pada akhirnya. Namun, berjuta kenangan manis selalu berkelindan dan lekat dalam kalbu.

Foto kenangan aku dengan Ibu dan Bapakku saat usiaku 3 tahun | Dok. Pribadi 
Foto kenangan aku dengan Ibu dan Bapakku saat usiaku 3 tahun | Dok. Pribadi 

Ibuku Penuh Semangat 

Aku memandang punggung ibuku yang sedikit bungkuk berjalan menyusuri lorong gang kecil 50 meter dari rumah. Sejak jatuh delapan tahun silam punggungnya menjadi sedikit bungkuk karena tulang punggungnya bermasalah.

Daun-daun jambu depan rumahku bergoyang-goyang tertiup angin pagi. Aku termenung di bawah pohonnya, kulihat betapa ibuku tampak masih begitu kuat. 

Sudah menjadi rutinitas setiap pagi ibu pergi belanja ke mlijo Buk Lin di kampung sebelah. Aku hanya memandangi dan mengikutinya dari belakang karena beliau selalu menolak untuk kutemani. Ibu selalu bersikeras untuk melakukannya sendiri karena tak ingin merepotkan orang lain, menurut ibu, jika aku yang belanja selalu tak sesuai dengan yang diharapkannya.

Foto kenangan saat ulang tahunku yang pertama | Dok. Pribadi 
Foto kenangan saat ulang tahunku yang pertama | Dok. Pribadi 

Donna, anabulku selalu menggonggong sambil berusaha keluar pagar rumah menjadi penanda jika Ibu mulai kembali dari belanja. Satu yang tak pernah Ibu lupakan adalah membeli kue kesukaan anak-anakku untuk snack tambahan bekal sekolah. 

Beliau juga selalu melengkapi belanjaannya dengan pisang buah kesukaan anak lelakiku dan makanan-makanan kesukaan dua anak perempuanku. Bukan merupakan hal baru, karena kebiasaan ini selalu ibu lakukan kepadaku saat aku kecil hingga dewasa. Dan tentunya kini perhatiannya beralih pada anak-anakku.

Ibuku Gemar Memasak

Penggalan cerita di atas hanya sebagian kecil kisah tentang ibuku. Bulan ini, bulan Desember tahun ini merupakan tahun ke-80 baginya. Tubuhnya telah renta, pendengaran mulai berkurang, pandangan sudah kabur, jalannya kadang sempoyongan dan tak lagi cepat. Kami bersyukur Ibu selalu dalam kondisi sehat dan masih merasa semangat dan enerjik sepanjang waktu demi kewajibannya sebagai ibu.  

Ibu seorang lulusan sekolah keputrian dan pandai mengolah masakan. Ibu pernah mempunyai usaha katering kecil yang sering melayani event-event tertentu. Usaha ini berhenti di tahun 2014 karena Ibu jatuh lumayan parah yang mengakibatkan kemampuannya melemah.

Ibuku Seorang yang Tangguh 

Ibuku luar biasa, meskipun kondisi perekonomian tak selalu pasang, Ibu tak pernah mengeluh. Bagiku Ibu adalah wanita yang pantang menyerah pada keadaan, terlebih sejak bapak meninggal di saat aku masih berusia 15 tahun.

Tanpa bapak, aku masih dapat menyelesaikan pendidikan, bekerja, menikah, dan memberikan tiga orang cucu baginya. Hingga ketika aku juga harus menjadi seorang single fighter sama sepertinya, Ibu selalu setia menemaniku. Aku hidup bersama ibu dan ketiga anakku sejak suamiku meninggal karena sakit, empat tahun yang lalu. 

Berbekal pensiunan janda dan usaha katering kecil, Ibuku berjuang agar aku bisa menyelesaikan sekolah. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, setiap hari ibu membuat kue untuk dititipkan ke penjual sayur, warung dan kantin sekolah. Setiap jam dua dini hari aku bangun membantu ibu untuk membuat kue, dan pagi-pagi aku membawa kue donat yang kutitipkan di kantin sekolah. 

Ibuku Anak seorang Dalang

Ibuku terlahir dari keluarga yang berkecimpung dalam dunia seni. Sebagai anak seorang dalang ibuku sangat berkesenian dan sebagai istri seorang militer, ibuku sangat disiplin dan sedikit otoriter. Karakterku terbentuk dari perpaduan karakter Ibu dan bapakku yang seorang TNI AD dan juga seorang seniman yang gemar bermain musik. 

Masa mudanya bergelut dengan dunia seni wayang orang. Ibuku seorang penari wayang orang dan kadang sebagai sinden ketika kakek mendalang dalam pertunjukan wayang kulit. Sekalipun kini suaranya tak seindah dulu, namun jelas nampak Ibu dulu senang pula bernyanyi. Hal ini menurun padaku dan kedua putriku. 

Foto kenangan Ibu dan Kakak tiriku Hj. Tuti Darno (Juni 2019) | Dok. Pribadi 
Foto kenangan Ibu dan Kakak tiriku Hj. Tuti Darno (Juni 2019) | Dok. Pribadi 

Aku Anak Semata Wayang

Demi mempertahankan keberadaanku, ibu berjuang hebat setelah dua kakakku harus gugur sebelum cukup umur untuk dilahirkan. Segala upaya Ibuku lakukan agar aku dapat bertahan dalam kandungannya dan terlahir sempurna. Kandungan ibuku sangat lemah. Melalui kisah yang acap kali ibu ceritakan, ibu berjuang sekuat tenaga agar aku tidak bernasib seperti kedua kakakku.

Foto kenangan Natal 2019 | Dok. Pribadi 
Foto kenangan Natal 2019 | Dok. Pribadi 

Seorang dokter kandungan yang terkenal bagus bernama Mamahit telah sangat berjasa pada keberhasilan kandungan ibuku. Aku terlahir sempurna. Ibu berkata dan berkaca-kaca dan tak henti selalu bersyukur karena waktu itu beberapa kali ibu merasa seperti nyaris keguguran lagi. 

Setiap kali mendengar kisah ini aku selalu tak sanggup menahan air mata. Hal ini yang membuat aku selalu merasa bersyukur, dan menganggap beliau sebagai seorang malaikat dalam hidupku.

Tak Pernah Berubah

Tidak ada yang berubah dari diri ibuku meskipun fisiknya telah nampak semakin menua dan lemah. Ibu dengan ikhlas dan rela merawat ketiga anakku sejak lahir hingga mulai beranjak dewasa. Kegemarannya memasak pun tak dapat diragukan lagi, walaupun terkadang ada yang terlupa; kadang keasinan kadang tidak berasa. Bagi kami wajar-wajar saja.

Ibu sedang membuat jamu herbal | Dok. Pribadi 
Ibu sedang membuat jamu herbal | Dok. Pribadi 

Setiap hari ada saja yang dibuatnya, selain rutin membuat jamu olahan dari rimpang herbal. Kue tradisional dari singkong, ketela, pisang atau apa saja selalu terhidang di meja makan. Ibu selalu marah jika kularang memasak karena tenaganya yang mulai lemah. Ia tidak mau dianggap tidak bisa apa-apa.

Sup Senerek Andalan 

Banyak makanan lezat yang dibuat ibuku. Satu masakan favorit yang menjadi andalan ibuku adalah Sup Senerek. Sup berbahan kacang merah ini selalu menjadi menu favorit keluarga kami hingga saat ini. Bukan isapan jempol, banyak orang mengakuinya.

Sup Senerek | Ilustrasi | Foto : Resep Koki by Dapur Olive 2021
Sup Senerek | Ilustrasi | Foto : Resep Koki by Dapur Olive 2021

Setiap Natal, Paskah atau perayaan Ulang Tahun, sup dengan kaldu tulang sumsum atau iga sapi juga terkadang kaki ayam (ceker) ini selalu menjadi pilihan utama.

Sup ini menjadi andalan dan favorit keluarga sejak aku kecil hingga kini menjadi favorit anak-anakku juga. Bapak pernah berkata bahwa sup kacang merah ini banyak vitaminnya, aku diminta makan yang banyak supaya pintar. Ini pun juga berlaku bagi anak-anakku.

Hobi Menjahit dan Merajut 

Ibu pandai menjahit dan merajut. Sebagian besar bajunya ia desain dan jahit sendiri. Tak sedikit syal, alas vas bunga, tas, dompet dan taplak meja hasil rajutan ibuku. 

Ibu dengan hasil rajutannya | Dok. Pribadi 
Ibu dengan hasil rajutannya | Dok. Pribadi 

Ketika masih muda Ibu juga rajin mengkruistik. Dua hasil kruistikannya masih menghiasi dinding rumah kami. Aktivitas ini berhenti dua tahunan terakhir karena penglihatan ibu mulai terganggu. 

Hadiah buat Hari Ibu

Tidak ada hadiah yang sebanding dengan pengorbanan seorang Ibu. Hanya cinta dan bakti seorang anak yang mampu menjadi hadiah terindah sepanjang hidup bagi seorang Ibu. Baginya kebahagiaan keluargaku adalah hadiah kebahagiaan pula baginya.

Pada tahun 2020 aku menghadiahi Ibu buku antologi kisah inspiratif bertema Ibuku Surgaku. Dalam buku itu aku menuliskan sedikit kisah dan puisi untuk Ibuku. Sebuah perjalanan hidup yang kurasa perlu kuabadikan, sebagai goresan sejarah yang tak lekang oleh ruang dan waktu sama halnya dengan kasih dan perjuangannya bagiku. 

Tulisanku bertajuk Ibuku Malaikatku dalam Antologi Ibuku Surgaku - Kosa Kata Kita 2020 (hlm. 215) | Dok. Pribadi 
Tulisanku bertajuk Ibuku Malaikatku dalam Antologi Ibuku Surgaku - Kosa Kata Kita 2020 (hlm. 215) | Dok. Pribadi 

Hadiah tahun ini hanyalah tulisan ini yang akan terpahat seumur hidupku. Semoga Kompasiana mampu menjadi diary abadiku. Terima kasih untuk segala kesempatan yang boleh kuterima ini. Sebagai goresan sejarah sepanjang hayatku. 

Tulisanku bertajuk Ibuku Malaikatku dalam Antologi Ibuku Surgaku - Kosa Kata Kita 2020 (hlm. 217) | Dok. Pribadi 
Tulisanku bertajuk Ibuku Malaikatku dalam Antologi Ibuku Surgaku - Kosa Kata Kita 2020 (hlm. 217) | Dok. Pribadi 

Aku hanya mampu bersyukur dapat bertahan hingga di titik ini. Sosok ibulah yang selalu menjadi inspirasi dan kekuatanku dalam melangkah menuju hari esok. Kami tetap berjuang bersama dengan segenap kemampuan kami masing-masing. 

Foto kenangan Natal | Dok. Pribadi 
Foto kenangan Natal | Dok. Pribadi 

Aku pun hanya mampu berdoa agar ibu diberikan umur panjang dan selalu dalam kondisi sehat. Aku tak sanggup membalas segala pengabdiannya sebagai seorang ibu yang hebat bagiku dan nenek yang luar biasa bagi anak-anakku. 

Ibuku adalah malaikat tanpa sayap yang Tuhan anugerahkan bagiku. Aku ingin menjadi seperti Ibu hingga kelak aku menutup mata.

Puisi untuk Ibuku

Kartu ucapan Hari Ibu untuk Ibuku Maria Theresia Soepardy | Desain pribadi 
Kartu ucapan Hari Ibu untuk Ibuku Maria Theresia Soepardy | Desain pribadi 

Ibuku Malaikatku

Dalam gerusan zaman yang kini asing bagimu,
engkau tetap kokoh berdiri laksana pahlawan tiada tanding, tiada banding
Tak kan mampu aku membalas, tak kan sanggup aku mengembalikan

setiap tetes peluh dan air mata,
segala tumpahan darah yang pernah engkau persembahkan
selama aku ada

Duhai Ibuku, malaikatku...
hanya doa yang dapat kudaraskan
untuk segala kasih dan cintamu padaku, hanya sepenggal harapan dalam doaku,
semoga aku masih mampu menjadi sukacita bagimu,
hingga ajal menjemputmu atau mungkin menjemputku 

Selamat Hari Ibu

Delapan hari sebelum Ulang Tahunmu ke-80.
Malang, 22 Desember 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun