Mohon tunggu...
Yayuk Sulistiyowati M.V.
Yayuk Sulistiyowati M.V. Mohon Tunggu... Guru - Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ibuku Seorang Malaikat Tanpa Sayap

22 Desember 2022   15:00 Diperbarui: 22 Desember 2022   16:48 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto kenangan aku dengan Ibu dan Bapakku saat usiaku 3 tahun | Dok. Pribadi 

Donna, anabulku selalu menggonggong sambil berusaha keluar pagar rumah menjadi penanda jika Ibu mulai kembali dari belanja. Satu yang tak pernah Ibu lupakan adalah membeli kue kesukaan anak-anakku untuk snack tambahan bekal sekolah. 

Beliau juga selalu melengkapi belanjaannya dengan pisang buah kesukaan anak lelakiku dan makanan-makanan kesukaan dua anak perempuanku. Bukan merupakan hal baru, karena kebiasaan ini selalu ibu lakukan kepadaku saat aku kecil hingga dewasa. Dan tentunya kini perhatiannya beralih pada anak-anakku.

Ibuku Gemar Memasak

Penggalan cerita di atas hanya sebagian kecil kisah tentang ibuku. Bulan ini, bulan Desember tahun ini merupakan tahun ke-80 baginya. Tubuhnya telah renta, pendengaran mulai berkurang, pandangan sudah kabur, jalannya kadang sempoyongan dan tak lagi cepat. Kami bersyukur Ibu selalu dalam kondisi sehat dan masih merasa semangat dan enerjik sepanjang waktu demi kewajibannya sebagai ibu.  

Ibu seorang lulusan sekolah keputrian dan pandai mengolah masakan. Ibu pernah mempunyai usaha katering kecil yang sering melayani event-event tertentu. Usaha ini berhenti di tahun 2014 karena Ibu jatuh lumayan parah yang mengakibatkan kemampuannya melemah.

Ibuku Seorang yang Tangguh 

Ibuku luar biasa, meskipun kondisi perekonomian tak selalu pasang, Ibu tak pernah mengeluh. Bagiku Ibu adalah wanita yang pantang menyerah pada keadaan, terlebih sejak bapak meninggal di saat aku masih berusia 15 tahun.

Tanpa bapak, aku masih dapat menyelesaikan pendidikan, bekerja, menikah, dan memberikan tiga orang cucu baginya. Hingga ketika aku juga harus menjadi seorang single fighter sama sepertinya, Ibu selalu setia menemaniku. Aku hidup bersama ibu dan ketiga anakku sejak suamiku meninggal karena sakit, empat tahun yang lalu. 

Berbekal pensiunan janda dan usaha katering kecil, Ibuku berjuang agar aku bisa menyelesaikan sekolah. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, setiap hari ibu membuat kue untuk dititipkan ke penjual sayur, warung dan kantin sekolah. Setiap jam dua dini hari aku bangun membantu ibu untuk membuat kue, dan pagi-pagi aku membawa kue donat yang kutitipkan di kantin sekolah. 

Ibuku Anak seorang Dalang

Ibuku terlahir dari keluarga yang berkecimpung dalam dunia seni. Sebagai anak seorang dalang ibuku sangat berkesenian dan sebagai istri seorang militer, ibuku sangat disiplin dan sedikit otoriter. Karakterku terbentuk dari perpaduan karakter Ibu dan bapakku yang seorang TNI AD dan juga seorang seniman yang gemar bermain musik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun