Mohon tunggu...
Yayuk Sulistiyowati M.V.
Yayuk Sulistiyowati M.V. Mohon Tunggu... Guru - Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bilamana Panti Jompo Menjadi Pilihan

7 Desember 2022   11:00 Diperbarui: 1 Juni 2024   21:38 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panti Jompo (Wreda) menjadi pilihan di hari tua | Ilustrasi | Pixabay

"Bukankah cinta adalah proses menuju jalan pulang, berjalan menuju seseorang yang kelak kau sebut rumah dan menetap di sana hingga waktu menutup usia?" - Boy Candra

Bagi penulis barisan quote di atas mengungkapkan bahwa cinta adalah proses perjalanan manusia menuju ke tempat yang menjadi tujuan utama akhir hayatnya. Sangat tepat bagi para lanjut usia yang selalu rindu untuk dicintai hingga ia tak lagi dapat memberi cinta. 

Menginjak usia lansia mereka dihadapkan pada perubahan yang mengejutkan dan tak jarang membuat emosionalnya berubah dan menjadi sangat sensitif. Banyak hal membatasi ruang gerak secara fisik maupun psikis. Hal yang mau tidak mau akan menjadi bagian hidup setiap insan; dilahirkan, menjalani hidup, menua dan mati.

Setelah manusia terlahir di dunia, ia akan tumbuh dan berproses dalam kehidupan sesuai dengan fase usia hingga kemudian menjadi tua. Hidup dalam lingkup yang penuh cinta adalah harapan dan kerinduan, terlebih jika cinta itu tercipta dari keluarga yang dikasihinya.

Kilas balik peristiwa setahun lalu, pada Oktober 2021, viral kisah Ibu Trimah (66th) asal Desa Tegalarum, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah yang diserahkan ketiga anaknya ke Griya Lansia Husnul Khatimah, Wajak, Malang, Jawa Timur dengan alasan kesibukan.

Hal ini mengundang kegaduhan netizen di berbagai media sosial, apalagi terpampang jelas surat pernyataan dari ketiga anaknya pada pengurus panti jompo yang menyerahkan ibunya mulai perawatan hingga proses pemakaman jika ibunya meninggal. Juragan 99, Gilang dan Shandy pun merasa simpati dan memberikan dukungan moral dan material bagi Ibu Trimah dan seluruh lansia di Griya Lansia ini.

Ibu Trimah di Griya Lansia Husnul Khatimah | Foto : Brian (周金星) - id.quora.com
Ibu Trimah di Griya Lansia Husnul Khatimah | Foto : Brian (周金星) - id.quora.com

Fenomena Era Digital

Perubahan nilai-nilai sosial dalam masyarakat mulai terjadi seiring dengan perkembangan zaman. Fenomena kehidupan yang membuat orang sibuk dengan pekerjaannya karena tuntutan ekonomi keluarga menciptakan kehidupan sosial dan adaptasi baru dalam keluarga. Perubahan ini yang terkadang belum dapat diterima secara penuh oleh para orang tua atau lansia yang lahir di era jadul yang “dijamani” sebelumnya.

Rentang zaman yang dialami oleh orang tua kita juga menjadi masalah bagi anak-anak kita yang lahir di era digital. Zaman orangtua kita, zaman kita dan zaman milenial anak-anak kita mempunyai kebiasaan masing-masing yang jauh berbeda. Jika kita hidup bersama dalam satu atap tak dapat dipungkiri akan muncul berbagai masalah yang dapat dikatakan rumit. 

Kita yang hidup dalam zaman di antara kedua zaman mereka perlu berjuang untuk memahami pola hidup kedua zaman tersebut sehingga mampu mengatasi problematika yang muncul. Jujur saja memang tidak mudah karena perbedaan karakter pada masing-masing usia, termasuk usia kita sendiri.

Panti Jompo (Panti Wreda)

Seperti momok, Panti Jompo terkadang masih mempunyai image sebagai tempat yang kurang layak bagi lansia. Selain pelayanan yang kurang baik, tempat yang kurang pantas juga biayanya mahal. Namun pada kenyataannya saat ini keberadaan panti jompo sudah mulai diterima oleh masyarakat setelah mengetahui perkembangan dari waktu ke waktu.

Sebagian lansia memilih untuk tinggal di tempat ini hingga menutup usia dengan berbagai pertimbangan. Mereka tidak ingin merepotkan anak-anaknya yang sibuk bekerja dan mereka merasa dapat berkumpul serta berinteraksi dengan sesama lansia yang lain. 

Mereka juga dapat menyalurkan hobi dalam aktivitas mereka sehari-hari; memasak, merajut, menjahit, menulis, melukis dan masih banyak lagi. Dunia seperti ini merupakan suluh semangat dan proses sebuah cinta dalam konteks sebagai proses menuju ke tempat yang kekal.

Alm. N.H. Dini, seorang sastrawan yang memilih secara bebas untuk hidup di Panti Jompo | Foto : ANTARA/Yashinta Difa by idntimes.com
Alm. N.H. Dini, seorang sastrawan yang memilih secara bebas untuk hidup di Panti Jompo | Foto : ANTARA/Yashinta Difa by idntimes.com

Sama halnya sosok sastrawan almarhumah N.H. Dini yang memiliki nama lengkap Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin lebih memilih tinggal di Panti Jompo karena ingin hidup mandiri dan tidak mau merepotkan keluarganya. Bahkan, almarhumah yang meninggal karena kecelakaan pada tahun 2018 lalu ini menjual seluruh harta yang dimilikinya dan memilih menghabiskan hidupnya di panti jompo.

Tak sedikit juga lansia yang lebih memilih tinggal bersama keluarga mereka. Mendampingi anak-anak yang sibuk dengan merawat dan menemani cucu-cucu mereka hingga akhir hayatnya. Ada sukacita tersendiri dapat melihat tumbuh kembang anak cucu dengan segala keterbatasan yang telah melekat dalam diri mereka.

Sukacita bersama anak cucu di usia senja | dok. pribadi
Sukacita bersama anak cucu di usia senja | dok. pribadi

Sebagai Pilihan Bebas

Kisah Ibu Trimah yang diserahkan pada panti jompo dengan diam-diam tanpa ada pembicaraan dan adanya kesepakatan ini merupakan sebuah keputusan sepihak.

Hal yang tentu sangat disayangkan, apapun alasannya hal ini membuat sang ibu sangat terpukul dan sedih apalagi dalam kondisi sakit dan tak berdaya. 

Jauh di lubuk hatinya pasti ingin hidup dalam cinta anak-anaknya dalam segala keterbatasan yang ada padanya. Anak-anak yang dikandung, dilahirkan, dirawat dan dibesarkan dengan berjuta kisah perjuangannya.

"Love dan Caring Project" SMAK Cor Jesu Malang ke Panti Wreda | Foto : Aurelia Graciella P.S.

Panti Jompo akan menjadi pilihan jika sebelumnya lansia telah memutuskan untuk menjalani sisa hidupnya di tempat ini dengan sadar dan ikhlas hati. Dengan demikian mereka akan hidup penuh cinta dan dalam sukacita yang menjadi semangat hidup bagi mereka hingga menutup usia.

Shira Block, seorang psikoterapis mengatakan orang tua tentunya memiliki suara penting dalam membuat keputusan antara tinggal dengan anak atau ke panti jompo. Salah satu keuntungan tinggal dengan anak adalah bisa tetap dekat dengan keluarga. Ini adalah kesempatan untuk menunjukkan cinta dan rasa kesetiaan keluarga. 

Namun, memilih panti jompo juga bisa membantu lansia menghilangkan rasa bosan dan kesepian. Karena itu, pilihan antara tinggal dengan anak atau di panti jompo jatuh pada setiap lansia dengan kondisi dan situasi yang berbeda. (cantik.tempo.co/5/12/2018).

Sukacita bersama anak cucu di usia senja | dok. pribadi
Sukacita bersama anak cucu di usia senja | dok. pribadi

Bercermin dari kisah ini, kita yang saat ini adalah seorang anak berkewajiban untuk memberi cinta pada orang tua kita yang beranjak menua dengan segala keterbatasan yang mereka miliki. Dalam agama apapun, memuliakan orangtua adalah suatu kewajiban dan perintah Sang Pencipta.

Jika kita sebagai orang tua, sangat baik jika mulai bersiap diri untuk menerima segala kondisi ketika telah menjadi tua. Menanamkan cinta dan membudayakan kasih sayang antara anak dan orang tua sebagai sebuah proses untuk kembali pulang pada rumah yang abadi selamanya. Salam semangat dalam cinta! (Yy)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun